Detektif Marabunta tidak menemukan Marwan di alamat yang diberikan Samsul. Dia harus bertanya pada ketua RT setempat tentang keberadaan Marwan. Dari informasi yang di dapatnya, Marwan sudah satu bulan sebelumnya pindah ke Surabaya untuk bekerja. Detektif Marabunta harus kembali ke DPM untuk kembali menginterogasi Samsul dan menanyakan keberadaan Marwan.
Samsul sedang duduk melipat kakinya di sel ketika seorang polisi berseragam menjemputnya dari sel dan membawanya ke ruang interogasi. Polisi berseragam itu mendudukkan Samsul di kursi dan memasukkan rantai borgol di tangan Samsul pada sebuah lubang di meja. Setelahnya dia mengaitkan rantai borgol itu pada sebuah besi yang dipasang di bawah meja dan menguncinya.
Segera setelah polisi berseragam itu keluar, Detektif Marabunta duduk di atas meja dengan satu kaki menyangga tubuhnya. Sementara matanya memandang Samsul tajam.
"Samsul, saya baru saja ke Tunggulwulung mencari Marwan. Tapi ketua RT nya mengatakan kalau Marwan sudah pindah ke Surabaya satu bulan lalu. Berarti kamu berbohong. Sekarang katakan dimana Marwan?"
"Saya tidak bohong." Samsul mengangkat satu tangannya yang tidak terborgol, mencoba mengirim pesan kalau dia mengatakan yang sebenarnya. "Rumah Marwan memang di Tunggulwulung. Saya pernah datang ke rumahnya."
"Kapan?"
"Saya...saya lupa. Sudah lama. Mungkin satu bulan yang lalu."
"Kalau kamu bertemu dengannya satu bulan yang lalu, kapan Marwan menemuimu untuk melakukan penculikan itu?"
"Dia menelepon saya seminggu yang lalu. Dia bilang ada pekerjaan ringan dengan bayaran besar."
"Berapa nomer telepon Marwan?"
"Saya lupa. Ada di ponsel saya."
Detektif Marabunta keluar untuk mengambil barang-barang Samsul yang disimpan di lemari tersangka. Lalu dia kembali ke ruang interogasi.
"Marwan meneleponmu seminggu yang lalu?"
"Ya." Samsul mengangguk.
Detektif Marabunta mencari historis telepon di tanggal yang dimaksud. Dia menemukan ada tiga telepon masuk di hari itu.
"Pukul berapa Marwan meneleponmu?"
"Hmm...sekitar pukul tiga sore."
Detektif Marabunta menemukan nomer telepon pada waktu yang disebutkan oleh Samsul. Dipencetnya tombol Call tapi nomer tersebut tidak aktif. Dicobanya menelepon nomer itu dengan ponselnya tapi hasilnya tetap sama.
"Tunggulwulung itu rumah orang tua Marwan atau rumahnya sendiri?"
"Setahu saya rumahnya sendiri. Marwan anak tunggal dan yatim piatu. Dia juga belum menikah."
"Dimana tempat-tempat nongkrongnya?"
"Tidak tentu. Kadang di warung kopi kadang di diskotik."
"Warung apa dan diskotik apa?"
"Kalau warungnya saya tidak tahu. Tapi saya pernah diajak Marwan ke diskotik. Saya lupa namanya. Ada di daerah Sukarno Hatta."
Setelah menginterogasi Samsul, Detektif Marabunta menelepon Detektif Pravianti yang berjaga di rumah Keluarga Allan Nuari kalau-kalau para penculik meminta tebusan.
"Prav, ada perkembangan apa di sana?"
"Sejauh ini belum ada apa-apa, Ra. Mereka juga tidak menelepon untuk minta tebusan atau semacamnya."
"Tidak ada seseorang atau kelompok orang yang mencurigakan mengawasi rumah itu?"
"Nggak ada. Aku sudah menempatkan empat polisi berseragam untuk berjaga-jaga di luar tapi mereka tidak ada yang masuk untuk melaporkan sesuatu. Aneh, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Misterio / SuspensoDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...