CHAPTER 19 DEBBY (PART 1)

34.4K 2.4K 50
                                    

Seharian ini aku sama sekali tidak bersemangat ... alasannya karena pikiranku tidak bisa berpaling dari kejadian kemarin. Aku tidak bisa berhenti memikirkan perkataan para pemain basket itu. Mereka mengatakan bahwa aku ini aneh dan menyeramkan. Memangnya apa yang membuat mereka berpikiran seperti itu? Memang benar aku memiliki kemampuan yang aneh karena bisa melihat hantu, tapi selama ini aku merasa selalu bersikap seperti orang-orang yang normal. Seingatku, aku tidak pernah melakukan hal yang aneh di depan umum, lalu kenapa mereka bisa berpikiran seperti itu? Jujur hingga saat ini aku belum bisa berhenti memikirkan hal itu.

"Kau kenapa Leslie? Sepertinya sedang ada yang kau pikirkan ..."

Celia dengan keramahannya menanyakan hal itu padaku. Aku ingin mengetahui pendapatnya, sehingga aku pun menceritakan apa yang aku dengar kemarin pada Celia.

"Hmmm ... begitu ... jadi mereka menganggapmu aneh dan menyeramkan?"

"Benar ... apa kau juga berpikiran seperti mereka? Berpikiran kalau aku ini aneh dan menyeramkan?"

Bukannya menjawab pertanyaanku, Celia malah tersenyum mendengar perkataanku.

"Kenapa kau tersenyum Celia?"

"Hahaha ... habisnya kau lucu ... jika aku menganggapmu aneh, mana mungkin aku mau berteman denganmu. Bagiku kau teman terbaikku Leslie ... jadi aku harap tidak ada hal yang kau sembunyikan dariku karena aku sangat mempercayaimu."

Aku tertegun tanpa mampu mengatakan apa pun ketika mendengar ucapan Celia, aku merasa sangat bersalah padanya karena ada hal yang aku sembunyikan darinya.

Aku ingin sekali menceritakan tentang kemampuanku yang bisa melihat hantu ini namun aku masih ragu. Aku takut Celia akan ketakutan dan menjauhiku setelah mendengar hal ini.

Ketika jam istirahat tiba, aku seperti biasa menghabiskan waktu istirahatku bersama dengan Celia. Aku dan Celia sedang berjalan menuju kantin sekolah kami.

"Hai Leslie ..."

Aku menghentikan langkahku ketika aku mendengar suara seseorang yang memanggil namaku. Asal suara itu aku yakin berasal dari dalam kelas yang saat ini sedang aku lewati. Sebenarnya saat ini aku dan Celia sedang berjalan melewati kelas 2A. Tidak ada satu pun orang dari kelas 2A ini yang aku kenal, karena itu aku merasa heran ketika mendengar seseorang memanggil namaku dari dalam kelas itu.

"Kau mau ke kantin ya? Bisa kita pergi sama-sama?"

Aku mencari sumber suara itu, dan aku akhirnya menemukan sumber suara itu. Seorang pria yang saat ini sedang bersandar pada pinggiran pintu kelas itulah yang menjadi asal suara itu. Pria itu tidak lain adalah Sean.

Aku masih belum melupakan apa yang dia dan teman-temannya katakan kemarin. Aku tanpa menghiraukannya meneruskan langkah kakiku. Namun dari sudut mataku, aku bisa melihat Sean sedang mengikutiku dari belakang.

"Celia ayo cepat kita segera pergi! "

"Memangnya kenapa? Pria itu sepertinya mengejarmu."

"Biarkan saja dia!"

Aku menggenggam tangan Celia dan mengajaknya berlari. Aku menoleh ke belakang, aku merasa lega karena Sean tidak ikut berlari mengejarku. Aku tidak habis pikir kenapa dia mengejarku padahal kami baru saja berkenalan?

"Kenapa kau menghindari pria tadi?"

"Aku tidak menyukainya ..."

"Tapi dia sepertinya menyukaimu."

"I ... itu tidak mungkin ... jangan mengatakan yang aneh-aneh Celia. Haha ..."

Aku merasa Celia benar-benar mengada-ngada, tidak mungkin pria yang populer seperti Sean menyukaiku yang dianggap aneh oleh dia dan teman-temannya.

Begitu pelajaran hari ini berakhir, aku mendapatkan sebuah pesan dari Angie yang mengatakan dia sedang menungguku di ruang musik. Aku memang pernah melintasi ruangan itu, namun belum pernah sekali pun aku menginjakkan kakiku di ruangan itu semenjak aku menuntut ilmu di sekolah ini.

Sesampainya di depan ruangan itu, aku melihat Angie sedang berdiri. Namun ... betapa terkejutnya aku, ketika melihat dia tidak seorang diri di tempat ini. Ada seseorang yang berdiri di sampingnya. Begitu aku menghampiri mereka, rupanya orang yang berdiri di samping Angie adalah Sean.

"Hallo Leslie ..."

"Sedang apa kau di sini?"

"Mulai hari ini aku asisten kalian berdua ..."

"Haaah? Apa maksudnya?"

"Mulai hari ini kau harus membiasakan dirimu untuk bertemu denganku, benarkan Bu Angie?"

"Ya begitulah ..."

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Aku menatap tajam ke arah Angie memberikan sebuah isyarat padanya agar dia menjelaskan hal ini padaku.

"Kenapa kau menatapku begitu Leslie?"

Aku merasakan kekesalan di dalam hatiku melihat ketidakpekaan Angie.

"Jelaskan padaku, apa yang terjadi di sini?"

"Oooh itu ... Sean meminta padaku agar kita mengizinkan dia ikut menyelidiki rumor hantu berikutnya."

"Tapi kenapa kau mengizinkan dia?"

"Mau bagaimana lagi, dia sudah membantu kita menenangkan arwah Roan kemarin. Jadi mana mungkin aku menolak permintaannya ini. Lagipula baguskan jika ada Sean di sini, dia bisa banyak membantu kita."

"Memangnya apa yang bisa dia lakukan? Sepertinya dia tidak bisa berbuat apa-apa selain bermain basket."

"Jangan meremehkan orang lain, kau bahkan belum lama mengenalku Leslie ..."

"Jangan sok akrab memanggil-manggil namaku, lagipula memangnya kau tidak latihan basket?"

"Untuk beberapa minggu ini tidak ada pertandingan jadi aku bisa sedikit bersantai. Waktu itu kau sendiri kan yang memberitahuku namamu Leslie, kenapa sekarang kau marah mendengar aku memanggil namamu? Ternyata memang benar, wanita itu makhluk yang aneh."

"Berhenti memanggilku aneh! Apa kau tidak tahu aku tidak suka mendengar kalian mengatakan kalau aku ini aneh!"

Aku meneriakkan hal itu, Sean dan Angie terdiam sambil menatap ka arahku. Sepertinya mereka heran melihat aku berteriak dengan keseriusan di wajahku, aku hanya ingin mengungkapkan kekesalanku.

Lalu ...

"Teng ... Teng ... Teng ... Teng ... Teng ..."

Aku dikejutkan oleh sebuah suara alunan musik yang berasal dari dalam ruangan. Suara itu ... aku yakin itu suara piano, seseorang sedang memainkan piano di dalam ruang musik yang berada tepat di depan kami. Musik itu berupa sebuah lagu yang sepertinya pernah aku dengar sebelumnya. Lagu ini aku yakin merupakan salahsatu lagu yang cukup terkenal. Irama musik yang menyanyikan lagu itu terdengar begitu merdu namun aku bisa merasakan kesedihan dalam nada musik itu.

"Suara apa itu? Siapa yang memainkan piano itu?"

"Inilah yang akan kita selidiki hari ini. Rumor hantu piano di ruang musik ini!"

Angie mengatakan itu dengan senyuman di wajahnya. Seperti biasanya Angie terlihat bersemangat setiap kali akan menemui hantu. Dibandingkan aku, aku merasa Angie jauh lebih aneh.

Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang