Orang yang ditunggu-tunggu Ars datang setengah jam setelah dia menyampaikan informasi pada Kapten Montreal. Oleh polisi berseragam, Pak Yanto langsung dibawa ke ruang interogasi. Ars menyusul masuk ketika Pak Yanto baru saja duduk.
"Pak Yanto, kita bertemu lagi." Ars duduk di hadapan Pak Yanto.
Hati Pak Yanto tersengat melihat detektif yang disebutnya bukan detektif sembarangan itu kini duduk di hadapannya. Pak Yanto diam. Terkadang dia menunduk. Namun beberapa saat kemudian dia angkat kepala. Gerakannya menunjukkan kegelisahannya.
"Anda kenal dengan Marwan, pak?" Ars sama sekali tidak ingin membuang-buang waktu untuk berbasa-basi. Dia duduk tenang dengan kedua tangan di meja. Jari-jarinya saling bertaut.
Pak Yanto akan menggeleng tapi gertakan Ars menyambarnya.
"Jangan bilang kalau Anda tidak kenal dengan dia. Dia salah satu anak buah Tony." Ars melepaskan kaitan jarinya. Kini kedua tangannya berada di sudut-sudut meja. Dengan posisi duduk seperti itu membuat Ars terlihat kian garang. "Dia tahu kalau Anda adalah manajer di tempat pemotongan ayam itu."
"Iya, tapi saya tidak mengenalnya," Pak Yanto berusaha membela diri.
"Marwan bilang selain bekerja di rumah Tony, terkadang dia juga bekerja di peternakan unggas. Dia mengatakan kalau dia sudah satu setengah tahun bekerja untuk Tony. Kalau Anda mengatakan tidak mengenalnya, apa kalian berdua tidak pernah bertemu, atau kalian bertemu tapi tidak pernah mengobrol atau Anda berbohong ketika mengatakan kalau Anda tidak mengenalnya?" Sambil menyebutkan tiga pilihan itu, Ars mengangkat tiga jarinya. "Jadi pilihan yang mana?" tanyanya. Pandangan matanya terus terarah pada Pak Yanto.
"Ya, saya mengenalnya," kata Pak Yanto pelan. Kepalanya tertunduk.
"Pak Yanto, kami tahu tempat pemotongan unggas itu ada kaitannya dengan narkoba meskipun kami masih belum tahu apa yang sebenarnya kalian lakukan dan narkoba jenis apa yang kalian mainkan. Tapi percayalah, sebentar lagi semuanya akan segera terungkap. Tony memang melarikan diri tapi angggota-anggota kami sedang gila-gilaan memburunya. Saya ingatkan agar Anda tidak berbohong atau mencoba untuk berbohong karena kalau Anda melakukannya saya sendiri yang akan gila-gilaan mengungkap kebohongan itu. Percayalah, Anda tidak akan menyukai cara saya." Ars berdiri lalu berjalan ke kursi Pak Yanto. Kini dia duduk di atas meja dengan memiringkan tubuhnya agar dia dapat melihat wajah Pak Yanto lebih dekat lagi. Ars tahu usia Pak Yanto jauh lebih tua darinya. Dan duduk dalam posisi seperti itu amatlah tidak sopan. Tapi itu harus dilakukannya untuk kepentingan interogasi.
Di kursinya, Pak Yanto terhenyak. Tony melarikan diri? Batin Pak Yanto dalam hati. Sialan orang itu. Dia hanya berusaha menyelamatkan dirinya sendiri saja, rutuk Pak Yanto dalam hati. Dia pasti melarikan diri dengan wanitanya. Berarti mereka sengaja mengumpankan aku sementara mereka lari. Kurang ajar!, batinnya lagi. Tangannya mencengkeram satu sama lain.
"Apa tugas Marwan di tempat pemotongan unggas itu, pak? Apa dia yang bertugas menyelundupkan narkoba melalui paket-paket ayam dan bebek itu?"
"Tidak ada narkoba di tempat pemotongan unggas, detektif. Anda sudah memeriksanya sendiri. Anda sudah memasukkan tangan ke salah satu ayam kami dan Anda tidak menemukan apa-apa di sana, bukan? Anda juga tidak akan menemukan narkoba di dalam ayam-ayam atau bebek-bebek yang lain karena memang tidak ada narkoba di sana. Kami hanya mengurusi ayam dan bebek saja."
"Kalau begitu apa tugas Marwan di tempat pemotongan unggas?"
"Tugasnya serabutan. Kadang ikut membersihkan ayam, mengepak, mengantar."
"Bukankah ada pegawai khusus untuk pekerjaan-pekerjaan itu? Jangan bilang kalau Marwan ringan tangan, suka menolong karena jawaban itu sama sekali tidak masuk akal bagi saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Misterio / SuspensoDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...