Detektif Denial, Kapten Montreal, dan Detektif Marabunta beserta tiga orang polisi berseragam dari Divisi 186 yang bertugas jaga malam bergegas ke sel. Dua orang polisi berseragam penjaga sel dan satu orang wanita yang mengenakan kemeja putih lengan panjang bertuliskan DAPUR sudah menunggu di sana.
"Siapa yang pertama kali mengetahui tewasnya tahanan ini?" Denial menatap ketiga orang tersebut bergantian.
"Saya." Petugas dapur yang awalnya berdiri di belakang polisi berseragam bergerak maju.
"Saat pertama kali menemukannya, apa yang kamu lihat?" Denial berkacak pinggang mengamati keadaan di dalam sel.
"Posisi wanita itu sama seperti posisinya sekarang ini, detektif."
Denial menatap Bu William yang terlentang dengan mulut menganga dan mata terbelalak. Sementara itu darah mengucur dari mulut, hidung dan telinganya.
"Labkrim sudah dihubungi?" Denial beralih ke polisi berseragam.
"Sudah, detektif," jawab salah satu diantara mereka.
Denial sudah tidak sabar ingin masuk ke sel dan melihat jasad Bu William lebih dekat. Tapi dia tidak ingin merusak TKP. Dia memilih menunggu kedatangan personil Labkrim.
"Sepertinya dia diracun, Den." Kapten Montreal berkacak pinggang menatap jasad Bu William.
"Itu juga yang saya pikirkan, Capt."
"Kita periksa CCTV, Den. Seseorang yang telah mengunjunginya pasti telah memberikan racun itu padanya," kata Detektif Marabunta.
"Ya." Denial mengangguk lalu memutar tubuhnya, melangkah keluar area sel diikuti Detektif Marabunta. Tapi sedetik kemudian Denial mencekal lengan Detektif Marabunta. "Bagaimana orang luar tahu kalau dia ditahan di sini?" Wajah Denial tegang. Sedetik kemudian Detektif Marabunta menampilkan rekasi yang sama.
"Siapa yang membawanya ke DPM?" tanya Detektif Marabunta.
"Pratu Teguh dan Pratu Rofiq. Aku menunggu di sini."
"Jangan-jangan mereka diikuti. Dan ketika menyadari wanita itu lama tidak keluar dari DPM, mereka menduga wanita itu ditahan, lalu mereka mengunjunginya di sel," analisa Detektif Marabunta.
"Sekaligus membunuhnya?" putus Denial. "Atau seseorang meneleponnya saat dia dalam perjalanan kemari atau sebelum dia masuk ke ruang interogasi. Karena itulah pelaku pembunuhan ini tahu keberadaan janda William." Denial mengerutkan dahinya, memikirkan beberapa kemungkinan yang membuat orang luar tahu keberadaan Bu William.
"Bisa jadi."
"Kalau begitu minta tolong kamu periksa CCTV sekaligus ponsel Bu William ya, Mara."
Denial berpaling memanggil salah satu polisi berseragam, memintanya mengambilkan ponsel Bu William yang disimpan di lemari tersangka untuk diberikan pada Detektif Marabunta.
"Bawa rekaman CCTV dan ponsel Bu William ke Divisi Elektronik. Setelah urusan di sini selesai, aku menyusul kesana. Aku masih harus nunggu Labkrim dulu."
"Oke. Detektif Ars kemana?"
"Ke Lawang. Ngecek tempat kerja pasangan William."
"Oh, oke."
Detektif Marabunta bergegas keluar bertepatan dengan datangnya Tim Labkrim. Denial kembali ke sel bersama dengan empat orang personil Tim Labkrim yang dipimpin Serka Reza. Keempat personil itu segera mengeluarkan peralatan mereka. Dalam peristiwa kriminal, kedatangan personil Labkrim paling ditunggu-tunggu karena dari hasil pemeriksaan merekalah polisi detektif dapat mengembangkan penyidikan hingga kasus terungkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Mistério / SuspenseDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...