(27) Melarikan Diri

263 45 2
                                    

Detektif Marabunta masih menunggu Ars di bar. Setelah mendapat telepon dari Ars tadi, dia mengirimkan pesan pada anak buahnya yang berada di lapangan untuk menemuinya di Freezing. Sebagian besar anak buahnya datang sekitar sepuluh menit sebelum Ars dan Denial tiba. Ketika dua detektif dari Divisi 186 itu melangkah masuk ke Freezing, anak buah Detektif Marabunta segera menyebar ke dua pintu besar dan menjaganya agar tidak ada yang keluar.

Saat polisi berseragam berjaga-jaga di pintu, wanita yang beberapa saat sebelumnya berdiri di ambang pintu kamar tempat Marwan tidur, akan bergegas naik ke lantai dua tapi langkahnya dihalangi oleh seorang polisi wanita berseragam yang mendesaknya untuk berdiri merapat pada dinding.

"Jangan kemana-mana dulu untuk sementara waktu. Diam di tempat Anda berdiri sekarang," perintah polisi wanita berseragam. Wanita itu menurut. Dia berdiri merapat pada dinding. Sesekali matanya melirik ke lantai atas, beharap tidak ada polisi yang naik ke sana. Dia memang tidak mempunyai hubungan khusus dengan Marwan. Tapi Marwan sudah banyak membantunya dan anaknya. Jika Marwan tertangkap, kemungkinan besar jawaban-jawaban pria itu akan menyeret namanya. Dan itu berarti masalah besar. Dia sudah kenyang dengan masalah. Label janda beranak dua yang bekerja di diskotik dan dipandang negatif oleh tetangga-tetangganya sudah menjadi masalah tersendiri baginya.

Sementara itu Ars, diantar salah seorang karyawati Freezing, masuk ke ruangan manajer dengan membawa surat geledah.

"Perlu Anda ketahui kalau surat geledah ini tidak hanya berlaku untuk lantai satu saja, pak. Kami juga akan menggeledah lantai dua. Saya harap di Freezing tidak ada kamar-kamar rahasia yang harus kami dobrak," tegas Ars.

Bibir Manajer Freezing mengatup saat melangkah keluar ruangannya, mengikuti Ars. Suasana di lantai satu sudah berbeda dari saat para detektif dan polisi berseragam yang dini hari itu tidak mengenakan seragam mereka itu pertama kali datang. Pengunjung diskotik yang tadi memenuhi lantai dansa dan bar kini menepi, memenuhi dinding. Jumlah polisi berseragam pun kini bertambah.

"Cepat sekali koordinasimu, Mara," kata Ars, mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Aku sudah gatal ingin menghajarnya, Ars," kata Detektif Mara, berderap ke salah satu sisi dinding, mulai menanyai pengunjung.

Di dekat pintu yang dijaga oleh polisi berseragam, Roman mendapat kesempatan untuk mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. Dengan tangan sedikit bergetar, dikirimkannya sebuah pesan untuk memberitahu keadaan di Freezing. Razia. Freezing. Marwan di sini. Setelahnya dia menelepon Marwan yang sedang tidur di lantai atas, memberitahunya untuk segera melarikan diri. Diam-diam Roman mengumpat saat Marwan tidak juga menjawab panggilan teleponnya.

"Kalau Anda mencari narkoba, saya yakin Anda tidak akan menemukannya. Peraturan Freezing sangat ketat. Pengunjung harus melewati pemeriksaan dua lapis sebelum dapat menikmati hiburan di sini," Manajer Freezing memberikan keterangan.

"Kami tidak mencari narkoba, pak. Kami mencari orang ini." Detektif Marabunta menunjukkan foto Marwan dari ponselnya. "Namanya Marwan. Apa Anda pernah melihatnya berkunjung kemari?"

Manajer Freezing melepas kacamatanya dan mendekatkan wajahnya ke ponsel Detektif Marabunta.

"Wah maaf, saya tidak hafal satu per satu pengunjung di sini. Tapi sepertinya saya tidak pernah melihatnya. Mungkin Anda dapat bertanya pada pegawai-pegawai yang lain." Manajer itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan memanggil seseorang.

"Roman, kemarilah." Manajer Freezing melambaikan tangannya. "Dia salah satu bartender di sini." Manajer Freezing memberitahu Ars dan Detektif Marabunta.

Roman buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Apa kamu kenal dengan orang ini? Mungkin dia pengunjung Freezing?" Detektif Marabunta menunjukkan foto Marwan pada Roman.

Ars: CYGNUS (Seri ke-3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang