Chapter 35

35 2 0
                                    

Siang itu, Rendy sedang bersama Anita di dalam kamarnya. Kamar yang pintunya terkunci rapat serta jendela yang tertutup. Kejadian yang terjadi menjelang siang tadi cukup membuat Rendy terkejut. Dia tak percaya bahwa masalahnya akan menjadi rumit seperti ini. Anita mencoba menenangkan Rendy.

"Rendy."

"..."

"Hei, udah dong. Jangan begini ah."

"..."

"Udah siang nih. Aku laper. Cari makan, yuk!"

"..."

"Rendy."

"Aduh, Kak! Berisik! Makan aja sendiri sana!"

Anita duduk di samping Rendy. "Kamu mikirin apa, sih?"

"..."

"Nih, aku kasih tau. Kalau kamu tadi beneran ikut papa kamu. Pertama, kamu pasti akan dikeluarin dari sekolah. Kedua, masa depan kamu gak jelas. Ketiga, kamu bisa masuk penjara. Keempat, kamu akan..."

"Aduh! Udah, stop!"

Rendy merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Pusing aku, Kak."

"Ya yang kamu pikirin sekarang tuh apa, Rendy?" Anita ikut merebahkan tubuhnya di samping Rendy sambil mengelus kepala Rendy.

"Papa, Mama,Tasya."

"Anna?"

"Itu dia, Kak. Aku berasa jadi orang lain semenjak kenal sama Anna." ujar Rendy seraya menatap langit-langit kamarnya.

"Jadi orang lain gimana?" tanya Anita.

"Gak tau, Kak. Jadi suka kepikiran dia. Khawatirin dia. Bahkan, aku gak rela kemarin dia disentuh sama cowok brengsek itu." jawab Rendy.

"Oh, itu berarti kamu sayang sama dia."

"Masa sih? Dia kan gak cantik, Kak."

"Apaan? Cantik banget, Ren. Aku ngeliat dia aja terasa adem banget hatiku. Mana berhijab pula."

"Gak tau, ah. Aku mau tidur aja." Rendy memiringkan badannya membelakangi Anita.

"Ya udah, aku makan sendiri aja." Anita bangkit dan keluar dari kamar Rendy.

****

Waktu terus bergulir. Matahari mulai merangkak naik tepat di atas kepala. Belum ada kabar mengenai Papa yang tiba-tiba saja keluar dari rumah. Mama juga masih duduk terdiam menunggu Papa yang tak kunjung memberi kabar. Mama mencoba menghubungi Papa, tetapi telepon genggam milik Papa tidak aktif.

"Tante, makan dulu nih." Anita datang membawakan makanan.

"Tante gak laper, Nit." Mama menjawab dengan lesu.

Anita merasa iba dan menghampiri mamanya Rendy lalu duduk di sampingnya. "Tante makan dulu. Dari pagi belum makan." ujar Anita seraya mengusap bahu Mama.

"..."

"Kalau sampai malam nanti Om Win gak ada kabar, aku pergi cari deh. Tapi, sekarang Tante makan dulu."

"Taruh aja di meja makan, Nit. Nanti Tante makan. Makasih banyak ya."

Setelah itu, Anita membawakan makanan menuju kamar Rendy. Anita melihat Rendy sedang tertidur di atas tempat tidurnya. Anita mencoba membangunkannya.

"Rendy, bangun. Makan dulu." ujar Anita seraya duduk di samping Rendy di atas ranjangnya.

"Nanti aja, Kak. Aku capek."

"Capek ngapain? Nyangkul?" tanya Anita meledek.

"Makan duluan aja deh."

"Aku udah makan, Ren. Hhmm..."

Anita beranjak dari atas ranjang lalu mengunci pintu. Rendy yang mendengar pintu kamarnya dikunci langung membalikkan tubuhnya dan membuka matanya. Di sana, Anita membuka cardigan cokelatnya dan hotpants miliknya. Kini, Anita hanya menggunakan tanktop berwarna putih serta celana dalamnya saja. Terlihat jelas bentuk tubuhnya yang secara tak sengaja membuat mata Rendy terbuka lebar.

"Eh, Kak! Aduh! Aku lagi kayak gini bisa-bisanya ya ngegodain aku!" ujar Rendy.

Anita langsung melompat ke atas ranjang menghimpit Rendy dengan tubuhnya. "Nah! Kalau kamu gak mau bangun, aku bikin punya kamu bangun. Gimana?" ujar Anita sambil menunjuk alat vital milik Rendy yang mengeras perlahan.

"Kak! Apaan sih!" Rendy mencoba mendorong Anita.

"Kenapa? Kamu suka, kan?" Anita menggoda Rendy.

"Kak! Nanti mama lihat!"

"Gak akan. Tenang aja."

"Duh! Kak! Awas ah!" Rendy mendorong tubuh Anita dan tak sengaja memegang dada milik Anita.

"Ah! Rendy nakal!" Anita menjerit.

"Apaan sih, Kak! Gak sengaja aku!"

"Bohong!" ujar Anita sambil memegang dadanya.

"Lagian ngapain sih hobi banget ngegodain aku."

Entah ada sesuatu yang merasuki tubuh Anita. Anita tidak sampai di situ saja menggoda Rendy. Anita menggoda Rendy bukan karena nafsu, tapi memang dia senang mengerjai Rendy karena Rendy terlihat lucu dan salah tingkah ketika melihat tubuh perempuan.

"Kamu, nakal ya." Anita memegangi kedua tangan Rendy dan menempelkan tubuhnya ke atas tubuh Rendy.

"Ah! Kak Anita! Stop! Aku sesak!" Rendy mulai memberontak.

Rendy mendorong tubuh Anita dengan kuat. Hingga akhirnya Anita jatuh ke samping ranjang milik Rendy. Anita terlihat kesakitan pada tubuhnya. Lalu, Anita bangun dan duduk di tempat sambil menundukkan kepala.

"Kak, kakak gak apa-apa?" tanya Rendy.

"..."

"Kak." Rendy memegang bahu Anita.

"..." Anita menepis tangan Rendy.

Napas Anita tiba-tiba saja menjadi tak beraturan. Seperti seseorang yang sedang menahan amarahnya. Lalu, satu tetes air matanya jatuh mengenai pahanya yang mulus. Rendy mencoba menenangkan Anita namun tangan milik Rendy selalu ditepis oleh Anita.

"Sejak kapan kamu jadi kasar kayak gini sama aku, Ren?" tanya Anita dengan suara lirih.

"Aku pikir kamu beda dengan papaku. Ternyata kamu sama aja."

"Kak. Bukan gitu..."

Anita beranjak dari tempat itu. Dia mengambil cardigan miliknya lalu memakai celana panjangnya dan keluar dari kamar Rendy. Rendy pun segera mengejar Anita yang baru saja mencapai anak tangga pertama dan memegang tangan Anita.

"Kak, tunggu! Mau kemana!"

"Lepasin aku! Kamu kasar! Aku benci sama kamu!"

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang