Lima Puluh Satu

362 30 15
                                    

21 +

"Mugiii" Tsumugi melihat kearah suara yang memanggil namanya. Tapi, siapa lagi kalau bukan Mona yang memanggilnya begitu.

"Hai.." Sapa Mugi.

"Hari ini kerja?"

"Enggak sih. Kenapa?"

"Jalan ke mall yuk. Ya ya ya.."

"Ke mall? Ngapain.."

"Ke game center. Udah lama enggak kesana. Katsuta lagi enggak bisa diajak. Udah sibuk sama les"

"Ng.... enggak lama kan?"

"Enggak kok"

"Yaudah..."

"Yeeey.." Mona meluk tubuh Tsumugi.

Mona mungkin belum tau kalau Tsumugi ini sebenarnya phobia pergi ke tempat ramai semacam mall. Selain punya sifat cuek, pendiam, Tsumugi ini juga SUPER INTROVERT. Buat natap lawan bicara aja, dia enggak berani.

Makanya kalau lagi kerja di café, dia lebih sering jadi tukang antar pesanan atau kasir karena kemungkinan bertatapan itu cuma sebentar.

Balik ke kelas masing-masing. Pelajaran pun dimulai. Tsumugi awalnya fokus pada penjelasan guru yang sebenarnya sukses membuatnya menguap beberapa kali, sampai.... Tsumugi mendapati sebuah pesan di ponselnya. Enggak tau dari siapa. Isi pesannya gini.

'Gue enggak tau apa yang dilihat kak Mona dari lu. Tapi, selagi hubungan lu sama dia belum terlalu lama dan belum terlalu jauh.. ada baiknya lu jauhi dia. Tinggalin dia. Karena lu, enggak pantas buat dia'

Dahi Tsumugi mengekerut sempurna. Ini yang ngirim pesan kayaknya enggak tau, dia sama Mona itu sebenarnya udah ngapain aja. Lagian, ini pesan dari siapa? Katsuta? Enggak mungkin lah. Tsumugi punya kok kontaknya. Atau jangan jangan...

"Shirogane-san!!"

"Ya?" Kepala Tsumugi tegak.

"Apa kau memperhatikan apa yang aku jelaskan barusan?"

Tsumugi tersudut. Baru saja memalingkan perhatian sebentar, pembahasan di papan tulis sudah berubah.

"M-Maaf sensei.. s-saya..."

Enggak perlu menyampaikan perintah, sensei tinggal tunjuk kearah pintu kelas dan Tsumugi mengerti.

Tsumugi berjalan keluar kelas, dan berdiri di sebelah pintu.

***

"WIIIIIII...." Mona berhasil dapatin boneka yang ada di dalam mesin ufo catcher. Mona sebenarnya enggak doyan sama boneka. Iseng aja nyoba, eh taunya dapat.

"Mau main apa lagi?" Tanya Mona ke Tsumugi yang lagi perhatiin Mona sambil makan es krim, dan dia ngejawab dengan mengangkat kedua bahunya.

"Dari tadi jawabnya gitu terus. Atau kita pulang aja?"

"Lanjut aja kalau masih mau main. Aku emang enggak niat main kok"

"Oke, kita pulang aja"

"Kok gitu?"

Mona enggak jawab. Ngambek ceritanya. Iyalah, niatnya ke game center itu main bareng, bukan individu. Sejak awal Mona nyoba mesin permainan, enggak satu pun Tsumugi ikut main. Dia hanya sekedar melihat.

"Mona..."

Mereka jalannya udah pisah, enggak gandengan kayak pertama sampai mall. Tsumugi susah ngikutin Mona karena langkah kaki Mona itu cepat banget. Sekilas, mereka berdua ini kayak anak yang ngejar ibunya.

Our Story (2) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang