Ars menepi untuk memberikan kesempatan pada Denial membandingkan foto sketsa wajah di ponselnya dengan mayat yang ada di dalam mobil.
"Ya, benar." Denial mengangguk seraya menyerahkan ponsel Ars setelah terlebih dulu mentransfer gambar sketsa wajah itu ke ponselnya.
"Detektif Ars, Detektif Denial." Ars dan Denial menoleh bersamaan. Serka Reza, salah seorang personil Labkrim menghampiri mereka.
"Ada informasi apa, Serka Reza?" tanya Ars.
"Sepertinya Anda berdua punya dua TKP." Serka Reza memasang sarung tangannya. "Kalau korban dibunuh di dalam mobil ini, darah pasti akan muncrat kemana-mana. Tapi lihatlah, mobil ini bersih. Noda darah hanya ada di jok mobil yang diduduki korban. Itupun tidak banyak. Tidak sebanyak jika korban di bunuh di dalam mobil ini."
Mata Ars mengikuti gerakan tangan Serka Reza menunjuk spot-spot yang dimaksud.
"Sepertinya pembunuh berusaha menghilangkan jejak. Memang kesannya kurang kerjaan, harus memindahkan mayat dari TKP satu ke TKP lain. Tapi tentu pelaku mempunyai alasan khusus melakukannya," tambah Serka Reza.
"Mobil ini mobil kota atau kabupaten?" Ars menjawab pertanyaannya sendiri dengan berjalan menuju ke bagian depan mobil. "N 1365 LA," Ars membaca.
"Kota Batu," seru Denial. "Abjad pertama untuk dua abjad terakhirnya L. Itu seri untuk Kota Batu. Aku tahu karena sepupuku tinggal di sana."
"Mayat ini menempuh perjalanan yang lumayan jauh juga ya. Apa Anda punya informasi lainnya, Serka Reza?" Ars kembali bergabung dengan Denial dan Serka Reza.
"Sejauh ini belum ada, Detektif Ars."
"Detektif Ars, Detektif Denial," seru seorang polisi berseragam yang mengenakan rompi Labkrim. "Saya menemukan ini di bagasi belakang." Polisi berseragam itu menyerahkan sebuah kartu.
"Sepertinya kartu keanggotaan sebuah perkumpulan. Tapi tidak ada nama perkumpulannya. Hanya ada nama pemilik kartu." Ars mengamati kartu itu. "Cygnus," Ars membaca nama di kartu itu. "Nama yang aneh." Ars menyerahkan kartu itu ke Denial.
"Sepertinya aku pernah mendengar kata itu. Tapi aku lupa kapan dan dimana," Denial membolak-balik kartu yang bentuknya mirip dengan KTP."
"Kompartemen bagasi tertutup karpet. Ketika saya singkap karpetnya, saya menemukan kartu ini," kata polisi berompi Labkrim.
Ars mengangguk-angguk. "Baiklah. Terima kasih atas informasi dan kerjasama Anda berdua." Ars menyerahkan kartu itu kembali ke polisi berseragam yang tadi menyerahkan kartu lalu menjabat tangan Serka Reza dan rekannya. "Semoga kita akan menemukan banyak petunjuk dari kartu ini. Kami tunggu kabar lain dari Labkrim."
"Baik, detektif." Serka Reza mengangguk lalu berlalu bersama dengan rekannya.
"Den," Ars berpaling ke Denial, "Kamu selidiki lebih jauh tentang mobil ini. Kita harus menemukan petunjuk untuk menemukan TKP pertama. Aku akan menanyai saksi-saksi."
"On it, Ars."
"Apa analisa Anda Dokter Helmy?" Ars mendekati Dokter Helmy.
"Dari sayatan luka dan suhu tubuhnya, saya perkirakan range kematiannya antara pukul tujuh sampai tujuh tiga puluh. Korban hanya bertahan beberapa detik setelah pisau memutus urat lehernya. Tidak ada tanda-tanda perlawanan di tubuhnya...
"Kalau begitu korban mengenal pelaku?" potong Ars.
"Sepertinya begitu. Saya harus meneliti lebih jauh lagi."
"Ada informasi lainnya, dok?"
"Sementara masih itu, Detektif Ars."
"Ok, kabari saya secepatnya ya, dok, segera setelah Anda menemukan sesuatu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Mistério / SuspenseDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...