Keberadaan Terminal Arjosari membuat Jalan Lembayung dan area-area sekitarnya yang menggunakan nama-nama sayuran sebagai nama jalan, dipadati oleh deretan home industry yang menempati tanah yang dulunya adalah deretan ruko-ruko. Ruko-ruko tersebut terpaksa dirobohkan oleh pemerintah karena tidak berfungsi sama sekali. Kain banner yang bertuliskan Dikontrakkan/Dijual yang menempel di dinding ruko tidak ubahnya seperti daging cacah, robek di sana-sini digerus cuaca karena sepinya penyewa atau pembeli. Sebagai gantinya dibangunlah home industry yang menjaring pekerja-pekerja baik dari Kota maupun Kabupaten Malang.
Seperti api yang bereaksi pada bahan yang mudah terbakar, deretan home industry itu memicu munculnya rumah kontrakan dan rumah kos yang dihuni oleh pekerja-pekerja dari Kabupaten Malang. Ars dan Detektif Marabunta berhenti di ujung Jalan Lembayung.
"Kita parkir mobil di sini." Ars mematikan mesin lalu bergerak keluar diikuti oleh Detektif Marabunta.
Mobil dinas polisi berseragam berhenti di belakang Si Hiu. Sepuluh polisi berseragam segera melompat keluar mengikuti Ars dan Detektif Marabunta.
"Lima orang ikut saya, yang lainnya ikut Detektif Ars," Detektif Marabunta memberi instruksi seraya berlari ke alamat yang disebutkan oleh Detektif Denial.
Jalan Lembayung 12D penuh dengan orang-orang yang sedang mengerjakan kerajinan dari rotan. Mereka terkejut dan sebagian lari berhamburan melihat kedatangan polisi detektif dan polisi berseragam DPM.
"Ada apa ini?" tanya seorang pria seraya berdiri.
"Anda pemilik rumah ini?" tanya Detektif Marabunta.
"Bukan. Saya pengawas di sini."
"Kami mencari seorang pria bernama Marwan. Kami lacak ponselnya dan sinyal menunjukkan dia berada di sini. Dimana dia?"
Pria yang menyatakan dirinya sebagai pengawas itu belum sempat memberikan jawaban saat Detektif Marabunta mendengar suara tumpukan kaleng yang jatuh dari area belakang rumah.
"Di belakang!" seru Detektif Marabunta lalu menyibak kerumunan kecil pekerja, menyeruak masuk ke rumah.
Sementara itu Ars dan lima polisi berseragam berlari ke belakang melewati lorong kecil di samping rumah menuju ke area belakang.
"Itu dia!" seru Ars, menambah kecepatan larinya. "Marwan, berhenti," Ars berteriak memperingatkan sambil terus mengejar.
Pekerja-pekerja di rumah-rumah di belakang rumah nomer 12D berhamburan keluar melihat keriuhan yang terjadi. Beberapa pekerja wanita berteriak-teriak panik saat melihat Ars mengeluarkan pistolnya. Sempitnya lorong dan pekerja-pekerja yang berhamburan keluar membuat gerak polisi berseragam tidak bebas. Hanya dua polisi yang hampir berhasil menyamai laju lari Ars.
Ternyata daerah di belakang rumah nomer 12D seperti sarang lebah. Banyak lorong-lorong yang saling terhubung satu sama lain sebelum berakhir di jalan raya.
"Hubungi Detektif Mara, beritahu dia untuk menghadang di jalan raya. Target mengarah ke sana," perintah Ars sambil terus berlari. "Marwan, berhenti!" Ars memperingatkan lagi saat dilihatnya Marwan menoleh ke belakang lalu menambah laju larinya karena jarak Ars dan dua polisi berseragam tidak jauh darinya.
Meski pistol sudah terkokang, Ars tidak gegabah untuk melesatkan pelurunya demi menghentikan laju Marwan. Bahkan kalau tidak benar-benar mendesak, dia masih akan tetap menyimpan peluru-peluru itu dalam magasin. Lagipula pengejaran itu bukanlah seperti yang terjadi di kebanyakan film-film Hollywood, dimana peluru diobral untuk menghentikan laju penjahat. Baik polisi detektif maupun polisi berseragam DPM diijinkan untuk menembak target jika dalam keadaan Red Alert atau sangat terpaksa. Itu pun bukan untuk tujuan membunuh, melainkan hanya untuk melumpuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Mystery / ThrillerDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...