(18) Diam

272 45 2
                                    

Sementara Ars bekerja mengumpulkan bukti-bukti dalam kasus tewasnya Boy Wijayanto dan pemfitnahan Ralline, Denial bergerak mengumpulkan informasi yang sekiranya dapat mengunci Bu William sehingga wanita itu tidak dapat mengelak lagi. Dia meminta Pratu Rofiq untuk mengambil rekaman CCTV di tempat parkir Kantor Kematian yang menunjukkan kedatangan Bu William dua hari setelah meninggalnya suaminya. Karena waktu kejadiannya terbilang sudah lama, dengan dibantu oleh Divisi Teknologi, Pratu Rofiq harus mensortir rekaman CCTV sampai sesuai dengan tanggal yang dimaksud Denial.

Denial sengaja mengirim polisi wanita berseragam untuk menjemput istri Pak William untuk menghindari kecurigaan janda itu atas keterlibatan putrinya yang telah memberikan informasi tentang hubungan antara kedua orang tuanya dengan Cygnus. Dia tidak ingin hubungan ibu dan anak itu berubah runyam.

Bu William tengah duduk memandangi tiap sudut ruang interogasi yang didominasi warna abu-abu dan putih saat Denial masuk ke ruang interogasi. Dalam perjalanannya menuju ke DPM, dia sudah memikirkan berbagai alternatif pertanyaan sekaligus jawaban yang akan diberikannya. Meski tidak diberitahu, dia sudah mengetahui alasan pemanggilannya. Sejak kedatangan detektif ini ke rumah, aku tahu dia akan dipanggil. Tapi aku tidak mengira kalau waktunya akan secepat ini. Tapi aku harus tetap tenang agar apa yang tersembunyi tetap tersembunyi dalam liangnya. Kemarin aku sudah menunjukkan kegelisahanku karena detektif ini sepertinya tahu tentang Cygnus. Hari ini aku harus hati-hati. Aku tidak boleh terpancing, batinnya.

"Selamat siang, Bu William. Kita bertemu lagi." Denial tersenyum lalu duduk.

Bu William mengangguk, tersenyum tipis. Dia tidak bertanya alasan pemanggilannya karena dia sudah menebaknya. Lagipula dia diperintah untuk tidak banyak tanya atau bicara.

"Bu William, saya ingin mengulangi pertanyaan saya kemarin. Apa penyebab meninggalnya suami Anda?" Denial langsung ke inti pertanyaan.

"Serangan jantung, detektif." Bu William masih bersikeras dengan jawaban seperti yang diberikannya kemarin.

Denial mendengus. "Mengapa Anda bersikeras mengatakan kalau Pak William meninggal karena serangan jantung padahal jelas-jelas laporan dari rumah sakit yang dikirimkan ke Kantor Kematian mengatakan kalau Pak William meninggal karena OD. Apa atau siapa yang Anda sembunyikan, Bu William?" Denial menarik punggungnya maju dengan pandangan tidak beralih dari wajah yang tampak tenang itu.

"Begini, detektif, suami saya memang mempunyai riwayat penyakit jantung....

"Tapi bukan itu, kan, penyebab meninggalnya suami ibu? Ada sebab lain! OD!," tukas Denial. Suaranya meninggi untuk memberikan shock therapy pada Bu William. Denial mengira wanita itu akan terpengaruh dengan nada tinggi suaranya. Tidak adanya perubahan di wajah atau reaksi-reaksi kegelisahan lainnya yang muncul dari wanita itu membuat dahi Denial berkerut.

Di kursinya, sedapat mungkin Bu William menutupi reaksinya. Dia memilih diam, menunggu pertanyaan selanjutnya meski perasaannya mengatakan Denial sudah mengetahui banyak hal, bukan hanya tentang penyebab meninggalnya suaminya.

"Dua hari setelah suami Anda meninggal, Anda mendatangi Kantor Kematian dan meminta Pak Gunawan untuk mengganti keterangan penyebab meninggalnya suami Anda. Apa alasan Anda, Bu William?"

Bibir Bu William merapat. Diam-diam dia menarik nafas panjang. Nah, benar, dia sudah tahu, batinnya. Tapi tunggu, apakah dia tahu kalau aku juga.....

Bu William berhenti bertanya-tanya ketika pertanyaan Denial kembali menghentak.

"Tidak mungkin Anda tidak mempunyai alasan khusus untuk itu, terlebih dengan memberikan imbalan uang sepuluh juta. Apakah itu uang Anda sendiri? Atau itu uang orang lain? Uang siapa? Siapa yang menyuruh Anda?"

Ars: CYGNUS (Seri ke-3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang