BAG LI

14.4K 542 3
                                    

Takku duga, setelah di izinkan pulang dari rumah sakit yang berada di Bandung, kak Rafli mengajak ku berkunjung ke rumah kami dahulu.

Jalanan-nya kini sudah lebih bagus, juga lebih macet sejak terakhir kali aku melewati jalan ini tentunya.

Ku tapakkan kakiku di pekarangan rumah kami dulu saat turun dari mobil. Ya ke halaman yang selama hampir 18 tahun ku tinggalkan. Semua masih sama, hanya dahulu ada pohon jambu di sebelah pohon mangga. Kini hanya tinggal pohon mangga saja.

"Kak, pohon jambunya kemana?" Tanyaku pada Rafli. Sementara Rafka dan Camel sudah terlebih dahulu kembali ke jakarta karena mereka harus kembali masuk sekolah sekolah.

"Karena kamu hilang,"

"Pohon mangga nya itu saya, pohon jambunya kamu. Jadi akan tetap berdua hingga nanti," -itulah kalimat yang dulu pernah kak Rafli katakan saat aku bertanya tentang kedua pohon itu.

"Kan akunya ketemu," ucap ku dengan pandangan yang tak beralih dari bekas pohon jambu yang ditebang.

"Dulu pas hari pertama kamu pergi, malam nya pohon itu aku tebang," jelas kak Rafli mengikuti pandangan ku.

"Loh?"

"Karena kamu sudah hilang,"

"Hiiih katanya kakak percaya aku akan kembali," sahut ku seraya melipat tangan di dadaku.

"Kan saat itu saya masih belum tahu yang sebenarnya," jelas kak Rafli seraya merangkul ku yang otomatis langsung saja aku lepaskan.

"Makannya, belajar terbuka sama pasangan,"

"Masih mau jadi pasangan saya?"

"Ih udah tua juga,"

"Kenapa?"

"Masih gombal,"

"Biar,"

Tak ku jawab perkataan nya. Aku langsung saja melangkah menuju teras rumah.

"Majalah ini masih ada?" Tanyaku sambil memegang majalah yang pernah aku susun hampir 18 tahun yang  lalu. Dan semuanya masih tersusun rapih dengan susunan yang sama pula.

"Semuanya masih sama. Saat kamu pergi, tak lama setelah memotong pohon jambu, saya juga pergi. Kemudian tak lama setelah itu, saya menyadari semua hal yang asli," ucap kak Rafli.

"Kok gitu?"

"Saya tidak ingin mengubah kenangan kita,"

"Hiiih gombal,"

"Saya cari kamu kemana mana Rin, cari anak kita. Tapi petunjuk kamu untuk ditemukan saja saya tidak punya," jelas kak Rafli dengan suaranya lirih.

"Emang gak ada yang kasih tau kakak?"

Kak Rafli menggelengkan kepalanya. "Saya patah hati untuk kedua kalinya setelah ibu saya meninggal,"

"Hah, ibu meninggal? Kapan?"

"Sewaktu saya kecil,"

"Terus nenek sihi-" ucapanku terhenti. Aku menghela nafas kemudian mengulanginya.

"Yang datang ke pernikahan kita siapa?"

"Itu adik dari ibuku,"

"Ooh gitu,"

"Kita terlalu singkat ya dulu? Kamu aja gak tau asal usul saya," jelas kak Rafli dengan tatapan seolah sedang menerawang kenangan masalalu.

Aku mengangguk mengiyakan ucapan kak Rafli.

"Tapi, kamu harus tahu, kalau kamu gak salah pilih suami,"

"Iya gitu? Suami yang nyuruh istri nya pergi dalam keadaan hamil," cicit ku dengan mata yang di putar putar.

Demi Rafka  (SELESAI. PART LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang