busan city 4

1.1K 164 60
                                    

Dan disini lah mereka, mark, Jinyoung dan seorang namja yg Jinyoung panggil dengan nama wonpil disebuah cafe yg tidak jauh dari tempat tadi mereka bertemu.

Jujur saja Mark rasanya ingin sekali menarik secara paksa pasalnya Jinyoung dan wonpil sedari tadi berbincang dan parahnya seolah tidak menganggap Mark ada diantara mereka, Mark di kacangin Ok fix orang tampan jadi kacang, bisa bayangkan jadi Mark seperti apa ?

Kesel, Sakit, emosi pengen marah tapi Mark masih punya otak untuk marah-marah di sini, ditambah siapa yg akan dia marahi ? Wonpil apa kah Jinyoungnya ? Tidak__  maRk tidak sebodoh itu.

Dan Kebetulan sekali ponselnya berbunyi, rasanya Mark selamat dari belenggu dua orang yg seakan merasa dunia milik berdua yg lain numpang seperti Mark.

"Aku mengangkat telpon dulu" Jinyoung mengangguk membiarkan mark kelur dari cafe meninggalkannya.

Tidak lama sebenarnya Mark menelpon hanya saja dia malas untuk kembali kedalm cafe . Dan pada akhirnya Mark masih berdiri diam di bawah pohon yg tidak terlalu jauh dari cafe tempat Jinyoung berada bahkan mark bisa melihat Jinyoung yg tertawa lebar hanya saja Mark pastikan Jinyoung tidak meliht keberadnnya. Mark menyimpan kembali ponselnya didalam saku jaket , memilih berjalan tapi tidak kembali kecafe melainkan entah kemana.

Mark jg tidak tahu, tidak ada tujuan, dibusan dia tidak memiliki teman hanya mengikuti insting dan langkah kaki. Terlalu malas dan jengah melihat mereka. Ditambah siapa namja itu, siapa namanya tadi ? Wonpil. Kalo saja di Seoul sudah dipastikan Mark buang jauh jauh namja itu. Sayang busan bukanlah wilayahnya.

Didalam benaknya sih sempat berfikir, apa Jinyoung tidak memikirkan perasaannya ? sehingga mendiaminya bahkan tadi tidak menganggap Mark ada disampingnya ? Apa namja itu lebih penting ? Jujur semakin difikirkan membuat perasannya semakin memburuk ingin marah ingin meluapkan emosi tapi bagaimana ?
Apa Mark pulang saja , kembali ke Seoul ? Sekarang ? Malam ini juga ?  Gila Mark masih mempunyai etika, tidak mungkin pulang ke Seoul tana izin pamit kepada keluarga Jinyoung, yg ada mereka malah akan berfikir buruk tentangnya .

Dan berakhir disinilah Mark, berdiri di pinggir sungai kecil dengan pandangan menatap kosong kearah air sungai . Fikirannya entah sedang kemana ?

Rasanya  sakit tapi tidak berdarah, disaat orang yg kita sayangi berbicara dengan orang lain ditambah dengan sangat antusias bahkan terlihat sangat bahagia dan parahnya dia berada ditengah tengah tapi tidak di anggap.

Mark memilih turun mendekati air sungai duduk diatas rumput yg Mark yakini itu bersih, suasana sudah malam tapi mark tidak peduli hatinya sedang kelabu dia butuh menenangkan fikiran agar dia tidak sampai mengeluarkan emosinya. Apa lagi jika mengeluarkannya terhadap Jinyoung itu bisa bahaya, bisa bisa dia menyakiti Jinyoung.

Melempar satu persatu batu ketengah sungai hanya untuk menghilangkan gundah yg semakin memenuhi dada. Difikirkan berapa kalipun perasaannya masih kalut.

Sampai tidak sadar Mark duduk dipinggir sungai sudah 1 jam, melihat jam ditangannya dan sudah dipastikan suasana semakin malam . Tentu saja Mark beranjak dari tempat itu kembali berjalan kearah cafe mungkin saja kan Jinyoung masih ditempatnya semula saat dia tinggalkan tapi, ternyata kosong Jinyoung tidak ada disana itu artinya Jinyoung sudah pulang.

Mark tentu kembali keluar dan kembali berjalan kearah rumah Jinyoung, fikirannya sedikit lebih baik walau tetap saja masih ada rasa seperti tercubit tapi seenggaknya itu lebih baik.

Sampai di depan pintu rumah jinyoung Mark melihat Jinyoung yg sedang berdiri mondar mandir, dengan kepala yg menunduk menatap jam tangannya, dan gerakannya berhenti setelah melihat Mark yg berjalan mendekatinya, wajah angkuh seperti biasa di tunjukan ,

About markjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang