Saling mengecap. Saling menggigit dan mulai terdengar suara desahan meski kecil. Kedua bibir itu terus saja melakukan perlawanan.
Dengan posisi duduk memangku pasangannya, Tsumugi terus menikmati bibir tipis Mona. Perlahan tangannya turun menyentuh leher dan membuka ikatan dasi, membuka cardigan yang biasa dipakai Mona dan juga membuka kancing baju seragam Mona satu persatu.
Tangannya berhenti, kembali meraba paha mulus Mona yang tidak lagi tertutup rok karena ia sudah melepasnya lebih dulu.
Ciuman itu berhenti sejenak. Kedua mata mereka saling bertemu, saling menatap seakan menyampaikan perasaan yang mereka rasakan selama ini, dan kembali ciuman itu terulang.
Lidah seolah sudah saling sapa di dalam sana. Tangan Mona yang sedari tadi tidak melakukan apa-apa selain mengalung di leher Tsumugi, kini ia gunakan satu untuk menarik tengkuk dan satu lagi menarik rahang Tsumugi. Ciuman itu memanas dengan sendirinya. Mona benar-benar dibuat mabuk. Ia ingin memiliki Tsumugi seutuhnya, hanya saja belum saatnya.
Tangan Mona kini meremas dan menarik kerah baju Tsumugi. Memberikan penjelasan bahwa ia ingin lebih dari sekedar ciuman, Mona benar-benar ingin tubuhnya dijamah oleh Tsumugi.
Meski Tsumugi terus menolak, Mona terus memaksa, hingga akhirnya Tsumugi menuruti dengan segala keragu-raguannya. Turun dari kursi, tanpa melepas ciuman, Mona menarik Tsumugi. Membiarkan dirinya terbaring lebih dulu diatas kasurnya disusul Tsumugi yang kini menciumi wajah Mona.
"mugi..." Panggil Mona, saat merasakan gigitan pada bagian kanan lehernya.
Desah dari mulut Mona seakan menyampaikan sebuah perintah kepada Tsumugi untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
Hingga akhirnya...
Terus berlanjut...
Sampai mereka berdua lupa, kalau seharusnya Tsumugi sudah pulang sejak tadi sore.
***
*Cup
Ciuman perpisahan dari Mona, saat mengantarkan Tsumugi ke pintu depan rumahnya. Tsumugi tersipu malu. Ini mungkin jadi hari paling melelahkan sekaligus paling menyenangkan baginya. Enggak usah ditanya kenapa."Hati-hati..." Ucap Mona saat melepas pelukannya dari leher Tsumugi.
Tsumugi hanya mengangguk. Memberikan ciuman di leher Mona yang telah ia beri tanda sebelumnya. Kakinya pun mulai melangkah meninggalkan rumah Mona. Bibirnya sesekali tersenyum. Bagaimana caranya ia menjelaskan, apa saja yang ia lakukan satu hari ini, bersama Mona.
Malam hari yang berubah dingin menjadi saksi saat Mona nyaris meneriakan nama Tsumugi sekuat-kuatnya ketika ia mencapai puncak kenikmatannya. Desah Mona pun rasanya masih mengiang di telinga dan pikirannya. Terekam sangat jelas. Membuat candu.
Sama halnya dengan Mona saat ini. Dari balik pintu depan rumahnya yang sudah tertutup. Mona terus meraba bibirnya yang tadi tidak luput menjadi sasaran Tsumugi. Deru nafas Tsumugi yang menerpa wajahnya ketika ia melepas dan meraih kenikmatan bercumbu. Membuat Mona ingin mengulanginya lagi... dan lagi.
Bercinta macam inilah yang ia inginkan. Bukan berdasarkan pelampiasan, atau paksaan.
"Udah kayak orang gila aja kamu. Senyum-senyum sendiri" Manaka muncul sambil megangin gelas isi kopi hitam. Tanpa gula.
"Kalau aku senyum berarti aku itu---"
"Iya iya.. lagi seneng. Iya. Pippi paham. Siapa cewek tadi? Pacar kamu?"
"Bukan. Kok pippi tau dia cewek?"
"Soalnya pakai rok. Loh, kalau bukan pacar, terus?"
Mona enggak jawab. Jalan beberapa langkah dulu, sampai dekat tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story (2) [Complete]
Fanfiction[ GxG Content Available ] [Adult Content] Season 2 ff "Should I, LOVE You?" Daily life kehidupan keluarga Manaka-Rika setelah menikah dan memiliki dua orang anak, Mona dan Katsuta. Suka dan duka keluarga mereka serta konflik yang terjadi dengan lin...