(1) Mood Booster

917 66 5
                                    

22 Juli 2020

Ars sedang menonton televisi ketika bel pintu rumahnya berbunyi.

"Biar saya yang membukakan, Mbak Sur," kata Ars ketika dilihatnya pembantunya tergopoh-gopoh keluar dari dapur.

"Baik, mbak," Mbak Suryani masuk ke dapur lagi.

Saat pintu terbuka, Ars setengah mati terkejut.

"Selamat pagi, Detektif Ars Zhen. Saya Eclipse Janied Mainaki, pemerhati gizi Anda. Ingin sarapan apa pagi ini?" Janied tersenyum di ambang pintu. Tangannya menenteng kotak besar warna putih.

Dengan satu tangan masih memegang handle pintu, Ars menggunakan tangan yang lain untuk menutupi mulutnya saat tertawa lebar melihat tingkah orang yang berdiri di hadapannya.

"Ya ampun, Janied, ngapain?"

"Nyiapin sarapan buat detektif Ars dong." Janied duduk di kursi teras. Diletakkannya kotak yang dibawanya di atas meja. "Pengen sarapan apa?" Janied mengeluarkan isi kotak yang membuat Ars geleng-geleng. Ada kompor portable, teflon kecil lengkap dengan spatula, piring lengkap dengan sendok dan garpu, sekotak kecil telor, minyak goreng, roti tawar, tiga toples kecil yang Ars tidak tahu apa isinya, seplastik kecil kacang polong, seplastik kecil sosis, satu buah tomat dan wortel, talenan, serta pisau kecil.

"Jadi...pengen sarapan apa?" mata Janied mengerjap-ngerjap lucu.

"Di toples kecil itu apa?"

"Oh, ini selai. Selai kacang, coklat, dan strawberry. Semuanya homemade."

"Hmmm, sandwich isi selai kacang deh."

"Disiapkan." Janied tersenyum lalu cekatan memasang sarung tangan plastik dan menyiapkan sandwich pesanan Ars. Kurang dari dua puluh detik, sandwich itu telah siap.

"Silahkan. Mau telur dadar juga?" Janied bertanya lagi dengan mimik lucu.

"Boleh."

"Sebentar."

Ars masih memegang piring kecil berisi sandwich, batal untuk menyantap roti isi itu karena terkagum-kagum melihat kecepatan memasak Janied. Tangannya yang kekar dengan jari-jari yang besar tidak kalah luwes dengan gerakan seorang penari saat dia mengocok dua butir telur lalu memasukkannya ke atas teflon yang sudah dipanaskannya terlebih dulu. Setelah telur itu matang, Janied meletakkannya di atas piring. Ars mengira Janied akan langsung menyerahkan sepiring telur dadar itu padanya. Tapi Ars keliru. Dia melongo saat Janied mengeluarkan seplastik kecil kacang polong dan memasaknya sebentar dengan mentega. Setelahnya ditaburkannya kacang polong itu di telur dadar bagian atas dari arah kiri ke kanan. Lalu dia mengambil sosis dan mengirisnya tipis-tipis menjadi dua potong lalu memasangnya di atas telur dadar seolah-olah irisan sosis itu adalah dua pasang mata. Kemudian dia mengiris ujung wortel dan tomat yang kemudian dibaginya menjadi dua. Potongan ujung wortel dipasangnya sebagai hidung dan potongan separuh tomat dipasangnya sebagai mulut.

Melihat penampilan telur dadar itu membuat Ars membayangkan badut kecil berhidung mancung dan berambut hijau sedang tersenyum padanya.

"Hello I'm peas on omelette. Enjoy me." Janied merubah suaranya seolah-olah dia adalah salah seorang karakter kartun.

Ars tertawa. Matanya menatap Janied dengan pandangan yang mengatakan you are so damn sweet dengan suasana hati yang levelnya jauh lebih tinggi dari sekedar senang.

"Thank you." Ars menerima piring berisi telur dadar. Dia akan menggigit sandwich ketika Mbak Suryani keluar dengan membawa sepiring nasi goreng dan telur orak-arik.

