Denial sudah berada di Forensik saat Ars tiba. Kurangnya waktu tidur membuat wajah tampannya terlihat lelah. Meskipun Ars yakin Denial sempat cuci muka sebelum ke Instalasi Forensik, partnernya itu masih ingin bergelung di dalam kantong tidur.
"Bagaimana hasilnya, Den?"
Alih-alih menjawab, Denial berpaling ke Dokter Helmy.
"Saya sudah double check ke Labkrim dan kesimpulan kami sama. Korban diberi Blue Safir dosis yang luar biasa tinggi," kata Dokter Helmy.
"Blue Safir?" Alis Ars bertaut.
"Itu jenis ekstasi yang dicairkan, Ars. Disebut Blue Safir karena warnanya yang biru muda cerah seperti air laut yang dilihat dari permukaan. Ia dikemas dalam botol kecil. Blue Safir ini bisa dikeringkan dan diubah menjadi bubuk putih, namanya Snow White."
"And this time doesn't come with seven dwarfs?" Ars nyengir.
"True." Denial mengangguk. Narkoba cair adalah modus penyelundupan terbaru karena sangat sulit diendus, bahkan oleh K9."
"Kamu sudah banyak baca rupanya, Den?" Ars bersandar di salah satu lemari.
"Ya, baru saja. Sambil nungguin kamu datang."
"Apa 182 sudah tahu tentang hal ini, Den?"
Denial menggeleng. "Belum. Tapi mereka akan menjadi orang pertama yang tahu informasi ini segera setelah matahari terbit."
"Blue Safir adalah narkotika jenis baru, detektif, yaitu 4-Klorometkatinona atau 4-CMC yang memberi efek stimulan yang sama seperti halnya sabu-sabu. Pengguna akan merasakan euforia, merasa senang, percaya diri, semangat, aktif, agresif, gelisah, pusing, panik, halusinasi, dan insomnia. Pada dosis lebih tinggi dapat menyebabkan kejang, stroke, hingga koma dan kematian," Dokter Helmy menambahkan.
Ars dan Denial mengangguk-angguk.
"Terima kasih banyak atas informasi dan kerjasamanya, Dokter Helmy. Apakah setelah ini Anda akan langsung pulang?" tanya Ars.
Dokter Helmy tersenyum, mengangguk. "Ya. Sudah terlalu lama saya menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang yang sudah tidak lagi bernapas. Saya rindu hembusan napas istri saya, meski sedang mengomel." Ars dan Denial tersenyum mendengar ucapan Dokter Helmy.
"Oke. Mari kita keluar." Dokter Helmy menyambar jaketnya lalu melangkah keluar diikuti Ars dan Denial.
"Apa kabar Dokter Ralline?" tanya Dokter Helmy sambil melangkah. "Saya menyesal belum punya kesempatan untuk menjenguknya."
"Ralline sehat, dok."
"Saya harap kasus ini dapat segera terpecahkan agar Dokter Ralline dapat kembali bertugas."
Ars tersenyum. "Saya harap juga begitu."
"Apa setelah ini Anda berdua langsung bertugas?" tanya Dokter Helmy.
"Ya, dok. Tewasnya Bu William semakin menambah tanggung jawab kami untuk secepatnya mengungkap apa yang sebenarnya terjadi."
"Saya benar-benar tidak menyangka Bu William meninggal. Padahal beberapa jam sebelumnya saya memeriksa sidik jarinya. Tapi beberapa jam setelahnya saya sudah harus memeriksa mayatnya." Dokter Helmy menghela napas. "Kematian memang rumit, ya? Tidak pernah disangka kapan datangnya sekaligus juga tidak mampu ditolak kedatangannya. Saya jadi teringat kalimat Asma Nadia dalam salah satu bukunya. Kematian adalah peristiwa tercepat, yang menjadikan segala tinggal sejarah."
"Baca novel-novel fiksi juga, dok?" canda Denial.
Dokter Helmy tertawa. "Selain melihat tubuh bersimbah darah, Anda pasti rindu melihat tubuh yang masih segar dan dialiri dalam tubuhnya, kan? Benar-benar dalam tubuhnya." Dokter Helmy terbahak. Begitu pula Ars dan Denial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Mystère / ThrillerDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...