(47) Kaget

374 66 11
                                    

Ars menarik maju punggungnya lalu duduk dengan posisi kedua sikunya menekan lutut.

"Mengapa kami harus menanyakannya pada Tony? Bukankah kamu juga mengetahuinya?"

"Tony yang lebih tahu. Dia yang berhubungan dengan keluarga William, termasuk menyekolahkan dua putra laki-laki William Sandjaja ke Jerman."

Alis Ars berkerut. "Menyekolahkan dua putra laki-laki William ke Jerman? Apa itu semacam balas budi atau William Sandjaja berhutang dulu lalu dibayar dengan sistem potong gaji atau bagaimana?" Ars membuka kedua tangannya, mengungkapkan kebingungannya.

Detektif Erlita menggeleng-geleng. "Tidak, tidak seperti itu. Itu murni keinginan Tony sendiri tapi aku tidak pernah tahu alasan pastinya. Dia hanya mengatakan kalau uangnya terlalu banyak dan dia ingin menghabiskan uang itu."

Bohong besar!, batin Ars. Pasti ada sesuatu yang jauh lebih besar lagi selain alasan hanya ingin menghabiskan uang saja. Aku akan mengcross-check keterangan Erlita dengan seseorang yang dekat dengan Tony. Saat Ars memikirkan beberapa nama, nama Pak Yanto berkelebat.

"Lalu tentang Ralline. Mengapa dia juga terkena imbas dari rencana kalian? Berdasarkan informasi yang dimiliki oleh bos temanmu itu, diketahui bahwa Roy Wijayanto adalah teman SMA Ralline. Mungkin hari ditemukannya mayat Boy di dalam Timor merah adalah hari sial Ralline karena pertemuan tiba-tibanya dengan Roy Wijayanto memberikan keuntungan tersendiri bagi kalian untuk memfitnahnya, bahwa dia terlibat dengan narkoba dengan menyembunyikan Black Heart di dalam novel sekaligus membunuh Boy Wijayanto. Tapi, Er, bagaimana kalian tahu kalau Roy akan mengunjungi Ralline? Ralline cerita kalau hari itu dia juga terkejut dengan kedatangan Roy karena mereka sudah lama tidak bertemu. Mereka juga jarang kontak lewat WA. Apakah pertemuan itu juga bagian dari rencana kalian?"

Detektif Erlita mengangguk lemah. "Kami harus memilih seseorang yang membuat polisi jauh lebih sibuk. Kalau kami memilih polisi bawahan biasa, polisi memang akan sibuk tapi...

"Tapi kalian khawatir mereka tidak terlalu sibuk sehingga proses penyelundupan yang kalian lakukan akan tertangkap basah," tukas Detektif Hanif.

Detektif Erlita mengangguk.

Ars mengangguk-angguk. Di otaknya masih terangkai beberapa kejadian yang menyisakan pertanyaan-pertanyaan. Kasus pembunuhan Boy Wijayanto memang sudah sedikit terungkap, tapi masih ada beberapa titik-titik kejadian yang merupakan pemicu terjadinya kasus pembunuhan itu menurutnya masih tertutup misteri. Sama seperti teridentifikasinya sumber kebakaran. Meskipun sumber api sudah ditemukan dan api sudah berusaha dipadamkan, letupan-letupan kecil juga harus diwaspadai agar tidak memicu timbulnya api baru.

"Setelah kalian menetapkan Ralline sebagai target, lalu apa yang kalian lakukan?" Ars terus mendesak.

"Aku mendekati Roy. Saat itu dia berada di Starbucks. Aku mengajaknya mengobrol. Aku juga tidak tahu sebabnya tapi saat itu kami langsung mengobrol banyak hal."

Karena kamu menarik, Er. Dan pintar, batin Ars. Wanita yang cantik kalah misterius dengan wanita menarik dan pintar. Kecuali kalau wanita itu benar-benar cantik dan berotak encer. Tapi tidak ada yang sempurna di dunia ini, bukan? Kamu sudah memenangkan satu poin yang membuat lawan jenismu enggan berpaling dari wajahmu. Sayangnya kamu harus terjerumus ke dalam kejahatan seperti ini, batin Ars, sedikit miris karena menyayangkan tindakan Erlita.

"Lewat obrolan itulah kamu mengetahui tentang pertemanan Roy dengan Ralline?"

"Ya," Detektif Erlita mengangguk. "Dia cerita ingin memberi surprise pada Ralline saat berkunjung ke Malang, termasuk keinginannya membeli buku sebagai oleh-oleh untuk Ralline."

Ars: CYGNUS (Seri ke-3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang