"Kamu kelihatan gelisah sekali. Kenapa, Tony?" Wanita itu menuangkan minuman berwarna kuning emas ke dalam gelas panjang.
Tony menggeser ponselnya ke arah teman wanitanya. "Ada pesan dari Roman."
Wanita itu meneguk habis minumannya lalu meraih ponsel Tony dan membaca pesan yang dimaksud.
"Bodoh Marwan itu. Seharusnya dia tahu dan sadar kalau detektif dan polisi berseragam pasti mencarinya setelah dia menghabisi janda William. Aku juga sudah memperingatkan dia untuk hati-hati. Sok-sokan datang ke DPM, meracuni pakai Blue Safir, kalau itu tidak bisa disebut sebagai kebodohan, lalu apa namanya?" Suara Tony meninggi, menonjolkan urar-urat lehernya.
Teman wanitanya hanya tersenyum, meliriknya. Seakan-akan luapan amarah Tony barusan adalah tindakan yang sia-sia.
"Kenapa malah tersenyum? Kamu meledekku? Kamu pasti tahu, kan, tingginya resiko penyelundupan ini? Kalau kedokku terbongkar, habislah aku. Keluargaku tidak lagi bangga padaku. Dan itu berarti aku kalah poin lagi dengan Dony. Seperti yang sudah-sudah." Tony mendengus kesal lalu mengusap-usap wajahnya dengan kasar. Seolah-olah ingin membuang kesialan dari wajahnya.
Wanita itu tersenyum lagi. Dia berdiri dari duduknya lalu berjalan mendekati kursi Tony. Dipeluknya Tony dari belakang seraya mengelus-elus lengan pria berkulit sawo matang itu. Ini bukan pertama kalinya dia melihat kegusaran Tony dan dia tahu benar cara mengurangi kegusaran pria itu.
Di kursinya Tony merasakan napasnya tidak lagi memburu. Sentuhan wanita itu layaknya air yang menyiram api amarahnya. Meski sudah ada istri yang tidak pernah lupa menyiapkan segala keperluannya, kehadiran wanita itu kerap membuatnya merasa sebagai lelaki yang tangguh, yang diinginkan. Memang istrinya tidak pernah membantah perintahnya, tidak pernah menolak keinginannya. Tapi ritme seperti itu tanpa disadarinya membuatnya bosan. Istrinya tidak ubahnya seperti tempe yang siap dibolak-balik di atas penggorengan dan diangkat jika tingkat kematangannya sempurna. Berbeda dengan wanita itu. Dia adalah daging yang membutuhkan perjuangan tersendiri saat dikunyah, liat di mulut, pemberontak, namun masih ada porsi kelembutan yang sanggup menenangkan dirinya saat diserang gelisah. Seperti saat itu.
"Ck...ck...ck...Dony sudah kalah poin jauh denganmu. Kamu tidak usah sebegini risaunya. Aku sudah mengurus semuanya. Aku sudah mengatur semuanya. Bukankah kamu sudah memerintah Marwan menggunakan Blue Safir untuk menghabisi janda William?"
"Ya, sesuai perintahmu, kan?"
Wanita itu tersenyum, mengangguk. "Bagus. Itu akan memecah konsentrasi detektif-detektif dan polisi-polisi berseragam. Link Black Heart dan Blue Safir memang berbeda. Mereka akan butuh waktu untuk mencari kaitannya. Dan kita akan memanfaatkan waktu itu untuk memasukkan Blue Safir kemari seperti yang sudah kita rencanakan. Tenanglah, Ton. Hanya ada sedikit perubahan. Dan itu adalah hal yang wajar. Tanpa adanya kejutan-kejutan dalam suatu rencana, hidup tidak akan menegangkan. Kamu tahu aku suka kejutan. Lagipula, apa asiknya hidup kalau semuanya berjalan lancar. Tidak ada tantangannya, Tony sayang." Kini tangan wanita itu bergerak memijat pundak Tony. '"Rileks ya. Semuanya akan baik-baik saja."
Tony memejamkan mata, mencoba rileks seperti yang diminta wanita itu. Tapi sejenak kemudian, Tony kembali membuka matanya.
"Lalu bagaimana dengan dokter wanita itu?"
"Ralline Callista Mulya ?" Tangan wanita itu berhenti memijat.
"Aku bahkan tidak tahu nama lengkapnya." Tony mendengus.
Kini wanita itu terkekeh. "Kamu lucu kalau sedang risau begini. Bagaimana kalau kita bertemu Snow White agar kamu dapat rileks, tidak memikirkan apapun karena seperti yang sudah aku bilang tadi aku sudah mengurus semuanya. Aku sudah mengatur semuanya. Ralline adalah cameo dalam film kita ini. Dia tidak penting. Sayangnya, dia juga sedang sial."
![](https://img.wattpad.com/cover/130743333-288-k326171.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Mystery / ThrillerDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...