Udara pagi yang masuk ke sela-sela jendela kamarku terasa begitu hangat, membuatku semakin malas untuk beranjak dari tempat tidurku. Suasana rumah yang sepi tanpa ada satu pun suara membuatku merasa nyaman dan mengantuk.
"Kriiiing ... Kriiing ... Kriiiing ..."
Suara jam Alarm yang nyaring itu menyadarkanku bahwa sudah saatnya bagiku untuk bangun. Meskipun dengan perasaan enggan aku memaksakan tubuhku untuk bangun dari tempat tidurku yang empuk. Kemudian dengan malas aku berjalan ke kamar mandi dan memulai aktifitasku di dalam kamar mandi itu.
Setelah menyelesaikan aktifitasku di kamar mandi, dengan hanya tertutupi handuk, aku berjalan meninggalkan kamar mandi menuju lemariku. Aku buka selebar-lebarnya pintu lemariku. Begitu pintu lemari itu terbuka, terpampang sebuah seragam sekolah di sana. Seragam sekolah itu cukup manis di mataku, bagian atasnya berupa kemeja berwarna putih dengan sebuah dasi berbentuk kupu-kupu yang berwarna hijau tua, lalu bagian bawah seragam itu berupa rok pendek selutut dengan di sekelilingnya dipenuhi kerutan, rok pendek itu berwarna hijau tua sama persis dengan warna dasi kupu-kupunya. Di bagian lengannya ada sebuah atribut yang menunjukkan nama sekolah.
Aku yang telah selesai mengenakan seragam itu berdiri di depan cermin untuk melihat penampilanku. Aku mengikat rambutku ke atas dan aku merasa penampilanku telah sempurna. Aku pun mengambil tas sekolahku dan beranjak meninggalkan kamarku.
Di rumah ini ... hmmmm ... tidak ... lebih tepatnya di Apartemen ini, aku tinggal seorang diri. Sebenarnya sejak kecil aku tinggal bersama orangtuaku. Namun mulai bulan depan ayahku dipindahtugaskan ke kota ini sehingga rumah kami pun harus ikut pindah ke kota ini. Karena tahun ajaran sekolah dimulai bulan ini, itulah sebabnya aku pindah 1 bulan lebih awal dibandingkan orangtuaku. Akibatnya aku tinggal seorang diri di Apartemen ini, ya walaupun hanya untuk sementara tapi aku merasa sangat kesepian.
Sejujurnya aku sama sekali tidak bisa memasak, itulah sebabnya pagi ini aku hanya bisa sarapan dengan roti dan susu. Setelah menyelesaikan semua aktifitasku, aku pun telah siap untuk pergi ke sekolah.
Aku berangkat ke sekolah dengan menaiki bus umum, kebetulan di dekat Apartemenku terdapat sebuah Halte Bus sehingga memudahkanku untuk berangkat ke sekolah. Tidak lama aku menunggu hingga bus itu datang. Bus itu melaju dengan cepat mengantarku menuju sekolahku.
Tidak membutuhkan waktu yang lama hingga aku tiba di sekolahku. Itu hal yang wajar karena letak sekolahku tidak terlalu jauh dari Apartemenku. Sebenarnya itulah alasan aku memutuskan untuk sekolah di sini karena letaknya paling dekat dengan Apartemenku dibandingkan sekolah yang lain.
Grandes High School ... itulah nama sekolah baruku dan aku adalah murid pindahan di sini karena aku memulai belajar di sekolah ini dari semester kedua di bangku kelas 2.
Aku memasuki gerbang sekolah, inilah pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di sekolah ini. Selain aku, banyak siswa yang berlalu lalang tapi tidak ada satu pun dari mereka yang menyapaku, haha ... aku rasa itu hal yang wajar karena tidak satu pun dari mereka yang mengenalku. Aku mengitari jalan menuju kelasku sambil melihat-lihat gedung sekolah ini, aku merasa gedung sekolah ini sudah cukup tua yang menandakan bahwa sekolah ini sudah berdiri cukup lama.
Tak berapa lama aku berjalan, hingga akhirnya aku sampai di sebuah kelas yang terpajang sebuah papan yang bertuliskan 'Kelas 2B' ... ya di kelas inilah aku akan menuntut ilmu. Pintu kelas itu terbuka hingga aku melangkahkan kakiku memasuki kelas itu, sempat terlintas keraguan di hatiku untuk memasuki kelas itu, tapi aku menyadari ada sebuah kondisi di mana aku tidak bisa lari dan harus terus maju meski apa pun yang terjadi, dan saat ini aku sedang berada dalam kondisi itu.
Aku semakin melangkahkan kakiku memasuki kelas itu, semua penghuni kelas itu menatap ke arahku sehingga membuatku malu sekaligus gugup.
"Ha ... Hallo semuanya ... aku siswa pindahan di kelas ini ... aku ..."
Aku belum menyelesaikan perkataanku tapi aku segera menghentikan perkataanku begitu melihat reaksi semua penghuni kelas ini yang memalingkan wajah mereka dariku seakan-akan mereka tidak ingin mendengar lebih jauh lagi perkataanku.
Aku melihat-lihat bangku yang masih kosong di kelas itu, hingga akhirnya aku menemukan satu bangku kosong di bagian belakang. Aku pun berjalan menuju ke bangku itu tanpa mempedulikan penghuni kelas ini yang kembali menatap ke arahku. Sejujurnya aku merasa sangat tidak nyaman saat ini, entah ini hanya perasaanku saja atau memang sebuah kenyataan, aku merasa tatapan mereka semua sangat tajam dan ketus kepadaku.
Di tengah-tengah ketidaknyamanan yang aku rasakan, seorang guru terlihat memasuki kelas. Dia seorang guru pria yang baru saja aku ketahui bernama Pak Wiston. Dia merupakan guru wali kelas kami. Pak wiston mengabsen satu persatu siswa yang menjadi penghuni kelas ini, hingga ketika namaku dipanggil oleh Pak Wiston, dia terlihat menyadari sesuatu.
"Ooh kau siswa pindahan itu kan?"
"Be ... benar pak.."
"Majulah ke depan, perkenalkan dirimu!"
Sebenarnya sejak dulu aku paling tidak menyukai jika harus pindah sekolah, alasannya karena hal ini. Aku sangat membenci situasi ketika aku harus berdiri di depan sambil memperkenalkan diri di hadapan orang sebanyak ini. Tapi sekali lagi aku berada dalam kondisi di mana aku tidak bisa lari dan hanya memiliki satu pilihan yaitu menuruti perkataan Pak Wiston dan maju ke depan.
Setelah berdiri di depan kelas, aku melihat semua orang tengah menatapku saat ini, hal itu tentu saja membuatku semakin gugup.
"Perkenalkan namaku Leslie Felicia ... aku siswa pindahan yang akan belajar bersama dengan kalian mulai hari ini. Aku tidak terlalu pandai bergaul, tapi aku sangat ingin sekali bisa berteman dengan kalian semua. Aku juga baru pindah ke kota ini, jadi masih banyak hal yang tidak aku ketahui, karena itu ... karena itu aku sangat membutuhkan bantuan dan kerja sama dari kalian semua. Mohon kerja sama dan bantuannya."
Aku mengatakan itu sambil menundukkan kepalaku, pada awalnya aku mengira semua orang akan menyahuti perkataanku, tapi yang terjadi justru di luar dugaanku. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara untuk menyahuti perkataanku, membuatku merasa sangat kesal melihatnya.
"Baiklah Leslie ... kau bisa kembali ke bangkumu. Tunjukkan prestasi terbaikmu di sekolah ini ya ..."
"Baik pak ..."
Tanpa menunggu lagi, aku melangkahkan kakiku menuju ke bangkuku. Rasa kesalku tentu saja tidak bisa hilang semudah itu. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa semua penghuni kelas ini terlihat tidak peduli padaku, membuatku merasa tidak nyaman di hari pertamaku belajar di sekolah ini. Aku menjadi ragu, sanggupkah aku bertahan belajar di sekolah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)
TerrorLeslie Felicia ... remaja 17 tahun yang terpaksa pindah sekolah karena mengikuti orangtuanya. Grandes High School ... sebuah sekolah SMA yang berjarak cukup dekat dari tempat tinggal Leslie yang baru, yang dipilih Leslie untuk menjadi sekolah baruny...