Chapter 37

33 2 0
                                    

Hari sudah menjelang sore. Bel pulang sekolah juga sudah berbunyi. Para siswa yang sudah jenuh langsung berhamburan keluar dengan cepat. Tetapi, tak semua murid langsung pulang ke rumahnya. Ada pula yang main ke rumah temannya terlebih dahulu, tak terkecuali Rheva Rahmadhani.

Perempuan berparas cantik itu berniat ingin mengunjungi Rendy. Dia sedikit khawatir dengan keadaan Rendy yang sekarang. Semakin besar masalah yang dia hadapi. Padahal, awal mulanya hanya kedekatan Rendy dengan Rheva yang tidak disenangi oleh Mario.

Yang paling disenangi oleh Rendy adalah ketika Rheva tersenyum lebar. Jika ingin mengetahui seperti apa Rheva saat tersenyum, dia mirip sekali dengan Ardina Rasti. Senyuman yang bisa melelehkan semua lelaki yang memandanginya.

Waktu bel berbunyi, Rheva langsung membereskan barang-barangnya, lalu berjalan menuju pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum. Jarak dari sekolah menuju rumah Rendy sangatlah dekat. Hanya ditempuh sepuluh sampai lima belas menit jika menggunakan angkutan umum. Tapi, ada pemandangan tak mengenakan pada saat Rheva menunggu. Ada Fara juga yang menunggu angkutan umum yang sama.

Fara menatap Rheva dari atas sampai ke bawah dengan tatapan tak menyenangkan.

"Kenapa?" Rheva juga melihat dirinya. "Ada yang salah sama gue?"

"Rumah lo bukan ke arah sana?" Fara menunjuk arah berlawanan.

"Terus kenapa kalau gue ke arah sini?" tanya Rheva.

"Mau kemana lo?" tanya Fara.

"Suka-suka gue, lah. Kaki ya kaki gue. Terserah gue mau jalan kemana."

"Pasti lo mau ke rumah Rendy! Ngaku!" ujar Fara dengan nada tinggi.

"Kalau iya emang kenapa?! Masalah buat lo?!"

"Gue ikut!" ujar Fara.

"Apaan sih! Ganggu waktu gue berdua aja!" Rheva juga tak mau mengalah.

"Maksud lo apaan?! Mau berduaan di rumah sama Rendy?! Gak bisa!"

Suasana semakin gaduh. Tak hanya murid SMA Trinusa, tetapi juga orang yang sedang lewat melihat kegaduhan yang ditimbulkan oleh dua kaum hawa tersebut. Fara dan Rheva sama-sama tidak ingin ada yang mau kalah sedikitpun.

"Eh! Gue udah janjian duluan ya sama Rendy! Kalau gak percaya liat nih SMS gue ke Rendy!" Rheva berkata dengan lantang.

"Gue gak peduli! Pokoknya gue gak mau ngebiarin lo berduaan sama Rendy! TITIK!" Fara juga tak ingin mengalah.

"Oh, ya? Gue gak boleh, terus Anna boleh?"

"Siapapun gak boleh!"

Suasana semakin keruh. Tak ada satu orang pun yang memisahkan mereka berdua. Hingga akhirnya salah seorang teman dari mereka menghampiri dan melerai.

"Woi! Ribut aja kerjaannya lo berdua!" Danu datang memisahkan.

"Dia duluan!" Fara menunjuk Rheva.

"Eh, ngaca lo! Lo yang mulai duluan ya!" Rheva mendorong tubuh Fara.

"Stop! Apaan sih! Lo juga, Va! Rumah lo kan ke arah sana!" ujar Danu.

"Gue mau ke rumah Rendy!" jawab Rheva.

"Gak! Lo mau berduaan doang kan sama Rendy!" Fara mulai memberontak.

"Stop! Stop! Apa-apaan sih kalian ini! Bikin pusing aja!" Ya udah kita bertiga ke rumah Rendy!"

"Tau ah! Ngerusak suasana aja lo, Nu!" Rheva melangkah cepat menuju sebrang jalan.

"Ish! Ngeselin lo!" Fara juga berjalan cepat dan naik angkutan umum.

"Astaga! Gue salah lagi." Danu berkata sambil memegang keningnya.

Rheva melangkahkan kakinya dengan cepat. Di sana, dia melihat seseorang yang sedang bercanda di depan sebuah warung dekat sekolahnya. Seorang teman satu kelas yang sedang memarkirkan motor ninjanya di pinggir warung.

"Woi!" Rheva menepuk bahu temannya.

"Ah, sue lo, Va! Ngagetin gue aja!"

"Anterin gue dong, Rian."

"Ogah! Bensin gue tiris!" Rian menolaknya.

"Medit banget jadi cowok. Deket kok. Ke rumahnya Rendy."

"Rendy anak kelas satu yang ribut sama Mario?" tanya Rian.

"Iya."

"Ya udah deh, yuk!"

Akhirnya, permintaan Rheva dikabulkan oleh Rian. Rian segera menyalakan motornya dan mengantar Rheva ke tempat tujuan. Memang tidak jauh jarak dari sekolah menuju rumah Rendy. Sepuluh menit kemudian, sampailah mereka.

"Oh, ini rumahnya."

"Iya. Makasih ya."

"Oke. Kalau dia dikeroyok lagi, kabarin gue aja, Va."

"Nggak! Yang ada dia lo ajak balas dendam. Dah, Rian."

Rheva berjalan menuju rumah Rendy. Tak lupa dia memencet bel yang berada di pagar rumahnya. Tak lama kemudian, datanglah seseorang yang membukakan pagar untuk Rheva.

"Eh, Rheva."

"Mama." Tak lupa Rheva mencium tangan Mama. "Rendy ada, Ma?"

"Ada. Masuk sini. Kamu makin cantik aja, nak." ujar Mama.

"Aku udah cantik dari lahir, Ma. Hahahahaha!"

"Hahahahaha! Rendy ada di kamarnya. Kayaknya dia gak mau keluar deh dari tadi. Kamu samperin aja ya."

"Ya udah, Ma. Aku naik dulu ya."

Rheva melangkah dengan perlahan. Menaiki anak tangga satu per satu tanpa mengeluarkan suara apapun. Takutnya, Rendy sedang beristirahat dan akan terganggu. Sampai di depan kamar Rendy, Rheva membuka pintu. Ternyata Rendy sedang merebahkan diri sambil menatap langit dari balik jendela.

"Ren."

"Eh, kamu. Aku pikir gak jadi dateng."

"Gimana keadaan kamu?" tanya Rheva seraya melangkah mendekati Rendy.

"Aku baik-baik aja kok."

Rheva memberikan senyuman manis untuk Rendy. Rendy menjadi salah tingkah karena senyumannya. Lalu, Rheva memeluk Rendy.

"Aku kangen gak ketemu kamu di sekolah."

"Kan bisa SMS atau telpon, Va."

"Aku maunya kan liat kamu langsung."

"Hahahaha! Kamu ini. Gimana sekolah kamu hari ini?" tanya Rendy dalam pelukan.

"Datar. Gak ada kamu, Ren." ujar Rheva dengan manja.

"Jangan gitu. Besok aku masuk deh. Biar kamu semangat belajarnya." ujar Rendy.

"Ah, Rendy. Makin sayang deh sama kamu." Rheva berkata dengan riang seraya memepererat pelukannya.

Rendy sedikit terkejut lalu menoleh. Kini, wajah mereka berdua saling berdekatan.

"Kamu bilang apa tadi?" tanya Rendy untuk memastikan.

"Eh.. Itu.." Rheva langsung melepaskan pelukannya dan menjauhkan wajahnya dari Rendy.

"..."

Tiba-tiba saja Rheva mencium bibir Rendy. Rendy pun terlihat kaget dan tak bisa menolaknya. Ini adalah ciuman pertama yang dialami oleh Rendy seumur hidupnya. Sebuah ciuman tanda sayang dari Rheva kepada Rendy.

"I love you, Rendy!"

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang