"Yaaaaah... ayaaah..."
Karena yang dipanggil tak kunjung mendengar, tangan kecilnya meraih rambut pendek yang kini menyentuh sandaran kursi, dan ia pun menariknya sekuat mungkin.
"Aw aw aaaw.... Kariiiiin.... Sakiit"
"Tadi Karin panggil ayah. Tapi ayah enggak dengar"
"Ooh, maaf ya. Ini ada chat dari mami Yuuka. Dia tanyain Karin, kapan mau ke rumah, lihat adek bayi"
"Sekaraaaang..." Teriaknya semangat.
"Hehe, iya.. ibu mana?"
"Ituuuuuuu..." Karin menunjuk dengan mulutnya yang dia majukan kearah dapur. Ada sosok perempuan di sana. Membungkus sesuatu untuk dibawanya.
Yurina bergegas kesana. Membantu pasangan hidupnya agar tidak terlalu sibuk karena ia tengah hamil.
"Kamu kan bisa minta tolong sama aku. Kenapa dikerjakan sendiri?"
"Karena aku masih bisa sendiri Yu.. Kamu kesini niatnya mau bantuin, tapi telat, aku udah selesai. Nih, bawain ke mobil. Biar aku yang kunci rumah"
Yurina justru khawatir dengan Haru. Karena ia masih saja melakukan pekerjaan berat meski ia tengah hamil dan memasuki usia 9 bulan. Hanya menunggu waktu saja sampai si kecil lahir. Perhatian penuh sudah ia berikan ke Haru, tapi tetap saja. Haru enggak mau dimanja selagi ia masih bisa mengerjakannya.
Yurina kali ini merendahkan tubuhnya, memposisikan wajahnya di depan perut Haru yang sudah membesar.
"Kita jalan-jalan sebentar ya sayang. Jangan bandel" Kemudian Yurina mencium perut Haru. Dibalas senyuman oleh si pemilik perut.
Sejak kandungan memasuki usia 9 bulan. Yurina semakin rajin melakukan hal ini. Dia takut kalau anaknya lahir di tempat yang enggak memungkinkan.
"Kariiiin... ayo.." Panggil Yurina ke anak sulungnya yang sekarang malah menonton televisi.
"Sebentar yah" Karin mematikan televisi, berlari dan memegang tangan Yurina. Keduanya berjalan menuju mobil.
Terakhir Haru, berjalan dengan sedikit kesulitan karena perutnya. Karin sudah masuk ke mobil, Yurina berlari kembali menuju Haru, membantunya menuruni anak tangga.
Sampai di mobil, Yurina membantu Haru memakai seatbelt. Siaga sekali bukan?
***
"Mon.. coba deh buka situs ini. Katanya di situ nyediain beasiswa gitu. Kalau dapat, kan lumayan" Miku menyodorkan sebuah kertas kearah Mona.
"Enggak ah. Enggak minat sama beasiswa. Gue malah rencananya tamat sekolah mau langsung kerja"
"Coba dulu Mon.. mumpung masih ujian. Siapa tau, kelas 3 lu lanjut di sekolah yang lebih bagus"
"Lu kok maksa sih? ngusir?"
"Bukan gitu maksudnya pintar. Coba deh dipikir... kalau lu dapat beasiswa, mama sama pippi lu kan enggak susah buat bayar uang sekolah"
Otak Mona mendadak berpikir. Benar juga yang dibilang Miku barusan. Dicoba dulu enggak ada salahnya kan?
"Iya ya. Lu udah coba?"
"Belum sih, tapi ibu udah nyuruh. Rencananya, selesai ujian gue coba ikut. Seleksinya masih lama kok. satu bulanan ada mungkin. Terus pengumumannya 2 minggu sebelum masuk sekolah"
"Hooo.. entar deh, gue coba tanya orang rumah dulu"
"Mama sama pippi kayaknya setuju deh Mon. Kalau Katsuta......."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story (2) [Complete]
Fanfiction[ GxG Content Available ] [Adult Content] Season 2 ff "Should I, LOVE You?" Daily life kehidupan keluarga Manaka-Rika setelah menikah dan memiliki dua orang anak, Mona dan Katsuta. Suka dan duka keluarga mereka serta konflik yang terjadi dengan lin...