BAG XLVIII

13.3K 549 5
                                    

"Assalamualaikum, Rin?"

"Kak Rafli?" Ucap Karin yang terkejut.

"Rafli !!!" Bentak Sofi sambil menarik tangan Rafli. Sementara Rafka tengah terburu buru mengejar Sofi di belakang.

"Apa lagi?" Tanya Rafli kesal. Bisa jadi ia Risih pada sikap Sofia.

"Hehh? Apa? Apa lagi? Aku gak bakal membiarkan kamu menyakiti Karina lagi," ucap Sofia tegas.

"Arin itu istri ku. Apa salahnya aku menemuinya sekarang?"

"Apa? Istri?" Tanya Sofi sambil menampar pipi kanan Rafli lagi.

"Sekarang kamu mengakui dia? Kemana kamu dulu? Apa kamu fikir Karin akan semudah itu memaafkan penghinat macam kamu?"

Rafli terdiam mendengar ucapan Sofi. "Apa kamu fikir Karin akan semudah itu memaafkan penghianat macam kamu?"

Benar, ia memang pernah menyakiti Karina. Tapi "wallahi" dalam hatinya Karina tak terganti.

"Apa kamu fikir Karin akan memaafkan kamu? Apa dia akan sudi bertemu kamu?" Ucap Sofi mencecarnya dengan pertanyaan yang bertubi tubi.

"Arin, dengarkan. Aku memang pernah melukai hatimu begitu dalam. Tapi Wallahi kamu tak terganti Rin," ucap Rafli sambil menatap Karin yang memalingkan wajah ke arah berlainan.

"Karin, biar aku bawa dia keluar. Kamu istirahat saja," ucap Sofi sambil menarik tangan Rafli dengan kasar.

"Arin, apakah kamu benar benar tak ingin bertemu denganku? Rin aku sangat merindumu, aku mencari dirimu selama delapan belas tahun, sekarang aku menemukanmu. Mana mungkin aku menyerah begitu mudah?" Menahan tubuhnya agar tetap di tempatnya.

"Andaikan dengan cara seperti ini aku harus berjuang, anggap saja ini pembalasan. Aku rela, aku rela kamu memukuli hingga rasa marahmu lepas. Tapi, aku mohon jangan mengabaikan aku," ucap Rafli.

Karin tetap diam di tempat nya tidak bergeming sedikitpun. Setetes, dua tetes air matanya jatuh membasahi pipi. Entah apa yang ia rasakan saat ini. Bahagia? Atau justru pertemuan ini membuat luka lamanya terbuka kembali? Atau malah pertemuan ini malah menjadi penawar rasa sakit hati Karin?

"Mba sebentar ya. Saya mau bicara dulu. Jangan di tarik tarik terus ini. Sebentar aja ya mba," ucap Rafli pada Sofi yang membuat Karina sedikit terkekeh mendengar suara Rafli yang seperti itu.

"Rin, coba katakan. Bagaimanakah harus memulai langkah untuk aku kan mengulang cinta-" ucap Rafli terhenti sejenak.

Kemudian Rafli menghela nafas "andainya ini adalah pembalasan kan Kurelakan,"

Rafli nampak menelan ludahnya dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Hanya kini ku mulai menyadari betapa tulusnya, betapa mulianya hatimu. kini ku telah merasakan betapa pedihnya luka karena kamu tinggalakan. Telah aku rasakan betapa  sepi Bila Tanpa kamu disisiku-" terhenti lagi ucapan Rafli.

Rafli nampak menghela nafas lagi. Sementara Sofi telah berhenti menarik tangan Rafli.

"Karina, Andainya Kamu tahu betapa hebatnya penyesalanku. Rin, cobalah bersuara, masih adakan? ruang di hatimu untkku?" Ucap Rafli tulus.

Sementara yang di ajak bicara hanya diam. Entah diam karena bingung atau kenapa. Tapi Karin hanya terdiam menyembunyikan wajahnya. Sementara air matanya tak berhenti mengalir.

"Berikan kesempatan kepadaku Rin. Aku berjanji akan merawat luka hatimu akan selalu bersamamu. Kali ini takkan ada pengingkaran lagi. Aku yakin aku pasti bisa memadamkan kemarahanmu padaku. Aku kan menepati semua janji janji yang pernah aku ingkari," ucap Rafli yang hampir menangis. Rafli tak dapat lagi kehilangan Karin untuk kedua kalinya.

Sementara Rafka dan Camel baru saja sampai saat Rafli mulai berjongkok di lantai dan menunduk frustasi.

"Sesungguhnya aku tak ingin memaksa hanya aku harapkan kau percayalah. Selamlah dasar hatimu masih adakah aku disitu?" Ucap Rafli yang masih tertunduk frustasi.

"Karin katakan padaku bagaimana cara agar kamu kembali percaya padaku. Katakan bagaimanapun caranya akan aku lakukan," ucap Rafli mulai terisak.

"Jika saja aku boleh egois-" ucap Karin membuka suara membuat semua orang yang berada di dalan ruangan itu spontan menoleh padanya.

"Aku sangat marah padamu kala itu," sambung Karin sambil menyeka air matanya.

"Dan asal kau tahu Aku sangat membencimu kala itu," ucap Karin.

"Tak apa, benci saja aku. Andainya itu dapat membuat amarahmu reda," jawab Rafli.

"Dan asal kakak tahu. Ini adalah sifat kakak yang paling aku benci. Tidak pernah mendengarkan penjelasan orang lain-" ucapan Karin terhenti. Ia nampak tersenyum dan mengangguk.

"Kakak sama sekali belum berubah ya," ucap Karin pada Rafli sambil melipat tangan di depan dada.

"Bisa kakak dengarkan aku dulu?" Tanya Karin pada Rafli yang hanya di jawab anggukan oleh pria itu.

Sementara Sofi mengalah dan sudah membawa Rafka dan Camelia sejak Karin mulai bersuara. Meninggalkan pasangan suami istri yang baru saja bertemu setelah delapan belas tahun.

"Baiklah aku akan mulai bicara. Tapi sebelumnya, bisakah kamu tinggalkan kami berdua Andri? Kami butuh privasi," ucap Karin pada Andri yang nampak bingung akan situasi ini.

Kemudian Andri memgangguk kemudian meninggalkan Karin dan Rafli berdua saja.

"Kak?" Sapa Karin.

"Bicaralah Rin," sahut Rafli.

"Hmmm, sebelum itu, kemarilah. Duduk di sampingku. Mari kita bicara," ucap Karin menepuk kursi di samping ranjang nya.

_____BERSAMBUNG_____

Alhamdulillah masih banyak kekurangannya. Maka dari itu tolong di komentar kurang nya apa.

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang