Petugas security yang menemui Ars pada malam sebelumnya tidak nampak pagi itu. Kini seorang pria yang berusia sekitar lima puluh tahun dengan rambut yang sebagian besar sudah beruban, berdiri menyambut Ars.
"Selamat pagi. Saya Detektif Ars Zhen dari DPM dan ini partner saya Detektif Pravianti. Petugas security yang semalam jaga apa sudah pulang, pak?"
"Maksud detektif si Kusno?"
"Ya." Ars mengangguk. "Semalam saya kemari tapi bukan Anda petugas securitynya."
"Ya, detektif. Ada dua petugas security disini. Saya dan Kusno. Kusno shift malam sedangkan saya shift pagi. Apakah Anda ingin bertemu Kusno, detektif?"
Ars menggeleng. "Oh, tidak. Kami hanya ingin memeriksa tempat ini. Apa pimpinannya sudah datang, Pak Ganda?" Ars melirik emblem nama di pakaian seragam petugas security itu.
"Pak Tony kadang datang, kadang juga tidak. Urusan di sini ditangani oleh Pak Yanto."
Semalam Kusno bilang kalau Pak Yanto adalah manajer disini, batin Ars.
"Baiklah, saya ingin bertemu dengan Pak Yanto."
Pak Ganda mengangguk lalu keluar dari posnya dan berjalan mendahului Ars dan Detektif Pravianti. Selama melangkah dari pos menuju bangunan kantor, mata kedua detektif wanita itu kelayapan, mengamati setiap sudut tempat pemotongan unggas itu untuk menemukan celah yang menurut keduanya mencurigakan.
Pak Ganda masuk ke kantor dan beberapa saat kemudian keluar bersama dengan seorang pria tambun yang jumlah rambutnya dapat dihitung dengan jari. Wajahnya menunjukkan kalau dia sangat terganggu dengan kedatangan Ars dan Detektif Pravianti.
"Pak Yanto, saya Detektif Ars Zhen dari DPM dan ini partner saya Detektif Pravianti. Kami ingin menggeledah tempat pemotongan unggas ini, pak."
"Menggeledah?" Kening Pak Yanto berkerut. "Ini aneh sekali. Ini hanya perusahaan kecil, detektif. Kami hanya memotong ayam dan bebek saja yang nantinya akan dijual di restoran-restoran. Tidak lebih dari itu. Lalu kalau Anda ingin menggeledah, apa yang ingin Anda geledah? Lagipula Anda bukan dari Departemen Pangan dan Kesehatan."
Ars menghela napas setelah mendengarkan pembelaan dari Pak Yanto. Dia menunggu selama beberapa detik, kalau-kalau Pak Yanto berusaha mencegahnya untuk melakukan penggeledahan melalui pembelaannya.
"Kami tidak hanya ingin menggeledah saja, Pak Yanto, tapi kami juga ingin menanyakan beberapa pertanyaan tentang dua pegawai Anda, yaitu pasangan suami istri William. Kami menengarai pasangan William mempunyai kaitan dengan narkoba. Karenanya kami ingin memastikan apakah tempat kerja pasangan William bebas narkoba atau malah menjadi sarang peredaran narkoba. Sebagai manajer Anda berhak melakukan pembelaan, tapi sebagai polisi kami juga berhak melakukan penggeledahan." Ars mengeluarkan selembar surat ijin penggeledahan dari dalam tas nya dan memberikannya pada Pak Yanto.
Pak Yanto membaca surat itu sejenak lalu mengangguk dengan luar biasa enggan.
"Baiklah, silahkan."
Ars berpaling pada Detektif Pravianti. "Kamu menggeledah area depan. Aku area belakang." Ars segera berderap menuju gudang dan tempat pemotongan unggas diikuti oleh Pak Yanto.
Beberapa pekerja terlihat masih memotong ayam yang diambil dari mobil box. Sebelum masuk ke tempat pemotongan itu, Ars mengamati dari jarak yang menurut perkiraannya dapat menyelamatkan hidungnya dari bau yang tajam menyengat. Ars melihat ayam-ayam yang sudah dipotong dengan menggunakan cara tradisional itu dilempar ke sekelompok orang yang sudah siap dengan peralatannya untuk menyiangi bulu ayam. Setelahnya ayam-ayam yang sudah bersih dari bulu masuk ke proses pencucian, kemudian pengepakkan dan terakhir dimasukkan ke dalam mesin pendingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ars: CYGNUS (Seri ke-3)
Mistero / ThrillerDokter Ralline Callista Mulya, dokter forensik DPM (Divisi Polisi Malang) sekaligus sahabat Detektif Ars Zhen, harus mendekam di sel tahanan DPM saat salah seekor K-9 mengendus Black Heart di meja kerjanya. Kasus itu segera ditangani oleh Detektif A...