CHAPTER 2 SUSAN (PART 2)

68.7K 4.1K 175
                                    

Seperti halnya kemarin, hari ini pun aku merasakan ketidaknyamanan belajar di sekolah ini, teman-teman sekelasku tidak ada satu pun dari mereka yang mengajakku bicara seakan-akan aku ini tidak terlihat di mata mereka. Ingin sekali aku berteriak sekencang-kencangnya dan mengeluarkan kekesalanku ini agar mereka menyadari kehadiranku. Namun ... tentu saja aku mengurungkan niatku karena tidak mungkin aku melakukan itu di tengah-tengah suasana hening karena kami sedang belajar saat ini. Ada seorang guru yang sedang mengajar kami saat ini.

2 jam pelajaran terasa begitu lama bagiku, padahal dulu ketika aku belajar di sekolahku yang dulu, setiap hari aku lalui dengan sangat menyenangkan. Di sekolahku dulu, aku begitu dekat dengan teman-teman sekelasku, hingga rasanya aku merasa betah berada di sekolah. Berbeda sekali dengan sekolah baruku ini, baru 2 jam saja berada di sini, aku sudah merasa tidak betah dan ingin cepat-cepat pulang.

"Hei ... kau ... kenapa menghela napas begitu?"

Aku terkejut bukan main, ketika melihat tiga orang teman sekelasku sudah berdiri di depanku saat ini. Mereka semua wanita dan mereka berdiri tepat di depanku yang sedang duduk di bangkuku, mereka menatap tajam ke arahku dengan melipat kedua tangan mereka.

"Apa kau tidak suka berada di kelas ini?"

"Ti ... tidak kok ..."

"Jangan berbohong, sejak kedatanganmu kemarin, kami perhatikan kau sepertinya tidak menyukai kami."

"Itu tidak benar ... aku ..."

"Dengar ya siswa pindahan, jangan berlagak di sini, jangan memasang tampang menyebalkan seperti itu, kami semua sama sekali tidak menyukaimu. Akan kami pastikan kau tidak betah berada di kelas ini!"

Setelah mengatakan itu, mereka kembali duduk di bangku mereka. Aku sama sekali tidak mengerti dengan sikap mereka. Aku tidak mengerti kenapa mereka memperlakukan aku seperti ini. Memangnya apa yang telah aku lakukan sehingga mereka tidak menyukaiku dan sepertinya ingin mengusirku dari kelas ini? Pertanyaan itu terus terlintas di pikiranku.

Rupanya ancaman dari mereka memang benar-benar bukan sekedar ancaman. Semenjak 3 orang itu mengancamku kemarin, mereka selalu mengerjai aku. Pernah mereka menaruh bekas permen karet di kursiku, sehingga permen karet itu menempel di rokku. Butuh perjuangan yang sangat keras bagiku untuk membersihkan noda permen karet itu.

Selain itu mereka juga pernah menaruh ember berisi air kotor di atas pintu sehingga ketika aku membuka pintu itu, ember itu jatuh dan menyiram tubuhku membuatku basah kuyup. Semua penghuni kelas menertawakan aku dengan lantangnya, tampaknya mereka sangat menikmati menyaksikan penderitaanku. Air itu sangat bau, aku tidak sanggup menciumnya sehingga aku memutuskan untuk pulang.

Aku tidak ingin dianggap lemah oleh mereka, itulah sebabnya aku tetap berangkat ke sekolah itu meskipun diliputi amarah yang sangat besar di hatiku.

Hari itu ... aku tidak ingin mengalami hal yang serupa seperti yang aku alami pada hari-hari kemarin. Sebelum membuka pintu kelas, aku selalu memeriksa terlebih dahulu, di atas pintu itu tidak tersimpan apa pun. Dan ketika aku ingin duduk di bangkuku, aku pun memeriksa kursinya terlebih dahulu, memastikan tidak ada benda apa pun yang menempel di kursi itu. Sejak mengalami kejadian-kejadian kemarin, aku lebih waspada dan berhati-hati ketika berada di dalam kelas.

Hari ini aku merasa sedikit damai karena tidak ada gangguan dari teman-teman sekelasku. Aku bisa mendengarkan pelajaran yang diajarkan guru di depan kelas dengan konsentrasi.

"Pak Zein ..."

Salah seorang temanku yang bernama Tina entah mengapa tiba-tiba memanggil Pak Zein yang tengah memberikan pelajaran, hal itu membuat semua pasang mata menatap ke arah Tina.

Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang