CHAPTER 56 CELIA (PART 6)

29.4K 2.1K 86
                                    

Aku segera menemui Angie di ruang guru dan begitu melihatnya aku langsung menceritakan semuanya pada Angie.

"Kau sudah tahu kan Angie, bahwa Celia itu hantu yang masih gentayangan di sekolah ini?"

"Iya begitulah ..."

"Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Aku ingin kau mengetahuinya sendiri. Bagimu Celia merupakan sahabat baikmu. Aku ingin kau menyadarinya dan melihat kenyataan ini dengan mata kepalamu sendiri."

"Tapi ... andai saja kau memberitahuku sejak awal. Mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Ke mana Celia membawa Sean pergi?"

"Yang penting sekarang kita sudah tahu alasan Celia menjadi hantu gentayangan yang dipenuhi dengan amarah dan dendam. Kita harus mencari tahu mengenai orang-orang yang berkaitan dengan kejadian 57 tahun yang lalu. Hanya saja ... ada sedikit permasalahan di sini ..."

"Permasalahan apa maksudmu?"

"Kejadian itu sudah terjadi 57 tahun yang lalu, itu artinya ... orang-orang yang berkaitan dengan kejadian itu belum tentu masih ada di dunia ini, sekalipun mereka masih hidup pasti mereka sudah sangat tua. Sepertinya akan cukup sulit menemukan mereka. Tapi ayo kita coba mencari mereka lewat buku biodata siswa."

Aku menganggukkan kepalaku menyetujui perkataan Angie. Sebenarnya aku juga setuju dengan perkataan Angie tadi, pasti cukup sulit menemukan orang-orang yang berkaitan dengan kejadian yang menimpa Celia 57 tahun yang lalu. Tapi aku akan tetap berusaha, aku tidak akan pernah menyerah sampai aku berhasil menyelamatkan Sean dan menenangkan arwah Celia.

Aku dan Angie mulai mencari biodata tentang Kiop dan Lucy yang berkaitan erat dengan kejadian yang menimpa Celia. Kami mendatangi rumah Lucy yang alamatnya tertera di buku biodata itu. Namun ...

Begitu kami mendatangi rumah itu, kami bertemu dengan seorang wanita paruh baya, aku perkirakan dia seumuran dengan ibuku. Wanita itu bernama Rose. Dari Rose kami mendengar kabar yang sangat mengejutkan. Berdasarkan cerita dari Rose, Lucy sudah meninggal sekitar 50 tahun yang lalu. Dan dia meninggal dengan sangat tragis.

Dia meninggal karena gantung diri di salahsatu pohon di rumah sakit jiwa. Sebelum Lucy meninggal, dia bersikap seperti orang gila. Dia sering berteriak-teriak sendirian, dia juga selalu terlihat ketakutan seakan-akan dia diteror oleh sesuatu. Lucy terlihat sering berbicara sendirian dan sering sekali dia bersikap kasar pada orang yang ditemuinya karena itu pihak keluarga memasukan dia ke rumah sakit jiwa. Akan tetapi, setelah cukup lama dirawat di rumah sakit jiwa kondisi kejiwaan Lucy semakin parah dan dia mengakhiri hidupnya dengan menggantung dirinya sendiri di salahsatu pohon di rumah sakit jiwa itu.

Mendengar cerita Rose itu, aku yakin Lucy selalu terlihat ketakutan karena dia selalu diteror oleh hantu Celia. Sepertinya Celia sudah membalaskan dendamnya pada orang yang menjadi penyebab penderitaannya, seharusnya dia sudah merasa tenang karena dendamnya sudah terbalaskan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Meskipun Lucy sudah meninggal tapi arwah Celia belum merasa tenang. Arwahnya masih diliputi oleh amarah dan kebencian karena itu dia melampiaskannya pada siswa-siswa di Grandes High School yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kejadian yang menimpa dirinya.

Aku dan Angie memikirkan hal yang sama, menurut kami hanya kioplah satu-satunya orang yang bisa kami harapkan untuk membantu kami menenangkan arwah Celia.

Tanpa menunggu lagi, kami pun pergi menuju alamat rumah Kiop yang tertera di buku biodata siswa. Akan tetapi ...

Sesampainya di rumah itu, rumah itu terlihat kosong. Kami memberanikan diri memasuki rumah yang tampaknya tidak berpenghuni itu. Ketika kami berada di dalam rumah, kami semakin yakin rumah itu memang tidak berpenghuni karena di rumah itu tidak ditemukan tanda-tanda ada orang yang menetap di rumah itu. Kondisi rumah itu sangat kotor dan berantakan. Sarang laba-laba ada di setiap sudut rumah itu. Selain itu, tercium bau yang sangat aneh dari rumah itu. Aku dan Angie segera meninggalkan rumah itu setelah yakin tidak ada satu orang pun di rumah itu.

Aku dan Angie tidak menyerah begitu saja, kami mencoba menghubungi nomor yang tertera di buku biodata siswa itu. Aku dan Angie merasa sangat lega ketika nomor itu masih bisa dihubungi.

"Apa ini dengan Pak Kiop?"

Angielah yang sedang berbicara dengan Kiop di telepon. Yang aku lakukan hanyalah mendengarkan pembicaraan mereka sambil tidak henti-hentinya berharap di dalam hatiku agar Kiop mau membantu kami.

"Iya, dengan siapa ini?"

"Namaku Angie Megan ... aku ingin bertemu dengan anda. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan anda mengenai Celia Muran. Apa anda masih mengingat Celia Muran?"

Tiba-tiba suasana menjadi hening, aku dan Angie sama sekali tidak mendengar tanggapan dari Kiop.

"Hallo ... hallo ... pak Kiop ..."

"I ... iya maafkan aku, aku terkejut karena kau menyebut nama Celia. Tentu saja aku masih mengingatnya, tidak mungkin aku bisa melupakannya."

Tidak terkira kelegaan yang aku rasakan ketika mendengar ucapan Kiop. Aku masih terus berharap agar Kiop bersedia membantu kami.

"Begini pak ... sebenarnya arwah Celia masih gentayangan di Grandes High School. Arwahnya masih dipenuhi dengan amarah dan kebencian. Grandes High School tidak akan pernah bisa pulih dari pengaruh Celia jika kita tidak menenangkan arwah Celia. Karena itu ... aku dengan kerendahan hati memohon pada anda Pak Kiop. Tolong bantulah kami ... bantulah kami untuk menenangkan arwah Celia. Kami tahu Celia sangat mencintai anda, mungkin jika anda membantu kami, kita akan berhasil menenangkan arwahnya sehingga arwahnya bisa pergi ke dunianya. Apa anda bersedia membantu kami?"

Sekali lagi suasana kembali hening, sama seperti tadi kali ini pun Kiop sama sekali tidak menanggapi perkataan Angie. Aku sempat merasa khawatir dan takut. Aku takut Kiop tidak bersedia untuk membantu kami.

"Pak Kiop ... tolonglah kami ... kami sangat membutuhkan bantuan anda ..."

"Tentu saja ... aku pasti akan membantu kalian. Itulah yang selama ini aku tunggu dan aku harapkan. Aku tidak pernah berhenti berharap agar bisa meminta maaf pada arwah Celia."

Aku dan Angie tersenyum secara bersamaan setelah mendengar persetujuan Kiop untuk membantu kami.

"Di mana kami bisa menemui anda? Kami sudah mendatangi rumah anda tapi kami tidak menemukan siapa pun di sana."

"Aku sudah pindah dari rumah itu. Sekarang aku sedang berada di luar kota, tapi besok aku akan segera kembali. Bagaimana kalau kita bertemu besok Angie?"

"Baiklah pak ... besok aku akan menemui anda. Terima kasih pak karena sudah bersedia membantu kami."

"Tidak ... akulah yang seharusnya berterima kasih pada kalian berdua, karena kalian sudah begitu peduli pada Celia."

Setelah itu kami mengakhiri pembicaraan kami dengan Kiop. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, sejak tadi aku tidak pernah mengatakan apa pun, Angie juga tidak menyebut-nyebut tentang aku tapi dari mana Kiop mengetahui bahwa kami berdualah yang menghubunginya? Meskipun itu mengganjal pikiranku tapi aku sadar betul saat ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Yang harus aku pikirkan sekarang adalah tempat yang memungkinkan Celia menyembunyikan Sean. Aku harus segera menemukan tempat itu.


Maaf bersambung dulu ya ceritanya, lusa saya update lagi lanjutannya. saya lanjut nulis dulu...

jangan lupa tinggalkan jejak dengan vomentnya ya.. sampai jumpa di chapter selanjutnya...

Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang