Chapter 16

31 4 0
                                    

"Jadi, dia orangnya, Ren?" tanya Danu.

"Iya, dia, Gak nyangka, kan? Sama, gue juga." jawab Rendy.

Rendy dan Danu sedang merebahkan tubuhnya di atas rerumputan yang ada di pinggir danau salah satu kampus yang namanya sangat terkenal. "Lo masih cari tau di mana dia, Ren?" tanya Danu.

"Masih. Sampai kapanpun bakalan gue usahain, Nu. Gak ada yang bisa gantiin posisi dia di hati gue." ujar Rendy sambil memegang burung kertas berwarna merah muda.

"Gila! Udah tujuh tahun lo belum bisa move on, Ren?" Danu bangkit dari tidurnya dan duduk di samping Rendy.

"Susah. Dia spesial, Nu." ujar Rendy seraya menatap langit yang dihiasi awan putih.

Angin terus berhembus pelan. Membuat daun-daun berguguran dari dahan dan ranting. Rumput-rumput juga ikut bergoyang dengan irama tiupan angin yang berhembus merdu. Rendy dan Danu masih belum beranjak dari tempat itu.

Danu berdiri dan mengambil beberapa buah kerikil dan melemparinya ke arah danau. "Terus, lo nongkrong di sini mau ngapain?" tanya Danu.

"Enak aja suasananya. Sepi, tenang, anginnya banyak." jawab Rendy.

"Masuk angin lo yang ada."

"Lo gak balik kantor?" tanya Danu seraya berjalan menghampiri Rendy.

"Gue izin setengah hari. Kepala gue mumet sama kerjaan. Belum lagi gue kepikiran dia." jawab Rendy. "Lo gimana?"

"Gue? Kerjaan gue kan project base. Kalau gak ada proyekan, ya gak ada kerjaan. Bebas." jawab Danu.

Burung kertas itu terus digenggam oleh Rendy. Sesekali ia membolak-balikkan burung itu. Rendy teringat dengan momen bersama dengan perempuan yang memberinya burung itu pada saat masa sekolah dulu. Perempuan yang sempat misterius keberadaannya. "Lo pasti nyesel banget sekarang, Ren." Danu meraih tangan Rendy membantunya untuk berdiri.

"Banget. Nyesel parah." ujar Rendy.

"Tapi, kalau udah takdirnya lo ketemu dia, pasti ketemu. Ngomong-ngomong, gue laper nih." ujar Danu seraya memegang perutnya.

"Makan di kantin kampus aja. Enak-enak."

"Apa yang enak? Makanannya atau anak ceweknya? Hahahahahaha!" Danu sedikit meledek Rendy.

"Sial, lo! Hahahahahaha!"

"The best emang Rendy." ujar Danu.

Rendy dan Danu berjalan ke tempat dimana mereka memarkirkan Ninja milik mereka. Suara yang khas dari mesin isi cylinder dua ratus lima puluh keluar dari lubang knalpot racing setelah mereka menyalakan kontak dari motor mereka. Dengan cepat, mereka melaju ke salah satu fakultas yang terkenal banyak memiliki wanita cantik dan manis. Apa lagi kalau bukan Fakultas Ekonomi.

Setelah mereka memarkirkan Ninja mereka di parkiran khusus motor besar, mereka berjalan menuju kantin sambil menenteng helm mereka di tangan kanan. Lalu, mereka duduk di sebuah bangku yang berada di tengah karena semua bangku sudah terisi penuh. Danu tidak melewatkan kesempatan untuk melirik mahasiswi yang ada di sekitar kantin. Tak sedikit pula mata yang menatap kedatangan mereka.

"Gila! Sarang cewek cakep di sini, Ren." ujar Danu.

"Katanya laper lo, kodok!" ejek Rendy.

"Ren."

"Apaan."

"Kenapa semua cewek di sini ngeliatin lu semua?" tanya Danu.

"Dih, mana gue tau! Udah sana pesenin gue mie ayam." ujar Rendy seraya mengeluarkan uang dari dompetnya. "Gue yang bayarin."

"Wih! Gitu dong dari tadi, ganteng." ucap Danu seraya mencolek dagu Rendy.

"Ih! Najis banget lo sumpah!" Rendy menggerutu.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang