CHAPTER 32 KARIN (PART 6)

27.2K 2K 2
                                    

"Huuh ... dasar wanita tidak tahu malu ... wanita gembel sepertimu tidak pantas sekolah di tempat ini!"

"Benar ... ayo kita lempari dia!"

Seorang gadis yang kelihatannya seumuran denganku sedang dibully oleh teman-temannya. Jika melihat seragam yang sedang mereka kenakan, aku tahu betul itu seragam Grandes High School. Gadis itu sedang dilempari telur oleh teman-temannya.

Aku mengikuti ke mana pun gadis itu pergi, selama aku mengikutinya, tidak ada satu pun orang yang mau menemaninya di sekolah. Dia tampaknya dikucilkan oleh teman-temannya. Melihat gadis itu, aku merasa melihat diriku sendiri. Karena nasib kami yang selalu dibully oleh teman-teman kami bisa dikatakan sama persis.

Sebuah cahaya kembali terlihat oleh mataku, aku tahu ini pertanda bahwa aku akan segera berpindah tempat kembali. Dan benar saja ... aku sudah berada di tempat yang berbeda saat ini.

Aku sedang berada di dalam bus yang aku yakini merupakan bus yang aku tumpangi tadi. Semua orang tampak sedang bernyanyi-nyanyi dan tertawa bersama. Mereka semua terlihat begitu kompak dan akrab. Akan tetapi di kursi paling belakang, aku melihat seorang gadis sedang duduk seorang diri. Dia menatap dengan tajam ke arah teman-temannya yang sedang bersuka ria. Gadis itu ... tidak lain adalah gadis yang aku lihat di tempat tadi.

Setelah itu ...

Di tengah-tengah keasyikan mereka, tiba-tiba terjadi sebuah guncangan. Bus yang sedang kami tumpangi ini tampaknya telah menabrak sesuatu. Ketika aku menatap keluar, aku sangat terkejut dengan pemandangan yang sedang aku lihat ini. Bagaimana tidak terkejut? Keadaan bus ini sekarang sama persis dengan bus yang aku tumpangi di dunia nyata. Sebenarnya bus di dunia kenangan ini memang bus yang sama dengan bus yang aku tumpangi di dunia nyata.

Seperti apa yang aku alami di dunia nyata, bus ini menabrak dinding pembatas jalan dan sebagian badan bus ini sudah tidak menapak pada tanah. Jika bus ini kehilangan keseimbangannya sudah pasti bus ini akan jatuh ke dalam laut.

"Bagaimana ini? Busnya akan jatuh ..."

"Aku takut ..."

"Aku belum mau mati ..."

Semua orang berteriak dengan histeris, mereka menyadari bahwa saat ini mereka sedang terjepit dalam situasi yang sangat berbahaya.

"Tenanglah kalian semua. Kita harus menjaga keseimbangan bus ini. Orang di Bagian depan dan bagian belakang harus berjumlah sama, kita harus bertahan menjaga keseimbangan bus ini sampai bantuan datang!"

Salahseorang guru yang berada di bus ini mengatakan hal itu. Aku bisa memahami keputusan guru itu untuk tetap menjaga keseimbangan bus ini. Jumlah siswa yang berada di dalam bus ini sangat banyak, cukup sulit untuk mengeluarkan orang sebanyak itu dalam kondisi seperti ini. Aku sangat menyetujui keputusan guru itu yang memutuskan tetap menjaga keseimbangan bus hingga bantuan datang.

"Pak ... jumlah kita tidak sama. Di bagian belakang berjumlah 25 orang sedangkan di bagian depan berjumlah 24 orang. Bagaimana ini pak jumlah kita tidak sama?"

"Krieeeet ..."

Terdengar sebuah suara dari bus yang menandakan bus ini nyaris bergerak. Semua berteriak dengan histeris setelah mendengar suara itu.

"Pak bagaimana ini? Kita harus menyamakan jumlah orangnya."

Pak guru itu tidak mengatakan apa pun, aku mengerti dia sedang kebingungan saat ini. Memang benar jumlah mereka tidak seimbang dan jika ketidakseimbangan itu terus dibiarkan tidak menutup kemungkinan hal itu akan berakibat fatal. Namun jika salahseorang dikeluarkan dari bus ini, maka semua orang akan berebutan untuk minta keluar dari bus ini, akibatnya tentu saja akan timbul kekacauan yang tentu saja bisa menyebabkan bus ini jatuh.

