Pagi ini ... aku dan semua siswa kelas dua pergi untuk mendaki gunung yang ada di belakang Villa kami. Tujuan kami mendaki gunung itu, untuk melihat beberapa Fosil yang menurut guru sejarah kami berada di puncak gunung ini. Gunung ini terlihat sangat curam dan tinggi membuatku sangat kesulitan mendakinya.
Beberapa kali aku bahkan nyaris terpeleset, beruntung Sean yang mendaki di bawahku berhasil menahan tubuhku sehingga aku pun tidak jatuh.
"Pegang tanganku ...!"
Aku tercengang ketika mendengar ucapan Sean dan melihatnya yang tiba-tiba mengulurkan tangannya padaku.
"Jalan ini sangat licin, akan lebih aman jika kau berpegangan padaku."
Sean merangkak sehingga sekarang dia berada di sampingku, sejajar dengan tubuhku.
"Cepat ulurkan tanganmu!"
Dalam situasi seperti ini, aku merasa tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti keinginannya. Aku mengulurkan tanganku, hingga tangan kami akhirnya bersentuhan.
Ternyata memang benar yang dikatakan Sean, mendaki sambil berpegangan tangan dengannya membuatku lebih merasa aman. Aku tidak pernah terpeleset lagi. Aku berharap hal ini berlangsung lebih lama lagi, aku merasa sangat kecewa ketika kami sudah sampai di puncak gunung.
Setelah menatap sekeliling puncak gunung ini, Rupanya memang benar yang dikatakan oleh guru sejarah kami, di puncak gunung ini banyak batu-batu yang berbentuk aneh. Batu-batu ini memang terlihat seperti fosil yang merupakan peninggalan pada zaman purba. Bukannya meneliti batu-batu itu, aku melihat siswa-siswa yang lain justru berfoto bersama di tempat ini. Aku kembali menatap sekelilingku, mencoba mencari keberadaan Celia, tapi aku tidak menemukannya di mana pun, membuatku mulai mengkhwatirkannya.
Puncak gunung ini sangat tinggi, pemandangan sekeliling gunung ini terlihat begitu indah, membuatku ingin menatapnya. Aku berjalan ke pinggir gunung untuk lebih merasakan sejuknya angin yang berhembus di puncak gunung ini.
Di saat aku sedang asyik menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku, tiba-tiba aku merasakan tangan seseorang menepuk pundakku. Aku memperkirakan pasti Sean atau Angie yang melakukan ini. Untuk memastikan hal itu, dengan cepat aku memalingkan wajahku, namun ... betapa terkejutnya aku ... ketika yang aku lihat sedang berdiri di hadapanku sekarang bukan Sean ataupun Angie, melainkan hantu wanita yang menyeramkan itu.
Hantu itu sedang menundukkan kepalanya dan perlahan mulai menengadahkan kepalanya. Wajahnya yang hancur itu membuatku tidak berani untuk menatapnya. Aku ingat hantu itu akan menghilang setiap kali ada orang lain yang mendekatiku, aku ingin mengusir hantu ini, sehingga aku pun memutuskan untuk berteriak. Akan tetapi ...
Sebelum aku sempat berteriak, hantu itu mendorong tubuhku, hingga aku pun jatuh. Aku berpegangan pada akar pohon di tebing gunung ini dan berteriak meminta pertolongan. Aku sedang bergelantungan saat ini, jika aku melepaskan pegangan tanganku pada akar ini, sudah pasti aku akan jatuh ke bawah dan rasanya aku tidak mungkin selamat jika jatuh dari tempat setinggi ini.
"TOLONG AKU!!! TOLONG ...!!!"
"Leslie ...!"
"Le ... Leslie kenapa kau bisa terjatuh?"
Aku merasa lega karena melihat Angie dan Sean menghampiriku.
Sean mengulurkan tangannya bermaksud untuk menolongku.
"Leslie ... pegang tanganku ..."
Tapi sekuat apa pun aku berusaha menyentuh tangannya, jarak kami terlalu jauh sehingga aku tidak bisa memegang ataupun menyentuh tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)
TerrorLeslie Felicia ... remaja 17 tahun yang terpaksa pindah sekolah karena mengikuti orangtuanya. Grandes High School ... sebuah sekolah SMA yang berjarak cukup dekat dari tempat tinggal Leslie yang baru, yang dipilih Leslie untuk menjadi sekolah baruny...