Chapter 20

40 5 0
                                    

Daun yang jatuh berguguran tak pernah membenci angin.

Karang yang rusak tak pernah membenci ombak.

Hujan yang turun tak pernah membenci awan.

Sebuah untaian kalimat yang dibaca oleh Rendy yang ada pada burung kertas berwarna merah muda. Tiba-tiba saja benda itu ada di atas meja yang terletak di samping ranjang rumah sakit.

Setelah membaca isi dari burung kertas itu, Rendy kembali melipatnya dan berpikir siapa orang misterius yang memberikan burung kertas ini kepadanya. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka.

"Ren." Rheva memanggil dari balik pintu.

"Eh, Rheva. Masuk sini."

Ternyata Rheva tidak sendiri. Dia bersama Danu dan Fara yang ikut masuk setelah Rheva. Mereka bertiga berdiri di samping tempat tidur yang sedang ditempati Rendy.

"Loh, kalian barengan dari sekolah?" tanya Rendy.

"Iya, tadi gue ajak Danu buat nengokin lo. Terus ketemu Kak Rheva." jawab Fara.

"Lo gimana keadaannya, Ren?" tanya Danu.

"Ya begini lah. Oh iya, Far. Anna gimana?"

Fara dan Danu terdiam. Tak biasanya Rendy menanyakan soal Anna. Mereka hanya mengetahui bahwa Anna dan Rendy layaknya kucing dan anjing yang sedang bertengkar jika bertemu.

"Anna gimana, Fara?" tanya Rendy sekali lagi.

"Anna. Dia gak apa-apa kok. Kenapa? Tumben nanyain Anna." jawab Fara.

"Lo berantem sama Anna, Ren?" tanya Rheva.

Rendy menghela napas panjang. Setelah itu dia menceritakan semuanya kepada teman-temannya apa yang terjadi dengan dia dan Anna.

"Mungkin Anna waktu itu lagi gak bisa diajak bercanda kali, Ren." ujar Rheva.

"Kayaknya nggak deh, Kak. Dia bener-bener sakit hati sama Rendy. Dia tadi di sekolah diem aja. Lagi belajar dia diem. Ngobrol seadanya." ujar Fara.

"Kenapa bisa?" tanya Rheva.

"Anna gak cerita ke gue. Pas gue tanya keadaan Rendy, dia malah bilang gak mau ngomongin Rendy." jelas Fara.

"Lo bego banget sih, Ren. Udah ditolongin tuh terima kasih." ujar Danu.

Rendy terdiam mendengar percakapan Danu. Matanya melihat ke arah langit-langit kamar rumah sakit dengan lampu yang tak terlalu terang. Lalu, dia mengambil sebuah burung kertas berwarna merah muda dan memperlihatkannya pada Danu.

"Apa ini, Ren?" tanya Danu.

"Tiba-tiba aja ada di meja gue, Nu." jawab Rendy.

"Siapa yang kasih, Ren?" tanya Fara.

"Itu dia, Far. Gue juga gak tau." jawab Rendy.

Beberapa menit kemudian, ada seorang perempuan bertubuh kecil dan langsing dengan rambut panjang tergerai masuk ke dalam ruangan. Dengan senyuman manis dengan lesung di pipinya, dia menyapa yang ada di dalam.

"Hai, Kak."

Semua mata tertuju pada sesosok perempuan itu. Dia perlahan berjalan menghampiri ranjang yang sedang ditiduri oleh Rendy. Danu terlihat tak mengedipkan matanya ketika melihat perempuan itu berjalan dan berakhir di depan teman-teman Rendy.

"Ini adek gue, Tasya." Rendy memperkenalkan adiknya.

"Temen sekolah kakak?" tanya Tasya.

"Iya, dek."

"Kayaknya gue pernah lihat adek lo deh, Ren." ujar Rheva.

"Liat dimana?" tanya Rendy.

"Kakak salah lihat kali." ujar Tasya.

Fara melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan bahwa sang surya sebentar lagi akan menenggelamkan diri. Langit sudah merubah warnanya menjadi kemerahan.

"Ren, gue mesti cabut nih." ucap Fara.

"Iya, gue juga, Ren. Gue mau anter Fara. Gak apa-apa, kan?" tanya Danu.

"Iya gak apa-apa. Gue percaya sama lo kok, Nu." ujar Rendy.

"Aku duluan ya, Tasya." Fara berpamitan pada Tasya.

"Iya, hati-hati ya Kak."

Kini hanya ada Rendy, Rheva, dan Tasya yang berada di dalam ruangan. Rheva melihat Tasya dengan tajam dari ujung rambut hingga ujung kaki. Hal ini membuat Tasya risih dan merasa tak nyaman.

"Kakak kenapa ngeliat aku begitu?" tanya Tasya setengah protes.

"Lo kenapa, Va?" tanya Rendy.

"Iya, gue yakin banget. Gue pernah liat adek lo, Ren." jawab Rheva.

"Liat di mana, Kak?" tanya Tasya.

"Aku lupa lihat kamu di mana. Tapi, aku ingat kamu jalan sama Daffa." ujar Rheva.

"Daffa?" Rendy kebingungan.

Rheva menarik Tasya keluar dari kamar. Mereka berdua berjalan menuju taman yang ada di belakang gedung rawat inap rumah sakit yang merawat Rendy. Di sana, mereka duduk di bawah pohon yang umurnya sudah lebih dari satu abad dan sangat besar.

"Kamu pacaran sama Daffa?" tanya Rheva.

"Enggak, Kak." jawab Tasya.

"Tapi, aku lihat kamu mesra, loh. Pegangan tangan, terus Daffa megang pipi kamu."

"Iya, tapi kita gak pacaran. Cuma deket."

"Kamu tau gak Daffa siapa?" tanya Rheva.

"Emang Kak Daffa siapa, Kak? Pacar kakak?" Tasya membalikkan pertanyaan.

"Daffa itu teman dari musuhnya Rendy. Dia salah satu orang yang di keluarin dari sekolah karena mukulin kakak kamu sampai masuk rumah sakit." ujar Rheva.

"Kakak bohong!" Tasya terkejut lalu berdiri dari duduknya.

"Aku gak bohong, Tasya! Lebih baik kamu jangan dekat-dekat dan jangan sampai Rendy tau soal ini." Rheva menjelaskan.

Tasya kembali duduk di samping Rheva. Kepalanya tertunduk dan terlihat kedua tangannya sedang menghapus air mata yang jatuh ke pipinya yang kemerah-merahan. Rheva pun tak tega melihatnya.

"Tasya, aku cuma kasih tau kamu. Kalau bisa, jauhin Daffa. Tapi, kalau kamu gak mau, jangan sampai Rendy tau. Aku tau kamu punya perasaan ke Daffa." ujar Rheva seraya memegang tangan Tasya.

"Iya, Kak. Aku mau minta sesuatu sama kakak, boleh?"

"Apa?"

"Tolong jaga Kak Rendy. Dia satu-satunya kakak yang aku punya."

"Kalau itu, kamu jangan khawatir. Aku bakalan terus jaga dia tanpa diminta orang lain." ujar Rheva sambil melempar senyum.

Tasya membalas senyuman Rheva dengan senyumannya. Mereka berdua berdiri dan berjalan menuju kamar Rendy. Sambil berjalan, mereka sedikit membuka obrolan singkat.

"Kakak udah punya pacar?" tanya Tasya.

"Belum."

"Kakak cantik, kakak mau gak jadi pacarnya Kak Rendy?" tanya Tasya.

"Kamu ini. Kecil-kecil udah mikirin pacaran." jawab Rheva sedikit bercanda.

"Kalau kakak mau, nanti aku bilang ke Kak Rendy. Kak Rendy nurut loh sama aku." ujar Tasya.

"Gak usah. Jangan paksa perasaannya buat sayang sama aku. Cukup aku aja yang sayang dia. Hatinya udah ada orang lain." jawab Rheva sedikit kecewa.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang