Enam

588 37 14
                                    

Waktu terus berjalan, udara malam semakin dingin, padahal udah masuk musim gugur. Tapi enggak berpengaruh sama orang-orang dewasa ini. Mata mereka masih kuat dan terbuka lebar. Pippi, tante Akanen, tante Habu, Risa, sama kak Yurina lagi sibuk main kartu. Cekikikan karena muka masing masing udah belepotan sama face paint. Mungkin juga karena di bawah pengaruh alkohol.

Aku, kak Miho, Ryu duduk di satu bangku panjang. Ngobrol. Gengnya Katsuta plus Hiyori juga gitu. Mereka enak, satu sekolah jadi topik pembicaraannya banyak. Kami? Aku sama kak Miho aja jarang ketemu kalau di sekolah, apalagi Ryu, bocah SMP kok nimbrung sama anak SMA. Jadi mikir-mikir dulu kalau mau ngomong, soalya takut kalau bahasanya enggak pantas di ucapin.

"Eh, Ryu katanya pinter nyanyi ya.. coba dong, tante mau dengar"
Oceh mama di rombongan ibu-ibu yang kayaknya udah kena pengaruh alkohol semua. Tapi kak Haru enggak kok. Dia udah ke dalam, temanin Karin tidur.

"Aduh, jangan deh tante. Udah malam. Nanti ganggu tetangga. Suaraku jelek"

"Ini juga kita udah ganggu tetangga sebenarnya, ahahahahahaha" T-Tante Yuuka, kalau udah mabuk jadi kayak gini ya. "Nah, benar itu sista, ahahahahahahaha" eh? Tante Yui. Tumben banget ngomongnya gitu. Pengaruh alkohol emang bahaya ya.

"Ayo dong Ryu.. satu lagu aja. Nanti tante kasih duit deh" mama, bikin malu aja.

"I-Iya tante"

Ryu masuk ke dalam rumah, keluar keluar udah bawa gitar aja. Kayaknya emang sengaja bawa dari rumah sih. Dia balik duduk disamping aku. Setel gitarnya bentar. Di genjrengin beberapa kali.

"Waaah, gitu aja udah bagus" Tante Koike tepuk tangan, meriah banget. Padahal Ryu belum juga nyanyi. Kak Miho geleng-geleng kepala lihat mamanya sendiri kayak gitu. Malu pasti.

"aaa...aaaaaa.... ekhem...." Habis itu Ryu narik nafas panjang, dihembusin pelan banget.

Ryu mulai petik satu persatu senar di gitarnya.
"When I was just a kid
I couldn't wait till I grow up
Tried walking in your shoes
But I couldn't even tie them up
No matter how big and tall I grow
I was always looking up to you

You show that I was just a diamond in the rough
You helped me to grow into the man that I've become
We've been down...
We've been up...
I hope I made you proud enough
You make it look easy, even when I'm hard to love"
(One Ok Rock – Hard to Love)

"Kyaaaaaaa...." Bagai fans yang dengar langsung penyanyi favoritnya nyanyi didepan mereka, rombongan ibu-ibu ini memberikan gemuruh tepuk tangan ke Ryu.

Kalau bukan karena jaga image, aku mau aja tepuk tangan. Suaranya Ryu, bagus banget. Serius. Enak banget didengar. Aku tidak terlalu mengerti sama bait-bait liriknya, tapi, dengan lagu itu Ryu menyampaikan rasa terima kasihnya ke tante Yui dan juga Risa yang udah jadi orang tua yang baik buat dia.

"Lagi dong Ryu.." Pinta mama. "Aduh, tadi janjinya cuma satu lagu tante". "Iya nih mama"

"Yaaaah..."

"Udah..udah tidur yuk. Udah larut banget nih"

"Oh, udah mau tidur ya?, yang bocah bocah tidur dirumah ya. Kami para orang tua tidurnya disitu" Tante Habu nunjuk kearah tenda kemah. Hooo, jadi itu fungsinya. Makanya letak satu kemah ke kemah lain jauhan. Untung tamannya luas. "Miho, bisa tolong antarin yang lain ke kamar nak?"

"Bisa pa. Yuk semuanya"

Akhirnya kami ngekorin kak Miho dan ninggalin kumpulan orang dewasa yang kayaknya enggak jadi tidur. Yaah, kalian tau lah.

Kami sampai dilantai dua, "Yang cewek tidur di kamar aku sama Hiyori, yang cowok tidur disana, dikamar tamu"

"Cowok cuma berdua ya?" Katsuta sama Ryu saling mandang. Mereka kayaknya masih canggung kalau tidur berdua. Kan belum terlalu dekat juga. Dan satu hal lagi. Katsuta itu enggak berani tidur dirumah orang lain apalagi berdua.

Our Story (2) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang