CHAPTER 14 CINDY (PART 4)

35.9K 2.3K 40
                                    

Setelah kemarin, kami menceritakan semua yang dialami Cindy kepada Pak kepala sekolah. Pak kepala sekolah menyuruh kami untuk membawa Marry ke ruang laboratorium Biologi untuk meminta maaf pada Cindy dan mengakui kejahatannya. Namun tentu saja Marry menolak hal itu, dia bahkan sempat tidak mengakui perbuatannya. Berkat perkataan bijak Angie yang sekali lagi membuatku merasa salut padanya, Marry pun bersedia untuk mengikuti kami.

Sesampainya di ruang Laboratorium biologi, seperti halnya kemarin aku melihat hantu tengkorak yang tidak lain adalah hantu Cindy tengah melayang di udara.

"Cindy sedang berada di sini ... cepatlah kau meminta maaf padanya!"

Aku mengatakan itu dengan ketus pada Marry, sebenarnya aku sangat marah pada wanita yang bernama Marry ini. Walau bagaimanapun aku tidak bisa memaafkan perbuatan jahatnya itu.

"Cepat katakan sesuatu!"

Mendengar Angie yang membentak Marry, aku menduga Angie pun merasakan kemarahan yang sama denganku.

"C ... Cindy ... aku minta maaf atas semua perbuatanku. Aku terpaksa melakukan itu. Seperti yang kau ketahui, aku bisa terus belajar di sekolah ini karena beasiswa yang aku dapatkan. Kau tahu kalau aku ini bukan berasal dari keluarga yang kaya raya. Aku mendapatkan beasiswa itu karena prestasiku. Selama ini aku selalu menjadi juara kelas, tapi semenjak aku satu kelas denganmu, aku selalu kalah darimu. Aku takut ... takut beasiswaku dicabut karena tidak bisa mempertahankan prestasiku sehingga aku tidak bisa belajar lagi di sekolah ini. Aku takut akan hinaan-hinaan itu, hinaan kepada anak putus sekolah, hinaan kepada orang-orang miskin dan cemoohan tetangga yang sombong. Aku tidak mau menerima hinaan itu lagi. Beasiswa ini adalah penyelamat hidupku, aku tidak akan pernah melepaskannya. Aku terpaksa melakukan ini padamu agar kau tidak jadi penghalangku lagi. Tapi sekarang aku sangat menyesalinya, aku tidak bisa hidup tenang setelah kejadian itu. Walaupun aku berhasil mempertahankan prestasi dan beasiswaku, tetapi bayanganmu ... bayanganmu itu selalu menghantuiku. Ini benar-benar tidak seperti yang aku inginkan. Maafkan aku Cindy ... aku mohon maafkan aku."

Marry mengatakan itu sambil berlinang air mata. Aku sempat merasa simpati mendengar pengakuannya namun bagiku tetap saja yang dia lakukan itu salah. Menghalalkan segala cara demi bisa mencapai tujuannya.

Aku mengalihkan tatapanku yang sejak tadi menatap Marry, kini aku tengah menatap hantu Cindy. Rambut panjang yang menempel pada kepala tengkoraknya berkibar-kibar dan entah ini hanya perasaanku saja atau memang sebuah kenyataan, aku melihat matanya yang berwarna merah menyala itu semakin bersinar dengan terang. Lalu ...

Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat tubuh Marry tiba-tiba terangkat ke atas dan melayang di udara. Lalu tubuh Marry terbang mendekati hantu Cindy. Setelah itu, aku yakin hanya aku yang melihat hal ini ... hantu Cindy mencekik leher Marry hingga Marry meronta-ronta di udara.

"A ... apa yang terjadi pada Marry?"

"Cindy mencekiknya ..."

"A ... apa?"

Angie terlihat begitu terkejut mendengar ucapanku. Lalu Angie menutup matanya sambil mulutnya bergerak-gerak yang menandakan dia sedang melakukan sebuah ritual. Namun ... semua yang dilakukan Angie tidak berpengaruh apa pun, hantu Cindy masih tetap mencekik leher Marry.

"Leslie ... lemparkan garam ini ke arah hantu Cindy!"

"I ... iya!"

Aku menuruti perkataan Angie, aku mengambil bungkusan yang diberikan oleh Angie, lalu aku berlari ke arah hantu Cindy yang tengah mencekik leher Marry. Tanpa ragu aku melemparkan garam yang berada di dalam bungkusan itu pada tubuh Hantu Cindy. Garam yang mengenai tubuh hantu Cindy yang melayang di udara itu meledak setiap kali mengenai tubuh Cindy hingga mengeluarkan asap. Hantu Cindy terlihat kesakitan namun dia tidak melepaskan cengkeraman tangannya pada leher Marry.

Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang