Setelah berhasil mengatasi rasa terkejutnya, Ars menunjukkan lencananya. "Saya Detektif Ars Zhen dari DPM. Saya ingin menanyakan sesuatu pada Anda."
Roy Wijayanto menatap Ars dengan pandangan bingung. Aku baru saja datang dari luar negeri tapi sudah dikunjungi polisi detektif. Lelucon apa ini?, batin Roy. Tangannya bergerak membuka kunci gembok pagar.
"Oh, ya, silahkan masuk, detektif." Roy membuka pagar dan berjalan mendahului Ars menuju beranda. Disana ada empat buah kursi rotan yang sepertinya sudah lama tidak dibersihkan. "Silahkan duduk, detektif. Maaf, kursinya kotor. Saya sudah tidak punya pembantu untuk mengurusi rumah ini. Apa yang dapat saya bantu?" Roy duduk di salah satu kursi.
Ars melakukan hal yang sama. Tapi beberapa detik sebelumnya dia sempat mengedarkan pandangannya melihat rumah Roy. Terutama di area beranda dan halaman depan. Daun-daun berserakan di paving. Sebagian sedikit menggunung di salah satu sudut halaman. Kondisi beranda tidak jauh beda. Lantainya seperti sudah sangat lama merindukan sebuah benda yang bernama sapu. Ketika Ars berpindah posisi dari posisi ke posisi duduk, dia dapat melihat jejak sepatu boot Delta Cordura Tacticalnya di lantai.
"Anda benar Roy Wijayanto?" Ars memastikan karena wajah pria yang kini duduk di hadapannya saat itu sama persis dengan wajah mayat di mobil Timor merah.
"Ya." Roy mengangguk.
"Mengapa rumah Anda kotor sekali, Roy? Apakah Anda tidak punya pembantu untuk membersihkannya?"
Roy melongo. Dahinya berkerut. "Anda detektif dari divisi apa? Mengapa Anda menanyakan keadaan rumah saya?"
"Karena saya ingin tahu keberadaan Anda kemarin."
Roy makin bingung.
"Apakah Anda baru saja datang dari luar negeri?"
"Ya. Seminggu yang lalu."
Kini alis Ars bertaut. "Dan selama kurun waktu seminggu itu Anda tidak mempunyai waktu untuk membersihkan rumah Anda?"
"Saya tinggal di guest house karena rumah ini akan di jual. Kebetulan saja saya tadi datang kemari untuk memeriksa keadaan rumah. Anda datang sebelum saya selesai memeriksa. Dan jujur, detektif, saya bingung dengan maksud kedatangan Anda. Maaf, Anda dari divisi apa?"
"Divisi 186, Pembunuhan."
"What?" Roy setengah mati terkejut. "Lalu mengapa Anda datang kemari dan bertanya tentang keadaan rumah saya? Apa kaitan antara rumah saya dengan pembunuhan?"
"Bukan rumah Anda, tapi Anda."
"Ap...apa? Saya... Eh, ini... apa-apaan ini?" Roy bingung, sedikit panik. "Saya benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Anda bicarakan. Seminggu yang lalu saya datang dari Belgia. Saya sempat mampir di Surabaya dua hari untuk mengunjungi paman saya. Setelah itu saya ke Malang dan langsung menuju ke guest house Nirwana di Jalan Kawi dan tinggal di sana selama seminggu ini. Saya sengaja tidak menuju kemari karena tahu rumah saya ini pasti kotor dan tidak terawat."
"Ini rumah Anda?"
"Bukan, hmm ya."
Alis Ars kian rapat melihat kegugupan Roy Wijayanto. "Jangan memberi jawaban yang membingungkan, Roy." Ars memperingatkan.
"Ehmm maksud saya, ini rumah keluarga saya. Kedua orang tua saya sudah lama tinggal di Australia bersama dengan kakak saya yang pertama. Mereka sudah menjadi warga negara Australia selama kurang lebih sepuluh tahun. Awalnya saya memang tinggal di sini sendirian. Tapi rumah ini harus saya tinggalkan karena saya harus study di luar negeri. Awalnya di Finlandia lalu Belgia."
"Selama Anda tinggalkan, apalah ada seseorang yang merawat rumah ini?"
"Ada. Pak Hasan. Dia datang seminggu sekali. Tapi setelah Pak Hasan meninggal, rumah ini terbengkalai. Akhirnya kedua orang tua saya memutuskan untuk menjual rumah ini. Karena papa dan mama saya sibuk mengurus peternakannya dan kakak saya juga tidak dapat meninggalkan pekerjaannya dalam jangka waktu lama, akhirnya saya yang diminta untuk mengurus penjualannya. Waktu keputusan itu dibuat, saya masih di Belgia. Saya bilang saya akan mengurusnya setelah selesai study. Dan akhirnya saya tiba di sini seminggu yang lalu dan mulai mengurus semuanya karena saya juga tidak akan menetap di Indonesia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Misteri / ThrillerDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...