Chapter 60

26 2 0
                                    

Tiga hari setelah kejadian di mana Anna hampir menjadi korban keganasan nafsu birahi dari Rian, suasana sekolah ada sedikit perubahan. Pada saat Rendy datang ke sekolah, banyak murid yang menyapa. Padahal Rendy tak mengenali siapa murid-murid yang menyapa. Ternyata, rumor perkelahian Rendy dengan orang yang paling ditakuti di sekolah menyebar ke semua penjuru. Dan kini, Rendy menjadi orang yang paling disegani.

Ini adalah hari ke empat di mana Anna tak menunjukkan batang hidungnya di kelas. Tak ada satupun orang yang tahu keadaan Anna kecuali Rendy dan Rheva. Tapi, mereka berdua memilih bungkam daripada menceritakan kejadian yang baru saja di alami oleh Anna, guna menghindari opini negatif dari teman-teman.

"Wih, jagoan neon." ujar Danu.

"Ada apaan sih? Semua pada sok kenal sama gue deh." ujar Rendy.

"Lo jadi orang terkenal sekarang satu sekolahan."

"Dih, gimana bisa?" tanya Rendy.

"Satu sekolahan udah tau lo menang ribut sama Rian."

"Siapa yang nyebarin info tuh?"

"Yayang lo lah, Rheva." jawab Danu.

"Haduh."

Rendy melihat sekeliling kelas. Tapi tak ada bayang-bayang Anna di sana. Tapi, Rendy tidak mau berperasangka buruk. Bisa saja Anna masih trauma untuk kembali ke sekolah karena masih ada Rian di sekolah ini. Tapi, Rendy penasaran dan lebih memilih bertanya kepada Danu.

"Anna ke mana?" tanya Rendy.

"Gak tau. Kalau sama ini gak masuk, udah empat hari gak masuk." jawab Danu.

"Oh..."

"Lo lagi nyembunyiin sesuatu ya?" tanya Danu.

"Sok tau lo!"

"Gini, Ren. Gue tuh suka nonton anime Detective Conan. Dan aura detektif gue sekarang lagi dalam posisi on." ujar Danu.

"Kebanyakan ngayal lo, tutup panci!"

"Jadi gini. Ini pasti ada hubungannya sama Rian. Karena Rian itu pacarnya Anna, dan lo ribut sama Rian. Dan yang pasti, Rheva juga lihat lo dan Rian ribut. Dan yang lebih anehnya lagi, wali kelas kita gak nanya sama kita-kita Anna ke mana. Bahkan gak ada surat panggilan orang tua buat Anna." ujar Danu.

Rendy menghela napas panjang. "Oke, gue nyerah. Tapi, lo jangan bocor ke siapapun."

"Rahasia aman." Danu mengacungkan ibu jarinya.

"Malam itu, Anna nelpon gue sambil nangis. Dia cerita kalau dia berantem sama Rian. Paginya, gue nyariin Anna kan tuh. Pas nyariin, kebetulan gue ketemu Rheva. Rheva sempet nanya gue ngapain. Gue jawab, gue nyari Anna. Karena Rheva juga tau kalau Anna sama Rian sering bareng, Rheva nelpon Rian deh tuh." ujar Rendy.

"Terus?"

"Ternyata Anna lagi sama Rian di rumahnya. Lo tau kan kasusnya adek gue sama Mario? Nah, itu kalau gue telat dikit aja, kejadian juga tuh sama Anna." lanjut Rendy.

"Serius lo?! Terus, Rian?!" Danu terkejut.

"Gue bantai!" jawab Rendi.

****

Seluruh pelajar SMA Trinusa melanjutkan pelajarannya setelah sebuah bel melantunkan nada statis yang semua orang pun tahu bahwa itu adalah sebuah penanda di mana seluruh murid harus masuk ke dalam kelasnya masing-masing tak terkecuali Rendy. Tapi, Rendy tak dapat berkonsentrasi pada pelajaran kali ini karena bayang-bayang Anna masih melekat kuat di memori otaknya. Hingga akhirnya, lamunan Rendy buyar karena getaran telepon genggamnya.

"Rendy, pulang sekolah nanti aku mau ketemu kamu sebentar, boleh?" received from Anna.

"Boleh, boleh banget. Mau ketemu di mana?" sent to Anna.

"Taman deket rumahku aja. Aku tunggu di sana ya nanti." received.

Rendy yang dari tadi murung, kini tersenyum tipis karena mendapatkan kabar dari perempuan yang dia cintai. Namun, dia masih tetap tidak berkonsentrasi pada pelajaran. Tapi, dia berkonsentrasi menunggu bel pulang berbunyi.

Saat yang ditunggu-tunggu oleh Rendy telah tiba. Bel sekolah nyaring berbunyi. Rendy dengan segera merapihkan barang-barangnya lalu berlari menuju di mana sepeda motornya di parkirkan. Tak ingin Anna menunggu lama, Rendy langsung bergegas melesat menuju ke tempat di mana Anna dan Rendy berjanji untuk bertemu.

Hanya dengan waktu empat puluh menit saja, Rendy sudah sampai di tujuan. Rendy mencari sosok perempuan yang ingin ditemui di dalam taman tersebut. Rendy akhirnya bertemu dengan perempuan yang sedang duduk di bangku taman sambil menggoyangkan kakinya. Rendy senang campur heran karena Anna membawa tas besar yang dia taruh di samping bangku tempat dia duduk.

"Anna." panggil Rendy.

"Rendy."

"Kamu ngapain bawa tas besar gini?" tanya Rendy.

"Setelah kejadian kemarin, orang tuaku memutuskan aku pindah dari sini." jawab Anna.

"Pindah?"

"..." Anna mengangguk pelan.

"Kenapa secepat ini, Na?"

"Orang tuaku khawatir terjadi lagi kejadian kemarin." jawab Anna.

"Na, aku mohon jangan pergi! Ada aku di sini yang jaga kamu. Apa kamu gak bilang itu ke orang tuamu?" Rendy berkata seraya memegang kedua tangan Anna.

"Orang tuaku gak mau ngerepotin kamu dan keluargamu walaupun aku sudah dianggap seperti anak sendiri sama orang tuamu, Ren."

"..."

"Berat langkah kakiku untuk beranjak. Perih hatiku untuk menerima. Tapi, ini sudah menjadi takdir, Rendy." ujar Anna seraya air matanya jatuh dengan deras.

"..."

"Kamu adalah matahari. Matahari yang menerangi hidupku. Tapi kita ditakdirkan untuk tidak bersatu."

"Kenapa begitu?"

"Karena aku adalah bumi."

"..."

"Alam semesta akan binasa jika bersatu dengan matahari, Rendy."

Anna memeluk Rendy dengan erat. Tangisannya tak bisa dibendung oleh kelopak matanya. Tak ada satu kata lanjutan yang diucapkan oleh Rendy maupun Anna. Keduanya sedang merasakan pahitnya perpisahan, perihnya ditinggalkan, dan sakitnya menerima kenyataan.

"Orang tuaku sudah menunggu. Aku harus pergi sekarang." ujar Anna.

"Sebelum kamu pergi, aku mau kamu tahu. Aku mau kamu tanamkan dipikiranmu kalau cintaku tak akan bergeser sedikitpun." ujar Rendy dengan bibir bergetar.

"Aku akan tetap dengan perasaanku. Dan tak akan ada yang bisa merubahnya. Bagiku, kamu tetap menjadi anugerah terindah dari Tuhan untukku."

"..."

Anna sudah siap pergi dengan tas besarnya. "Selamat tinggal, Rendy!"

Rendy hanya bisa melihat beratnya langkah kaki Anna yang sedang berjalan pergi meninggalkannya sendiri. Tak terasa tetesan air mata jatuh ke pipinya. Rendy hanya mampu menatap kepergian Anna dan akhirnya hilang dari pandangan.

Kini, hanya ada sekumpulan burung kertas merah muda yang selalu disimpan baik-baik oleh Rendy. Sebuah kenang-kenangan yang selalu terkenang tak bisa dilupakan yang berisi kata-kata yang bersatu menjadi kalimat dengan mutiara cinta yang diberikan untuk Rendy dari Anna.

Kisah cinta kasih mereka berakhir dengan perpisahan.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang