Cuaca cerah pagi itu menambah keriangan yang aku rasakan. Setelah kemarin aku dan Bu Angie berhasil membantu Susan, aku merasakan kelegaan yang tiada terkira di dalam hatiku. Aku merasa inilah pertama kalinya aku merasakan hatiku merasakan kebahagiaan sebesar ini setelah membantu orang lain.
Seperti biasa aku berangkat seorang diri ke sekolahku dengan menaiki Bus umum. Lewat jendela mobil aku menatap sekelilingku, tampak semua orang berlalu lalang di pinggir jalan siap untuk melakukan aktifitas mereka hari ini. Dulu aku sempat merasa ragu, sanggupkah aku hidup sendirian dan jauh dari orangtuaku? Namun setelah menjalaninya, aku merasa hidup sendirian itu cukup menyenangkan. Aku tidak perlu meminta izin terlebih dahulu setiap aku ingin pergi ke suatu tempat. Selain itu, tidak akan ada yang memarahiku ketika aku pulang terlambat. Ya ... meskipun aku lebih merasa nyaman jika ada orangtuaku di sini bersamaku. Aku tidak akan merasa repot lagi untuk menyiapkan sarapanku atau sekedar menyiapkan seragam sekolahku. Sebenarnya dulu ketika aku masih tinggal bersama orangtuaku, semua perlengkapanku, ibukulah yang menyiapkannya. Karena itulah aku merasa kerepotan ketika tidak ada ibu di sampingku. Meskipun aku telah merasakan nyamannya hidup sendirian dengan segala kebebasan yang aku dapatkan, tetap saja bagiku hidup bersama orangtuaku jauh lebih menyenangkan. Tidak henti-hentinya aku berharap di dalam hatiku agar bisa secepatnya tinggal bersama dengan orangtuaku seperti dulu.
Sesampainya di Grandes High School yang merupakan sekolah baruku ini, seperti biasa begitu menginjakkan kaki di kelas, tidak ada satu pun teman sekelasku yang menyapaku. Aku sama sekali tidak merasa terganggu karena hal itu, sepertinya aku sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini.
Aku menerobos masuk tanpa mempedulikan teman-teman sekelasku yang tengah berada di dalam kelas. Tanpa menyapa satu pun dari mereka aku berjalan menuju bangkuku.
"Selamat pagi Leslie ..."
Yang menyapaku itu tentu saja tidak lain sahabat baikku Celia, karena hanya dialah satu-satunya orang di kelas ini yang mengajakku berbicara.
"Selamat pagi juga Celia ..."
"Sepertinya kau sedang senang hari ini. Wajahmu ceria sekali."
"Hahaha ... sebenarnya memang aku sedang senang."
"Ada apa? Ceritakan padaku!"
Aku hampir kelepasan dan menceritakan pengalamanku kemarin pada Celia, namun mengingat aku telah memutuskan untuk merahasiakan tentang kemampuan anehku ini pada Celia, membuatku dengan cepat mengurungkan niatku.
"Hmmmm ... sebenarnya aku senang karena tadi berbicara di telepon dengan orangtuaku. Aku sangat merindukan mereka."
"Ooh begitu ..."
"Iya begitulah ... hehe ..."
Sebenarnya aku merasa tidak enak membohongi Celia seperti ini, tapi hanya inilah yang bisa kulakukan saat ini.
Menatap wajah Celia yang cantik itu, membuatku mengingat sesuatu. Aku mengingat pemikiranku kemarin, aku ingin tahu alasan Celia menyuruhku untuk pergi ke toilet berhantu itu? Aku ingin menanyakan padanya apakah dia mengetahui tragedi yang sering terjadi di toilet itu. Aku bermaksud menanyakan hal itu pada Celia, namun aku mengurungkan niatku ketika aku mendengar lonceng yang menandakan pelajaran akan segera dimulai, baru saja berbunyi.
Di mulai dari jam 8 pagi hingga jam 2 siang aktifitas belajar yang aku lalui di sekolahku hari ini. Semuanya terasa begitu cepat semenjak aku berteman dengan Celia. Sering sekali aku bertukar pikiran dengannya ketika aku merasa buntu dalam pelajaranku. Selain cantik dan ramah, Celia juga sangat pintar. Dia selalu sukses membuatku memahami pelajaran yang awalnya tidak aku pahami.
Aku dan Celia seperti biasanya keluar dari kelas bersama-sama ketika lonceng tanda sekolah hari ini berakhir, terdengar. Ketika keluar dari kelas, aku melihat Bu Angie sedang berdiri tidak jauh dari kelasku. Akhir-akhir ini sering sekali aku melihat Bu Angie berdiri di tempat itu, aku yakin seperti halnya hari-hari sebelumnya, dia berdiri di sana pasti karena dia sedang menungguku. Aku sudah memperkirakan apa yang akan dia katakan padaku, aku sama sekali tidak ingin berhubungan lagi dengannya hingga aku memutuskan untuk berpura-pura tidak melihatnya dan meneruskan langkah kakiku untuk pulang.
"Leslie ..."
Sebenarnya Aku mendengar dengan jelas Bu Angie memanggilku, tapi aku tetap berjalan dan berpura-pura tidak mendengarnya.
"Hei Leslie ... tunggu aku ... aku tahu kau mendengarku ..."
Bu Angie terus memanggilku tapi aku tetap berjalan tanpa sedikit pun mempedulikannya.
"Guru itu sepertinya memanggilmu. Kenapa kau menghiraukannya?"
Celia dengan kebingungan di wajahnya menanyakan hal itu padaku.
"Leslie ... Oi ... aku mohon tunggu sebentar ..."
Aku merasa sangat kesal pada Bu Angie yang terus memanggilku, bahkan dia mengikuti aku sekarang.
"Celia maaf ... kau duluan saja ya ..."
"Kau mau ke mana?"
"Aku mau menemui guru yang cerewet itu dulu ..."
"Hmmm ... baiklah ..."
Setelah itu, aku berjalan menghampiri Bu Angie.
"Ada apa ibu memanggil-manggil aku? Aku sedang terburu-buru ..."
"Memangnya kau sedang ada acara ..."
"Tidak juga, aku hanya merasa lelah saja, ingin istirahat di rumah."
"Kau harus membantuku menenangkan arwah-arwah yang masih penasaran di sekolah ini."
"Bukankah sudah ku katakan aku tidak ingin berurusan lagi dengan hantu? Ibu kan bisa melakukannya sendiri ... sudah ya, aku pulang dulu ..."
Setelah itu aku melanjutkan langkah kakiku meninggalkan Bu Angie.
"Aku yakin hatimu merasa senang setelah menolong Susan kemarin bukan? Tidak inginkah kau menolong arwah yang lainnya? Kau memiliki kemampuan untuk melihat hantu, seharusnya kau tidak menyia-nyiakannya. Setidaknya buatlah kemampuanmu itu berguna untuk orang lain. Selain membantu para arwah itu, kau juga membantu semua siswa di sekolah ini. Berkat kau sistem buli di sekolah ini satu persatu akan berkurang hingga akhirnya benar-benar hilang. Aku juga sebenarnya tidak mau melibatkanmu, tapi aku tidak bisa melakukannya sendirian, aku butuh bantuanmu Leslie ... aku mohon bantulah aku ..."
Aku merasa telah melakukan sebuah kesalahan, aku mementingkan diriku sendirian dan melupakan kepentingan orang lain. Dan yang membuatku semakin merasa bersalah, aku telah membuat guruku memohon padaku seperti ini. Benar yang dikatakan Bu Angie, seharusnya aku menggunakan kemampuanku ini untuk membantu orang lain. Demi kebahagiaan semua orang, aku akan berkorban meskipun aku harus berhadapan dengan hantu-hantu mengerikan sekalipun.
"Baiklah Bu ... aku akan membantumu. Maafkan aku karena hanya mementingkan diriku sendiri. Ayo kita temui hantu selanjutnya."
Bu Angie memberikan anggukan dan senyumannya padaku. Entah hantu apa yang akan kami temui hari ini? Semoga hantu itu tidak terlalu mengerikan seperti hantu Susan kemarin, itulah doa yang aku panjatkan di dalam hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)
HorrorLeslie Felicia ... remaja 17 tahun yang terpaksa pindah sekolah karena mengikuti orangtuanya. Grandes High School ... sebuah sekolah SMA yang berjarak cukup dekat dari tempat tinggal Leslie yang baru, yang dipilih Leslie untuk menjadi sekolah baruny...