Kantor Divisi K-9 terletak di DPM area belakang, di dekat tempat parkir motor pengunjung sel. Sengaja di tempatkan di area belakang karena divisi tersebut membutuhkan space yang luas untuk kandang anjing-anjing pelacak sekaligus tempat untuk melatih hewan-hewan bertaring itu.
Kedatangan Ars dan Denial disambut oleh seekor K-9 yang salakannya seperti pistol yang menewaskan target di letusan pertama.
"Bruno, sit." Serka Dharma berlari di belakang seekor anjing berkulit coklat dan bertubuh tegap. Tangan kekar Serka Dharma memegang tali yang terhubung ke rantai yang melingkari leher Bruno.
Seolah dikendalikan dengan remote control, Bruno serta merta duduk setelah mendengar perintah Serka Dharma.
"Dia yang biasanya bertugas mengendus narkoba?" tanya Ars seraya bergerak menjauh dari Bruno karena anjing itu lekat menatapnya dengan tatapan nyalang. Denial pun mengambil langkah yang sama.
"Dia belum makan?" tanya Denial dengan pandangan ngeri. "Sepertinya dia belum makan."
"Sudah. Dia baru saja makan nasi, daging sachet, kepala ayam, dan dog food. Kami juga menambahkan telur ayam untuk selalu menjaga staminanya," jelas Serka Dharma.
Denial meringis. "Wah, ngalah-ngalahin ransum detektif nih."
Serka Dharma tersenyum. "Ngomong-ngomong detektif berdua ada perlu dengan siapa?"
"Serka Dharma, sekuat dan sesensitif apakah hidung K-9 untuk menemukan sesuatu?" tanya Ars.
"Semua itu tergantung pelatihannya, Detektif Ars. Masing-masing K-9 mempunyai keahlian sendiri-sendiri. Mari ikut saya." Serka Dharma memutar tubuhnya, tangannya sigap menarik tali kekang agar Bruno berdiri dan berjalan di sampingnya. Ars dan Denial melangkah di belakang Serka Dharma yang membawa keduanya menuju ke sebuah ruangan tempat sepuluh kandang berada. Kandang itu dihuni oleh K-9 dari berbagai jenis.
"Ada lima anjing yang piawai mengendus narkoba. Dogo , Boxer, Blood, Zerro, dan Bruno ini." Serka Dharma menunjuk lima kandang di dekat pintu masuk. Masing-masing kandang dilengkap dengan name tag. "Sementara yang deretan sebelah sana." Serka Dharma menunjuk lima kandang lain di dekat pintu yang menghubungkan ruangan kandang ke sebuah ruangan lain. "Ada yang handal mengendus bahan peledak, anjing SAR, mengendus pelaku kejahatan dan mayat serta anjing penghalau massa. Mereka semua sedang berada di lapangan sekarang. Sedang dilatih."
"Yang kemarin menemukan Black Heart di ruangan Dokter Ralline yang mana?" tanya Ars.
"Bruno yang menemukannya." Serka Dharma menepuk-nepuk kepala Bruno.
Sesaat kemudian terdengar salak anjing yang sangat keras tapi tidak berasal dari ruangan itu.
"Ada anjing lain?" tanya Denial. "Sepertinya saya baru saja mendengar anjing menyalak tapi bukan dari ruangan ini."
"Oh itu. Mari ikut saya lagi. Sebentar, saya masukkan Bruno ke kandangnya dulu." Serka Dharma memasukkan Bruno ke kandanganya lalu melangkah menjauhi ruangan itu menuju ke sebuah lapangan kecil berumput yang terletak di belakang ruangan yang penuh dengan kandang tadi. Ada beberapa tanaman hias mengelilingi lapangan kecil berumput tadi.
"Disini anjing K-9 melepas stress setelah bertugas. Mereka dipijat dan bermain sebagai reward atas hasil kerja mereka. Sebentar." Serka Dharma meninggalkan keduanya, berjalan menuju ke sebuah ruangan kecil di belakang taman.
Melihat wajah Denial berbinar, Ars berkomentar, "Jangan bilang kalau kamu ingin bertransformasi menjadi K-9 demi pijatan dan permainan, Den."
"Sialan kamu, Ars." Denial pura-pura memberengut. "Masa kecilku cukup bahagia, kok, meski jarang dipijat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Mystery / ThrillerDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...