Lima Puluh Tujuh

345 30 0
                                    

Flashback

"Ayo Katsutaaa... loncat...."

"a-a-aku enggak beraniii.."

"Kau itu cowok bukan sih. Loncat aja enggak berani"

"t-tapii..."

"Hah! Dasar payah!"

Anak laki-laki lainnya yang ada di belakang Katsuta menendang punggung Katsuta hingga Katsuta nyaris terjatuh ke bawah.

*Grep
Kerah baju Katsuta ditarik dari belakang, oleh Mona.

Mona menarik tubuh Katsuta kebelakang. Tubuhnya yang udah condong ke depan karena enggak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Kamu enggak apa-apa?" Tanya Mona.

Katsuta lebih memilih menunduk. Tubuhnya gemetar karena mulai menangis.

"Siapa yang menyuruh Katsuta meloncat kebawah?!"

Enggak ada satu pun dari anak laki-laki yang ada di sini berani menjawab pertanyaan Mona. Mereka membuang muka, dan ada yang menjaga jarak karena takut.

"Sekali lagi aku melihat kalian mengganggu Katsuta. Kalianlah yang akan aku paksa meloncat kebawah!!"

Ancaman dari Mona berhasil membuat semua anak laki-laki tadi melarikan diri. Bukan sekali ini Katsuta diperlakukan seperti ini. Sebelumnya, Katsuta pernah dikunci teman sekelasnya di toilet sekolah, tas sekolahnya dirobek, dan yang lebih parahnya... Katsuta pernah dipukuli karena dia menolak membelikan pesanan makanan di kantin.

Katsuta bukan enggak mau melawan, berat mulutnya untuk mengungkapkan semuanya. Kelembutan hati Rika terlalu ia ikuti. Jadi, dari pada melawan balik, dia lebih memilih diam saja.

Manaka semakin khawatir jika Katsuta tetap melanjutkan sekolah disana. Apalagi, sejak teman sekelasnya tau kalau Katsuta merupakan keturunan dari vampire, dia kerap mendapat perlakuan kasar dan sering di bully.

Beda dengan Mona. Dia justru sebaliknya, Mona lebih bisa diterima di kelasnya walau dia tau, teman di kelasnya selalu bersandiwara jika di dekatnya. Enggak ada yang namanya teman sesungguhnya. Mereka hanya takut pada Mona.

Pernah Manaka berniat untuk memindahkan Katsuta dan juga Mona ke sekolah lain, tapi Katsuta lah yang menolak. Dia enggak mau menyusahkan hanya karena sering di bully atau semacamnya. Menurutnya itu enggak penting, selagi dia masih bisa belajar.

Pihak sekolah juga enggak mau tau dengan masalah itu. Karena memang, vampire adalah hal tabu dan seolah enggak memiliki hak untuk disetarakan dengan manusia.

***

"Aduh.. pelan-pelan kak"

Mona mengobati luka di dahi Katsuta. Setiap hari, selalu ada satu luka yang ada di tubuh Katsuta. Entah itu luka gores atau lebam. Mona udah berkali-kali meminta Katsuta untuk selalu bersama dirinya jika jam istirahat, tapi percuma, Katsuta menolak.

"Kita.... pindah sekolah aja ya dek"

"Enggak enggak.. aku enggak mau"

"Lalu? Kamu mau dipukulin terus? Coba tadi kakak datangnya terlambat, mungkin kamu udah jatuh dari lantai 3 sekolah dek!"

Katsuta diam kali ini.

"Kita pindah ke sekolah yang sama kayak Techi sama Neru. Disana, keberadaan vampire diterima dek. Enggak ada yang mukulin kamu atau jahatin kamu lagi. Kamu enggak kasihan lihat mama yang nangis terus kalau lihat kamu pulang kerumah?"

"Kasihan sih..."

"Kamu kan masih kelas 3 sd. Kalau pindah, masih punya banyak waktu buat nambah teman. Kalau kakak, waktunya sedikit.. kan udah kelas 5.."

Our Story (2) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang