Saat ini ... aku sedang berjalan dengan terburu-buru menuju ruang guru. Aku ingin segera menemui Angie dan menceritakan kejadian kemarin.
Aku merasa lega ketika melihat Angie sedang duduk di kursinya.
"Hai Leslie ... ada apa? Kau tidak membantu teman-temanmu menghias kelas kalian?"
"Kami sudah selesai menghias kelas kami ..."
"Oooh begitu ... baguslah ... kerja kalian cepat juga ..."
"Angie ... ada yang ingin aku ceritakan padamu ..."
"Apa itu? Katakan saja ...!"
Aku pun segera menceritakan kejadian yang aku alami kemarin pada Angie. Aku menceritakan semuanya sehingga tidak ada sedikit pun yang terlewatkan. Mendengar ceritaku, Angie sama sekali tidak terlihat terkejut sepertinya dia sudah mengetahui keberadaan hantu itu di ruangan OSIS.
"Sebenarnya memang rumor hantu di ruangan OSIS itu sudah ada sejak dua tahun yang lalu. Rumor itu berawal dari dua tahun yang lalu, ketika ketua OSIS tiba-tiba menghilang. Semua orang termasuk polisi sudah mencarinya tapi tidak ada yang berhasil menemukannya. Semenjak hilangnya ketua OSIS itu, rumor keberadaan hantu di ruang OSIS itu pun mulai beredar. Banyak anggota OSIS yang melihat penampakan hantu itu. Selain itu, banyak orang yang memasuki ruangan OSIS itu kerasukan oleh hantu yang diyakini merupakan hantu dari ketua OSIS yang menghilang itu. Karena itulah jangankan siswa biasa yang bukan anggota OSIS, anggota OSIS sendiri tidak berani datang sendirian ke ruang OSIS itu. Jika mengadakan pertemuan, anggota OSIS selalu mengadakan pertemuan di ruangan sebelah ruang guru ini. Ruang OSIS itu hanya dijadikan tempat untuk menyimpan barang-barang."
"Apa semua siswa di sekolah ini mengetahui rumor itu?"
"Tentu saja mereka semua mengetahuinya."
Aku merasa sedih setelah mendengar cerita Angie. Jadi inikah alasan Daniel menyuruhku mengambil hiasan kelas kami di ruang OSIS kemarin? Tidak ada satu pun dari teman sekelasku yang mau datang ke ruang OSIS, karena itu mereka menyuruh aku yang tidak tahu apa-apa ini. Mereka bahkan sama sekali tidak mengkhawatirkanku, mereka tidak khawatir aku akan kerasukan atau disakiti hantu itu. Kebahagiaan yang kemarin sempat aku rasakan kini hilang entah ke mana?
"Leslie ... kau kenapa?"
"Tidak apa-apa ..."
"Apa kau ingin segera menyelidiki hantu itu?"
"Tidak ... nanti saja jika festival sekolah ini sudah selesai, baru kita selidiki hantunya."
"Oke ... terserah kau saja ..."
Setelah mendengar persetujuan dari Angie, aku pun pergi meninggalkan ruangan guru.
Ketika aku tiba di kelasku, seperti biasa aku melihat tatapan yang tidak bersahabat dari teman-teman sekelasku. Aku pun merasa sangat kesal pada mereka saat ini, sehingga aku segera berjalan menuju kursiku.
"Kau kenapa Leslie? Wajahmu masam sekali?"
Seperti biasanya, dengan senyuman di wajahnya Celia menanyakan hal itu padaku. Lalu aku pun menceritakan semuanya pada Celia. Rasa sedihku membuat air mataku menetes dengan sendirinya. Celia memelukku dengan lembut dan menepuk-nepuk punggungku untuk menenangkanku.
"Sudahlah Leslie ... kau tidak perlu mempedulikan mereka. Kau masih memiliki aku, aku ... tidak akan pernah meninggalkanmu. Selamanya ..."
Aku merasa sangat beruntung karena memiliki sahabat seperti Celia, jika dia tidak ada mungkin aku akan merasa sangat kesepian di kelas ini.
Maaf ya chapter ini pendek... jangan lupa vomentnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)
HororLeslie Felicia ... remaja 17 tahun yang terpaksa pindah sekolah karena mengikuti orangtuanya. Grandes High School ... sebuah sekolah SMA yang berjarak cukup dekat dari tempat tinggal Leslie yang baru, yang dipilih Leslie untuk menjadi sekolah baruny...