Tiga Puluh Delapan

512 38 32
                                    

21+

Katsuta ngetok pintu kamar orang tuanya buat bangunin salah satu dari keduanya. Bangunin yang biasanya ngantarin dia sama Mona pergi sekolah. He'eh, Manaka.

"Piii... banguuun... nanti aku telaat.."

"Iya iyaaa..." Jawab dari dalam.

Udah dapat jawaban sesuai harapan, Katsuta jalan ke genkan. Kali ini enggak sarapan dulu, enggak tega nyuruh Rika buat bikin sarapan. Iya, Rika udah pulang dari rumah sakit. Tapi pulang dari rumah sakit, dia ngeluh pusing terus, bawaannya manja aja ke Manaka. Makanya enggak bisa diharapin buat bikin sarapan.

Katsuta lagi ikat tali sepatunya, "Loh, Mona mana?" Tanya Manaka yang udah siap sambil mutar-mutar kunci mobil di jari telunjuknya.

"Kakak pagi-pagi tadi udah berangkat. Katanya pergi sama teman. Tsu.... Tsu... apa ya tadi namanya..."

"Tsumugi maksud kamu?"

"Iya mungkin itu. Aku enggak terlalu dengar, lagi mandi tadi"

"Kayaknya itu yang namanya Tsumugi bukan temannya Mona deh"

"Kok pippi mikir gitu?"

"Gini, kamu enggak curiga apa, tiap malam kakak kamu cekikikan lihat layar ponselnya?"

Katsuta rada mikir, "Enggak tuh. Biasanya juga gitu. Paling chat sama geng-nya"

"Eeeeh... ini bukan sama geng-nya, tapi chat sama yang namanya Tsumugi itu.." Manaka ngomong sambil buka pintu rumah, lanjut jalan masuk ke mobil. Dipanasin dulu mesinnya. Kaca depan sama bangku tengah diturunin. Dia tau kalau anak lelakinya ini enggak suka sama bau ac mobil yang ngendap.

Katsuta enggak langsung masuk, dia bukain pintu mobil sambil tutup hidung, terus ngebiarin sisa hawa ac mobil yang ngendap didalam keluar dulu.

"Pippi tau dari mana? Enggak boleh nuduh kalau enggak ada bukti"

Manaka yang kepalanya udah masuk ke dalam mobil jadinya keluarin kepalanya lagi, nepuk bahu Katsuta, "Oke. Kita taruhan, coba kamu tanya sama Mona tentang Tsumugi itu. Kalau dia gelagapan, berarti sesuai dugaan pippi, Mona pacaran sama dia. Tapi kalau Mona responnya biasa aja, kamu yang menang"

"Terus? Kalau aku yang menang?"

"Ya terserah. Kamu maunya apa"

"Sepatu baru ya..." "ENGGAK!!" Langsung dibantah sama Manaka.

"Tadi katanya terserah"

"Ya jangan beli sepatu juga. Enggak ingat itu lemari sepatu didepan penuh sama sepatu kamu sama punya Mona?"

"Banyakan sepatu kak Mona pi. Di kamar dia juga ada beberapa lagi sepatunya"

"Yaudah makanya, jangan sepatu. Yang lain"

"Pagi kaak..." Suara dari luar pagar.

Katsuta barengan sama Manaka lihatin siapa yang teriak, oh... Akane. Bawa anak kembarnya juga.

"Kamu ngapain pagi-pagi kesini?"

"Buka dulu pagarnya. Aku udah kayak tukang antar susu teriak-teriak dari sini"

Manaka cuma kasih kode ke Katsuta, yang dikasih kode ngangguk, jalan ke pagar buat buka gembok sama pasaknya. Pagar udah kebuka lebar. Pagi hari Katsuta berasa adem banget karena habis buka pagar dia disambut sama senyumnya Neru.

Mata saling bertemu, saling senyum. Bawaannya pengen langsung peluk karena hari ini Neru kelihatan lebih cantik aja.

*Plak
Tamparan pagi dikepala Katsuta dari Techi dihadiahkan KHUSUS. "Jangan lama-lama lu lihatin adek gue"

Our Story (2) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang