Sudah dua minggu sejak kepulangan Rafli dan Karin dari Batam. Pagi ini seperti biasa, sebelum adzan subuh berkumandang Karina terbangun dalam posisi seperti biasa, dalam dekapan hangat suaminya.
Karina melepaskan tubuhnya dari tangan kekar yang melilit tubuhnya hampir semalaman suntuk. Sudah hampir subuh, waktunya beraktivitas, shalat dan mempersiapkan segala sesuatu keperluan suaminya untuk bekerja.
Perlahan Karina memindahkan tangan kekar itu pada posisi senyaman mungkin agar pemilik nya tidak terganggu mimpinya.
Karina menarik selimut untuk menutupi tubuh polos suaminya, takut hawa mengusik tidur suaminyaa itu. Tak perlu di jelaskan lagi apa yang tadi malam mereka lakukan tadi malam.
Karina bangkit dari pembaring kemudian dengan mengenakan sehelai kain ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Barulah setelah itu ia akan membangunkan suaminya.
***
"Masak apa Rin?" Tanya Rafli yang datang dari belakang seraya memeluk Karina.
"Masak sayur asem kak," jawab Karin.
"Sayur asem? Pedas?"
"Iya pedas,"
"Saya tidak suka pedas Rin,"
"Ya sudah jangan makan," sahut Karin sambil terkekeh.
"Seneng banget kamu meledek saya, heuh," ucap Rafli seraya mengigit pundak wanitanya itu.
"Adah sakit jeeey," cicit Karin seraya menggetok kepala suaminya menggunakan sendok sup.
"Ish, sakit sayang. Kebiasaan deh suka getok kepala orang pake sendok sup,"
"Biarin. Masih sakittan pundak aku lah kak,"
"Lebih sakit mana sama yang pas--"
"Udah stop, masih pagi. Otak nya di bersihkan dulu. Mendingan sekarang makan. Aku udah masak sayur Asem sama ikan teri. Coba dah kak enak," potong Karina.
"Saya tidak suka pedas Rin,"
"Aku tau kakak gak suka pedes. Makannya aku suruh kakak makan ish,"
"Nggak,"
"Aku gak bakal Racuni suami aku sendiri, ish," ucap Karina seraya menyendokkan nasi, sauyur dan ikan teri ke piring suaminya kemudian menyodorkan satu sendok ke mulut suaminya.
"Kalau aku mati gimana?"
"Gak ada sejarah nya orang mati karena makan sayur asem, trus gak usah aku akuan segaka kak, gak geli kedengeran nya ," ucap Karina sambil terkekeh.
"Ada ya istri kaya kamu,"
"Ada kak,"
"Mana?"
"Aku, wanita yang kakak percaya akan jadi pelengkap kakak,"
"Kalau aku mati, jaga anak kita baik baik ya Rin," ucap Rafli sambil memuka mulutnya.
"Heuh, anak?"
"Iya semalam saya lupa--"
"Stop, iya gak apa apa, aku seneng malah, udah jangan di bahas. Sayur nya enak?" Potong Karina.
"Pedas, tapi enak sih. Pas aja gitu rasanya,"
"Masih hidup?"
"Masih kok aman,"
"Lhaa itu masih hidup. Gak ada orang mati gara gara makan sayur Asem," ucap Karina sambil terkekeh.
"Kamu suka pedas, dan saya gak suka Rin. Saya pernah merasa seperti mati karena kepedasan,"
"Hahaha, hanya merasa seperti kan? Gak mati beneran?" Sahut Karina sambil terkekeh.
"Kalau saya mati, nanti jodoh kamu siapa?"
"Issssh laki laki bukan cuma kakak doang di dunia ini,"
"Pokok nya tetap saja, kalau masak jangan pedas pedas,"
"Hahaha kita ini beda ya? Cara bicara kita, suku kita, selera makan kita, bahkan sebelum nya agama kita juga berbeda,"
"Ssssst, kita bukan berbeda," sahut Rafli.
"Hmm.. lalu??"
"Kita itu bukan berbeda," ulang Rafli lagi. Kemudian berhenti sejenak. "Tapi saling melengkapi,"
Karina diam mengulum senyuman di bibirnya. Hatinya menghangat, pipinya memerah. Detak jantung nya tidak beraturan. Inilah Karina, meskipun sudah berbulan bulan menjadi istri Rafli, tapi tetap saja Karin seperti ini setiap kali Rafli menunjukan sikap Romantis nya.
"Nih makan sendiri, aku mau mencuci pakaian," ucap Karina sebelum berlalu menuju kamar mandi. Sambil berusaha menetralkan detak jantungnya yang tidak beraturan.
"Rin, saya mau pergi ke Bali besok lusa,"
"Udah liburan lagi aja?"
"Bukan gitu, tapi ada urusan,"
"Urusan apa?"
"Pengembangan wilayah usaha,"
"Ooooo," gumam Karina.
"Kali ini kamu tidak bisa saya ajak,"
"Oooh," gumam Karina sambil manggut manggut.
"Kamu tidak apa apa saya tinggal?"
"Ndak apa apa. Tapi, aku mau ke ibu,"
"Yasudah. Besok saya antar kamu ke Bandung,"
"Iya kak," sahut Karin.
***
Bel pintu rumah berbunyi, "assalamualaikum?" Ucap seseorang di balik pintu bagian luar.
"Wa'alaikumsalam," jawab bu Ratih dari dalam sambil membuka pintu.
"Ibuuuuu, aku kangennn...." ucap Karina seraya memeluk wanita yang melahitkannya. saat pintu pintu baru saja terbuka.
"Ibu juga kangen sama kamu Rin. Ada apa ini?" Ucap sang bu Ratih seraya membalas pelukan putri semata wayang nya itu.
"besok Saya akan pergi ke Bali bu, selama satu minggu. Tapi saya tidak bisa mengajak Karina, kali ini. Karina tempat nya sangat tidak indah,"
"Oooh begitu too," sahut bu Ratna.
"Bu saya langsung pergi saja ya bu, belum siap siap soalnya," ucap Rafli.
"Langsung pergi aja?" Ucap Karin seolah tak rela di tinggal suaminya.
"Iya sayang. Saya tidak lama kok. Hanya dua atau tiga hari," sahut Rafli sambil mengusap kepala istrinya.
"Iya lah hati hati,"
"Rin, jangan kemana mana ya. Saya pasti rindu kamu," ucap Rafli sebelum memeluk dan mencium puncak kepala istrinya.
"Karin juga pasti Rindu kakak. Jangan lupa makan ya kak. Jaga kesehatan,"
"Pasti sayang," jawab Rafli sebelum bersalaman dengan ibu Ratih.
"Hati hati di jalan kak,"
"Tidak perlu hati hati. Hati saya ada padamu Rin. Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumsalam," ucap Bu Ratih dan Karin bersamaan.
_____BERSAMBUNG____
Kalau ada typo atau kesalahan. Harap komen ya semua :))
Jangan lupa vote ya guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Rafka (SELESAI. PART LENGKAP)
Spiritual#6 SPIRITUAL [02 AGUSTUS 2018] #4 SPIRITUAL [04 AGUSTUS 2018] #3 SPIRITUAL [18 AGUSTUS 2018] Baca saja ya kawan :))