"Mbak Ars, sarapan...." Mbak Suryani tertegun sejenak di ambang pintu melihat meja beranda yang penuh dengan bahan dan peralatan masak. Matanya beralih-alih menatap meja beranda, Ars, dan Janied. "Sarapannya dibawa ke kantor saja ya, mbak? Saya masukkan ke kotak makan seperti biasanya ya?" Seakan tahu apa yang terjadi meski tidak diberitahu, Mbak Suryani lekas tanggap dengan apa yang terjadi di beranda itu.

"Mbak, tunggu." Janied menghentikan langkah Mbak Suryani yang sudah memutar tubuhnya. "Nasi gorengnya buat saya saja, boleh?"

Mbak Suryani melihat Ars untuk mendapatkan jawaban. Setelah dilihatnya Ars mengangguk, Mbak Suryani memberikan sepiring nasi goreng itu pada Janied.

"Hmm enak banget nasi goreng ini, Mbak," kata Janied setelah memasukkan suapan pertama.

"Masakan Mbak Suryani memang enak," puji Ars.

"Mau saya buatkan sandwich juga, mbak?"

"Sandwich?" Mbak Suryani memandang Ars lagi. Ars menjawabnya dengan mengangkat piring kecil berisi roti isi yang baru digigitnya separuh.

Oh, itu namanya sandwich, batinnya. Selama membantu di rumah Ars, dia sering membuat sandwich untuk Ars, tapi dia tidak tahu namanya. Dia menyebutnya dengan roti isi.

"Oh, tidak usah, mas." Mbak Suryani tersenyum. "Silahkan dinikmati nasi gorengnya. Saya masuk dulu."

Saat memutar tubuhnya dan melangkah masuk, diam-diam Mbak Suryani tersenyum. Nonanya memang tidak pernah menceritakan masalah pribadi padanya, termasuk tentang lelaki yang memborong perlengkapan dapur ke beranda itu. Tapi suasana di beranda yang riuh dengan senyum dan rona-rona merah muda menunjukkan, siapapun lelaki itu, dia adalah teman spesial nonanya.

Di beranda Janied kembali memanjakan Ars dengan mengeluarkan sebotol kecil jeruk peras.

"Jeruk peras adalah minuman yang cukup sakarin dan bagus diminum di pagi hari karena dapat ngurangin hormon stres. Jadi kalau pembunuhnya nggak ketangkep-ketangkep juga, nggak usah terlalu stress, tetap tenang agar dapat menemukan kaitan bukti-bukti." Janied menuangkan jeruk peras ke dalam gelas yang dibawanya lalu memberikannya pada Ars. "Besok mau sarapan apa?"

"Hah memangnya kamu tiap pagi mau dateng kemari buat nyiapin sarapanku? Nggak usah." Ars cepat menjawab pertanyaannya sendiri sebelum Janied mengangguk. "Mbak Suryani sudah nyiapin sarapan buatku kok. Tapi aku sangat berterima kasih atas breakfast surprise pagi ini."

"Sama-sama. Ngantor jam berapa hari ini?" Janied memasukkan barang-barang bawaannya ke kotak.

"Jam delapan. Jam berapa sekarang?"

Janied melihat jam tangannya. "Jam tujuh."

"Oke, have a nice day at work, will you? Aku pulang dulu. Hati-hati ya, darl. Eh, sudah boleh dong aku manggil kamu darl?" Tatapan Janied hangat memandangnya.

Ars geleng-geleng seraya mengernyitkan hidungnya. "Kamu tuh ya."

"Boleh nggak?"

"Hmm ketahuan deh sekarang kalau tipe pemaksa."

"Nggak, aku nggak maksa kok. Aku minta ijin." Janied berdiri. "Take care of yourself. And be back at home in one piece. I mean it."

"I will." Hati Ars menghangat menyadari bertambah lagi daftar orang yang mengkhawatirkan keselamatannya dan memintanya untuk menjaga diri saat bertugas.

Ketika Janied melangkah di carport, Ars berseru. "Hei."

Janied berhenti dan menoleh.

"Take care of yourself, too," Ars berhenti dan Janied menunggu. "Darl," goda Ars, tersenyum lalu melangkah masuk.

Janied tersenyum sambil menggeleng-geleng.

Ars: CYGNUS (Seri ke-3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang