"Ri-Rika! Kau gila!!"
Rika terdiam sejenak, deru nafasnya terdengar kuat. "MEMANG AKU GILA! KENAPA?! PERGILAH.. Bukannya tadi kau bilang mau pergi?!"
"Kenapa lagiii?" Mona dan Katsuta muncul bersamaan, menggunakan piyama karena mereka emang udah mau tidur.
"MAMA!!!" Teriak Katsuta. Ia mendekati Rika perlahan dan mencoba mengambil pisau itu dari tangan Rika. "JANGAN MENDEKAT!!" Perintah Rika dan Katsuta otomatis berhenti.
"Rika. Taruh pisau itu!! Jangan melakukan hal yang aneh-aneh"
"Kenapa? Jika kau bisa pergi. Aku juga bisa!!" Rika udah melewati batas akal sehatnya. Jarak pisau itu semakin menipis dan ujung mata pisau semakin mendekati jantungnya.
"Maaaa... tenang maaa... jangan kayak giniiii... taruh pisaunya maaa... taruuuh..." Kalau tadi sore Rika yang nangis ketakutan, sekarang giliran Mona.
'sial' gumam Manaka saat langkah kakinya terhenti di depan Rika. Ujung pisau itu tertancap sempurna....... Di dadanya.
"m-manaka..." Manaka berhasil memutar arah mata pisau dan bermaksud untuk mengambil pisau itu dari tangan Rika. Tapi, entah gimana, pisau itu sekarang tertancap di dadanya. Cukup dalam.
"kau benar-benar perempuan gila" Bisik Manaka. Rika melepas genggamannya pada pisau yang masih menancap di dada Manaka, namun cepat ia memegangnya lagi. Ia cabut pisau itu dan ia kembali menusuk dada Manaka. Berkali-kali.
Rika marah, ia benci, apa yang membuatnya begitu mencintai Manaka hingga saat Manaka menyebutkan kata pergi saja membuatnya sakit.
Terus tangannya bergerak, menghujam dada Manaka dengan benda tajam itu, walau dia tau.. luka yang banyak itu enggak menjamin Manaka bisa mati, dan darah yang berserakan itu bukanlah milik Manaka, berhenti pun darah itu mengalir, Manaka tetap enggak akan mati.
Gerakan Rika melambat, ia kelelahan. Amarahnya mereda. Ditatapnya Manaka yang juga menatapnya dari tadi.
Entah berapa kali Rika menangis satu hari ini, yang jelas, untuk hari ini... mungkin ini yang terakhir. Rika menangis sejadi-jadinya. Memeluk erat tubuh Manaka. Tidak sepenuhnya kesalahannya tapi, dirinya akan benar-benar hancur jika Manaka benar pergi meninggalkannya.
"maaa..." dan entah sejak kapan, laki-laki paling tangguh di rumah ini menangis. Katsuta memeluk Rika dari belakang. Hanya itu tempat yang bisa ia singgahi karena Rika masih memeluk tubuh Manaka.
Mona ikut memeluk keluarganya, iya. Keluarganya. Memang begini seharusnya, jangan ada perpisahan lagi.
***
"Selamat datang" Yui menyambut pelanggan tokonya dengan senyum ramah. Ia sejenak meletakkan rangkaian bunga yang baru ia buat.
"Tunggu.. jadi benar... kau.... Kobayashi Yui?"
"Eh? Siapa ya?"
"Aah! Kau pasti tidak mengenaliku. Ini aku, Oda Nana"
"Eeeeh??? R-Rambutmu..." Yui menunjuk potongan rambut Dani yang terlihat lebih pendek dari terakhir kali mereka bertemu.
"Haha.. begitulah. Aku baru-baru ini memotongnya. Ternyata benar toko bunga ini milikmu"
"Yaah, begitulah kelihatannya. Mau beli apa?"
"Ah iya sampai lupa. Aku mau cari bunga yang cocok untuk Miyu. Seminggu lagi... ng... itu... ng... gimana ya bilangnya" Dani terlihat gugup.
"Ulang tahun?"
"Bukan sih"
"Lalu?"
"Permisi" Risa menegur Dani dari belakang. "Eh? Dani-sama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story (2) [Complete]
Fanfikce[ GxG Content Available ] [Adult Content] Season 2 ff "Should I, LOVE You?" Daily life kehidupan keluarga Manaka-Rika setelah menikah dan memiliki dua orang anak, Mona dan Katsuta. Suka dan duka keluarga mereka serta konflik yang terjadi dengan lin...