"Pak ... kita buang saja salahsatu dari kita ke laut!"

Salahseorang dari mereka dengan sadisnya mengatakan hal itu. Pak guru membuka matanya dengan lebar, dia pasti tidak mengira salahsatu muridnya berpikiran hal yang kejam seperti itu. Aku juga sama tercengangnya dengan guru itu, aku juga tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang berpikiran sekejam itu.

"Pak ... kita buang saja wanita gembel itu!!!"

"Ya benar ... karena ada dia jumlah kita jadi tidak sama, sudah keluarkan saja dia!!"

"Benar ... keluarkan saja Karin dari sini!!!"

"Setuju!!!"

"Aku juga setuju!!!"

Mereka bersahut-sahutan meneriakkan hal itu. Orang-orang itu terlihat seperti bukan manusia, karena jika mereka manusia mereka tidak mungkin berpikiran sekejam ini dan tidak mungkin tega melakukan hal ini. Rencana mereka itu bisa dikatakan sebuah kejahatan.

"Pak ayo keluarkan dia!!"

"Jangan ... lebih baik kita turunkan saja dia, biarkan dia keluar dari bus ini."

"Lalu bagaimana dengan kami? Bagaimana bisa dia dibiarkan keluar dari bus sedangkan kami semua masih berada di dalam bus ini? Jika dia keluar dari bus ini, kami juga akan keluar!!"

"Iya benar!!"

"Ini tidak adil!!"

Guru itu kembali terdiam setelah mendengar murid-muridnya meneriakkan penolakan mereka.

Tidak lama setelah itu, salahseorang dari mereka yang sedang berdiri di dekat gadis yang sering dibully itu, yang baru aku ketahui bernama Karin. Orang itu menggenggam tangan Karin dan membawanya ke dekat jendela. Orang itu membuka kaca jendela dan bermaksud menjatuhkan Karin. Tentu saja Karin meronta-ronta setelah menyadari apa yang akan dilakukan oleh orang itu, namun ... beberapa orang dari mereka yang setelah aku hitung berjumlah 4 orang, menghampiri Karin dan orang itu. Bukannya menolong Karin, mereka malah membantu orang itu untuk mengeluarkan Karin dari dalam bus.

Didorong secara paksa oleh 5 orang, tentu saja membuat Karin tidak bisa melawan lagi. Kaca jendela itu pecah, lalu dengan kejamnya mereka mendorong Karin sehingga Karin pun jatuh ke dalam laut. Sekarang aku mengerti, alasan hantu Karin begitu dendam dan selalu berusaha mencelakakan setiap rombongan dari Grandes High School yang sedang melakukan Studytour. Rupanya dia telah dibunuh secara beramai-ramai oleh teman-temannya. Ya ... kejadian ini bisa dikatakan sebagai sebuah pembunuhan. Setelah melihat kekejaman orang-orang itu pada Karin, aku merasa apa yang dilakukan oleh hantu Karin untuk membalas dendam, itu semua merupakan hal yang wajar.

"Leslie ... sadarlah ... Oi Leslie ..."

Sebuah suara tiba-tiba terdengar menggema di dalam bus ini. Suara siapa ini? Suaranya sudah tidak asing lagi bagiku.

Lalu ...

Tiba-tiba semuanya berubah menjadi gelap, sangat gelap sehingga aku tidak bisa melihat apa pun. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Leslie ... sadarlah ... Leslie ...!"

Meskipun sekelilingku menjadi gelap, tapi suara itu masih terdengar dengan jelas.

Secara perlahan aku membuka mataku dan betapa terkejutnya aku ketika tepat di depan mataku ada sesosok wajah yang begitu aku kenal. Pemilik wajah itu tidak lain adalah Sean.

"Leslie ... syukurlah ... kau sudah sadar ..."

Aku masih bingung dengan apa yang terjadi, lalu aku menatap sekelilingku. Tempat ini ... seingatku aku belum pernah mendatangi tempat ini sebelumnya.

"Sean di mana ini?"

"Sepertinya kita terdampar ... ku rasa ini sebuah pulau terpencil ..."

Aku membuka mataku dengan sangat lebar. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja Sean katakan. Tidak mungkin ... tidak mungkin kami bisa terdampar di sebuah pulau terpencil seperti ini ...!

Grandes High School (Leslie) (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang