Chapter 33

27 2 0
                                    

Namanya Faranisa Azni. Perempuan bertubuh langsing dengan rambut panjang lurus hingga ke bahu. Memiliki wajah yang manis serta kacamata minusnya. Dia juga diam-diam menyimpan perasaan untuk Rendy karena sikapnya pada saat menolongnya.

Pagi itu, Fara bersiap menuju sekolahnya. Sekolah tercinta yang terletak tak jauh dari rumahnya. Cuaca pagi itu sedang berawan. Tingginya langit se akan-akan tak terlihat ditutupi oleh tebalnya awan. Matahari yang biasa menyapa pun hilang ditelan awan.

"Rendy mana ya? Biasanya jam segini lewat." Fara berkata dalam hati seraya melihat jam tangannya.

Fara mengambil telepon genggamnya, lalu menelpon Rendy.

"Halo, Fara."

"Halo, Rendy. Lo berangkat jam berapa?"

"Gue gak masuk, Far. Gue masih sakit."

"Lo kenapa? Kemarin gak apa-apa." tanya Fara karena cemas.

"Ada masalah dikit, Far. Gue gak apa-apa kok. Cuma butuh istirahat sehari aja."

"Ya udah kalau gitu. Cepet sehat ya, Rendy."

Fara menghela napas panjang. Wajahnya seketika berubah menjadi lesu. Mendengar kabar bahwa Rendy tidak masuk kelas. Padahal, Fara sudah menanti-nanti kehadiran Rendy di sekolah. Dengan sangat terpaksa, Fara berdiri sendiri menunggu angkutan umum yang datang untuk mengantarnya ke sekolah.

Tak membutuhkan waktu lama, Fara langsung memasuki gerbang sekolah bersama murid-murid yang lain. Belum terlalu ramai suasana di sekolah karena masih 20 menit menuju berderingnya bel sekolah. Ada pemandangan yang tak mengenakan Fara. Tepat di depan kelasnya, ada seorang perempuan yang tak asing sedang duduk.

"Ngapain lo di sini?" tanya Fara.

"Gue? Lo ngomong sama gue?" Rheva mencoba memancing emosi Fara.

"Iya! Gue ngomong sama kuntilanak!" jawab Fara dengan nada sedikit dinaikkan.

"Suka-suka gue dong mau ngapain di sini! Apa urusan lo!" Rheva mendorong Fara.

"Bilang aja lo nungguin Rendy!" Fara membalas mendorong Rheva.

"Kalo iya emang kenapa!"

Suasana yang tenang tiba-tiba saja berubah menjadi gaduh. Murid-murid yang berada di dalam kelas kini berhamburan keluar karena kegaduhan yang dibuat oleh Fara dan Rheva. Keduanya saling adu mulut tak ada yang mau mengalah.

"Aduh, kalian tuh kenapa sih!" tiba-tiba saja Danu datang.

"Ini kuntilanak ngapain di depan kelas kita coba!" ujar Fara.

"Eh, mulut lo gak pernah diajarin hormat sama kakak kelas?!" ujar Rheva sambil memegang kerah baju Fara.

"Apa! Sini lo!"

"Stop! Stop! Woi! Kalian itu gak malu apa! Diliatin tuh sama yang lain! Kalau guru tau, habis kalian!" Danu berkata sambil memisahkan Fara dan Rheva,

"Oke, oke. Gue pergi dari sini. Dan asal lo tau ya. Yang harusnya lo cemburuin itu bukan gue." Rheva melangkahkan kakinya.

"Harusnya lo cemburu sama Anna." Rheva membisikkan di telinga Fara.

Rheva berjalan dengan cepat meninggalkan Fara dan Danu di depan kelas mereka. Fara terdiam sejenak karena perkataan yang diutarakan oleh Rheva barusan. Suasana gaduh kini kembali menjadi tenang.

"Yah, gak jadi ribut." salah seorang murid berkata dari balik jendela.

"Yah gak seru ah."

Danu mengajak Fara untuk masuk ke dalam kelas untuk menghindari kegaduhan yang lebih karena murid-murid yang berhamburan melihat Fara. Danu berjalan menuju tempat duduknya. Tapi, justru Fara mengikuti Danu duduk di sampingnya.

"Eh, ngapain lo di sini, Far?" tanya Danu.

"Rendy gak masuk. Gue di sini aja."

"Loh, nanti Anna sendirian dong."

"Biarin aja!"

"Kok biarin? Kasihan Anna sendirian, Far."

"Pokoknya gue mau di sini! TITIK!"

"Astaga. Iya iya, tuan putri. Galak banget lo."

Bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi. Beberapa menit kemudian, datanglah guru yang mengajar pelajaran pertama. Terlihat bangku yang berada di paling depan kosong. Harusnya Fara dan Anna duduk di sana. Tapi, Anna tak menampakkan wujudnya hari itu.

"Kayaknya Anna gak masuk juga deh." Danu berkata pelan.

"Kan. Curiga gue. Mereka berdua gak masuk." ujar Fara.

"Siapa?" tanya Danu.

"Rendy sama Anna. Jangan-jangan mereka pacaran lagi. Aduh, gimana nih!"

"Lo kenapa sih, Far?"

"Tadi di depan Rheva ngomong bisik-bisik ke gue. Yang harusnya dicemburuin itu Anna, bukan dia." ujar Fara.

"Kenapa Anna? Kan lo tau sendiri Anna sama Rendy gimana."

"Mana gue tau, Nu."

"Ya udah nanti lo tanya aja langsung ke dia alasannya."

****

"Pelajaran kali ini sampai di sini dulu ya." seorang guru mengakhiri pelajaran kali ini.

Bel waktu istirahat siang sudah berbunyi. Siang ini cuaca sedang berawan. Cahaya matahari sampai tertutup oleh tebalnya massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku di atas permukaan bumi. Tidak ada tanda akan turun hujan. Hanya saja awan sedang berkumpul di atas langit yang tinggi.

Fara berjalan dengan cepat menuju sebuah ruangan yang fungsinya digunakan para pengunjung untuk makan. Biasanya, ruangan ini digunakan untuk murid-murid yang ingin berkumpul. Tak terkecuali Rheva yang sedang berkumpul dengan teman-temannya. Tiba-tiba saja dikejutkan oleh kehadiran Fara yang berdiri tepat didepan Rheva.

"Kak, bisa bicara sebentar?" Fara meminta Rheva.

"Ngapain?"

"Ada yang mau gue tanya."

"Oke."

Rheva mengajak Fara berjalan menuju area di mana berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat oleh manusia dalam kegunaanya sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan. Area tersebut terletak di samping masjid belakang sekolah.

"Mau tanya apa?" tanya Fara.

"Kenapa gue harus cemburu sama Anna? Ada apa Rendy sama Anna?" tanya Fara.

"Lo tau nggak, apa yang gue lakuin buat Rendy itu gak sebanding sama apa yang dilakuin Anna buat Rendy." Rheva menghela napas panjang. "Sekarang, gue semakin pesimis untuk dapetin hatinya Rendy. Gue bisa deket dia aja udah syukur."

"Kakak tau ada hubungan apa Rendy sama Anna? Kok Anna jahat ya? Gue kayak ditusuk dari belakang gini!" Fara mulai emosi.

"Gue gak tau. Yang jelas, Anna mempertaruhkan segalanya buat Rendy. Rendy cerita ke gue kalau Anna ngedonorin darahnya buat Rendy."

"Oh, gitu! Sekarang semua udah jelas! Anna bukan teman yang baik!"

"Kenapa gitu?" tanya Rheva.

"Ya gak mungkin Anna sampai mau ngelakuin itu kalau gak ada hubungan apa-apa awalnya! Ya, kan?"

"Ya coba aja tanya dulu sama Anna. Jangan main tuduh aja."

Fara mengambil sebuah perangkat telekomunikasi elektronik miliknya. Mencari nomor telepon genggam milik Anna dan menghubunginya.

"Halo, Far."

"Lo di mana? Jujur sama gue!"

"Lo kenapa, Fara? Gue di rumah."

"Di rumahnya siapa?! Rendy?!"

"Kok lo gitu sama gue, Far?"

"Gak usah sok manis lo, jalang! Ada hubungan apa lo sama Rendy?!"

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang