CHAPTER 26 FREDY (PART 5)

28.7K 2.6K 58
                                    

Keesokan harinya aku dan Sean kembali mendatangi perpustakaan untuk memastikan hantu Fredy sudah pergi dari tempat itu. Namun ... aku merasa terkejut ketika melihat hantu Fredy masih berada di perpustakaan itu.

Sosok hantu Fredy tampak berbeda sekarang, dia bukan lagi hantu tanpa kepala, kepalanya sudah berada di tubuhnya seperti ketika dia belum meninggal. Hantu Fredy masih tetap berdiri di celah sempit pojokan perpustakaan itu.

Sama halnya denganku, Sean pun merasa heran ketika mendengar hantu Fredy masih berada di perpustakaan ini.

"Kenapa dia belum pergi padahal kita sudah menemukan kepalanya?"

"Entahlah aku juga tidak tahu ..."

Aku terus memutar otakku mencari penyebab hantu Fredy belum merasa tenang. Aku kembali mengingat semua peristiwa yang aku lihat di dunia kenangan Fredy, hingga akhirnya aku menyadari sesuatu.

"Aku tahu penyebab hantu Fredy belum bisa pergi ke dunianya?"

"Apa itu?"

"Suzi ... rasa bersalahnya pada Suzi membuat dia belum bisa pergi ke dunianya. Kita harus menemui Suzi dan meminta dia untuk memaafkan Fredy."

"Kau benar ... ayo kita cari alamat Suzi di buku Biodata siswa ..."

Aku menganggukkan kepalaku menanggapi ajakan Sean.

Bersama-sama kami mencari alamat rumah keluarga Suzi di buku itu dan beruntung kami menemukannya. Tanpa pikir panjang lagi, kami pergi ke alamat rumah keluarga Suzi.

Sesampainya di rumah keluarga Suzi, kami merasa sangat lega karena Suzi sedang berada di rumahnya. Suzi tampak heran melihat kedatangan kami, wajar saja Suzi merasa heran karena kami belum pernah bertemu sebelumnya.

Aku dan Sean memberitahukan maksud kedatangan kami ke rumah itu, namun reaksi yang diperlihatkan oleh Suzi, membuat kami merasa kecewa. Sebenarnya sejak awal aku sudah menduga Suzi akan memperlihatkan reaksi seperti ini. Dia pasti akan menolak mengabulkan permintaan kami ini. Namun tentu saja, aku dan Sean tidak menyerah begitu saja. Kami tetap berusaha meyakinkan Suzi agar dia mau memaafkan Fredy.

"Aku mohon ikutlah dengan kami dan maafkanlah Fredy. Aku tahu kau sangat marah dan membenci dia, tapi hanya kata-kata maaf darimulah yang bisa membuat arwahnya tenang."

"Aku sudah tidak peduli lagi pada semua hal yang menyangkut dirinya. Hubungan kami berakhir semenjak aku melihat dia mengkhianatiku. Padahal aku sudah melupakannya, tapi kenapa kalian kembali mengingatkan tentang dia?"

Aku dan Sean terdiam tanpa mampu mengatakan sepatah kata pun melihat kemarahan Suzi. Tapi keinginanku untuk menenangkan arwah Fredy, membuatku dengan egois terus membujuk Suzi.

"Aku mohon maafkanlah Fredy. Jika aku jadi kau ... aku juga pasti akan sangat marah. Tapi tolong mengertilah hanya kau satu-satunya orang yang bisa menenangkan arwahnya."

"Jika kau jadi aku, apa kau bisa begitu saja memaafkan orang yang telah menyakitimu? Padahal kau sangat mencintainya tapi dengan kejamnya dia mengkhianatimu dengan wanita lain. Bahkan aku melihat dia berselingkuh dengan mata kepalaku sendiri!"

Sejujurnya, sebagai sesama wanita aku bisa merasakan sakit hati yang dirasakan Suzi, tapi aku tahu hal yang aku tangani ini berhubungan dengan kepentingan orang banyak sehingga aku sekali lagi berusaha membujuk Suzi.

"Bukankah kau tidak suka dan merasa kesal setiap kali melihat Fredy menjahili orang lain di perpustakaan? Sama seperti ketika dia masih hidup, hingga sekarang arwahnya masih senang menjahili orang lain. Akibatnya tidak ada satu pun siswa yang berani membaca di perpustakaan. Tidak pernah ada satu orang pun yang mendatangi perpustakaan itu. Suzi ... aku mengerti perasaanmu, aku mengerti rasa sakit hati yang kau rasakan. Tapi demi untuk membuat arwah Fredy pergi ke dunianya dan untuk membantu banyak orang yang merasa terganggu akan kehadiran hantu Fredy, aku mohon ikutlah dengan kami dan maafkanlah Fredy. Aku mohon padamu Suzi!"

Suzi masih tetap diam seribu bahasa. Entah apa lagi yang harus aku ucapkan untuk membuatnya mau memaafkan Fredy? Aku sudah tidak memiliki cara apa pun lagi.

"Meskipun kau sangat membenci Fredy, tapi selama dua tahun kalian berpacaran, aku yakin kau pernah merasakan kebahagiaan. Kau bilang kau mencintai Fredy, itu artinya kau pernah merasakan kebahagiaan ketika dua tahun berpacaran dengannya. Jangan hanya mengingat sakit hatimu, tapi ingat jugalah ketika kau tertawa bersama dengannya. Meskipun sekarang kau membencinya tapi Ingatlah kau pernah begitu mencintainya. Selain itu benar yang dikatakan Leslie ... jika kau mau memaafkannya, bukan hanya kau telah membantu arwah Fredy agar tenang dan pergi ke dunianya, kau juga telah membantu banyak orang. Membantu para siswa Grandes High School yang begitu ingin menghabiskan waktu membaca di perpustakaan sekolah. Kau pun dulu merupakan siswa di Grandes High School, aku yakin kau pun pernah merasakan kegembiraan dan kenyamanan ketika membaca di perpustakaan itu. Bantulah adik-adik kelasmu agar bisa merasakan kegembiraan dan kenyamanan itu juga."

Perkataan Sean itu telah sukses membuatku tersentuh. Jika melihat air mata Suzi yang mulai berjatuhan, sepertinya dia pun tersentuh mendengar ucapan Sean.

Setelah berusaha dengan keras membujuk Suzi, akhirnya Suzi bersedia ikut dengan kami menuju perpustakaan Grandes High School.

Sesampainya di sana, aku membawa Suzi ke celah sempit di pojokan ruangan, di mana hantu Fredy sedang berada saat ini.

"Suzi ... katakanlah sesuatu, hantu Fredy sedang berada di sini. Dia sedang menatapmu."

Suzi terlihat ragu, tapi aku merasa lega ketika melihat Suzi mulai mengeluarkan suaranya.

"Fred ... benarkah arwahmu tidak bisa tenang karena kau merasa bersalah padaku? Kau tidak perlu merasa cemas lagi, aku sudah memaafkanmu. Aku memaafkan semua kesalahanmu padaku. Karena itu ... pergilah dengan tenang dan beristirahatlah dengan damai di duniamu."

Hantu Fredy terlihat menyunggingkan sebuah senyuman. Setelah itu, dia melayang semakin ke atas. Tubuhnya perlahan mulai memudar hingga akhirnya benar-benar hilang dari hadapanku. Sepertinya kami telah berhasil menenangkan arwahnya.

Setelah mengetahui hantu Fredy sudah pergi, Suzi melangkahkan kakinya meninggalkan perpustakaan ini. Sebelum Suzi benar-benar pergi, aku mengutarakan rasa terima kasihku padanya karena telah bersedia untuk membantu kami.

"Terima kasih Suzi ..."

"Tidak apa-apa ... akulah yang seharusnya berterima kasih pada kalian. Setelah memaafkan Fredy, aku jauh merasa tenang sekarang."

Setelah mengatakan itu, Suzi meneruskan langkahnya dan benar-benar meninggalkan perpustakaan ini.

"Syukurlah kita berhasil menenangkan arwahnya."

"Iya kau benar Sean ... ini semua berkat kata-katamu yang berhasil membuat Suzi tersentuh."

Sean memperlihatkan sebuah senyuman padaku. Senyuman yang untuk kesekian kalinya telah berhasil membuat jantungku berdetak sangat kencang.

Setelah beberapa hari ini menghabiskan waktu bersama Sean, aku menyadari dia pria yang cukup baik. Rasa kesalku padanya perlahan mulai menghilang, dan aku mulai merasa nyaman berada di dekatnya.


Updatenya langsung 5 chapter ya, bonus untuk semua penggemar novel ini. mohon ikuti terus kisah Leslie sampai akhir ya.

Vomentnya jangan lupa, terima kasih ...

Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang