Chapter 11

43 6 0
                                    

"Fara, gue minta nomor HP lo dong!" Rendy menghampiri Fara ke mejanya dan memberikan telepon genggam miliknya.

"Eh, jangan!" Anna menahan tangan Fara. "Apa maksud lo minta nomor Fara?" tanya Anna kepada Rendy.

"Dih! Suka-suka gue, mak lampir! Apa urusannya sama situ?"

"Udah ah. Kalian ini kenapa sih ribut terus?" Fara mengambil handphone milik Rendy.

Anna memalingkan wajahnya ke arah lain. Sedangkan Rendy masih menunggu Fara mencatat nomornya. Rendy terlihat sedikit kesal karena sikap Anna yang tidak mendukung.

"Ini udah, Ren." Fara mengembalikan telepon genggam milik Rendy.

"Thanks ya, Far. Nanti pulangnya gue anterin sampe rumah. Kita se arah kan."

"Apaan sih! Lo jangan deketin Fara! Lo tuh pembawa sial!" ujar Anna seraya berdiri dari duduknya.

"Apa urusan lo!" Rendy mulai tersulut emosi.

"Udah udah. Udah deh, Na. Gue gak apa-apa balik sama Rendy. Gue gak kena sial atau apalah itu namanya." kata Fara menengahi.

"Tuh denger! Kalau bukan cewek, udah gue gampar bolak balik lo!" ujar Rendy sambil menunjuk wajah Anna.

"Ih!" Anna menepis tangan Rendy. "Balik ke bangku lo sana!"

"Udah ah, Anna. Sabar-sabar. Rendy udah ya. Jangan diterusin." ujar Fara.

Dengan sedikit kesal, Rendy kembali ke tempatnya. Rendy langsung menyandarkan tubuhnya. Yang penting, dia dapat nomor telepon Fara.

"Si Anna lo cuekin aja lah, Ren." ujar Danu.

"Tadinya mau gue cuekin. Dia nyerocos aja. Emosi gue, Nu."

"Dikit lagi istirahat. Lo pasti laper makanya galak."

"Iya, tau aja lo. Perhatian banget sih lo sama gue." ujar Rendy sambil tersenyum dan mencolek-colek dagu milik Danu.

"Najis!" Danu menepis tangan Rendy.

****

"Rheva, makan bareng yuk! Kali ini gue traktir." sent.

Beberapa detik kemudian.

"Tumben, ada apaan?" received.

"Gue lagi seneng. Makannya bungkus aja ya. Kita makan di taman samping masjid." sent.

"Oke." received.

Rendy langsung bergegas menuju kantin untuk menemui Rheva. Rheva sedang berkumpul dengan teman-temannya. Tetapi, tak sedikitpun malu untuk Rendy dan langsung menghampirinya.

"Hai, Rheva!" Rendy melambaikan tangannya.

"Hai, Rendy!" Rheva menyapa Rendy dengan senyuman khasnya yang bisa membuat Rendy berpaling.

"Aduh, Va. Biasa aja senyumnya. Senyuman lo mengalihkan dunia gue." ujar Rendy. "Yuk!" Rendy langusng menarik tangan Rheva. "Gue pinjem Rheva, ya." lanjut Rendy kepada teman-teman Rheva.

"Iya, have fun, ya!" ujar salah satu teman Rheva.

"Va, kalau udah jadian, kabarin kita-kita." sahut teman sebelahnya.

Rendy dan Rheva mengantri untuk membeli makanan dan minuman. Setelah itu, mereka berjalan bersama menuju tempat yang disepakati oleh mereka berdua. Yaitu di taman samping masjid sekolah. Suasana di tempat ini memang nyaman. Ditambah lagi dengan hiasan bunga yang indah disekitarnya.

"Lo ada apa sih, Ren? Coba cerita sama gue." Rheva memulai pembicaraan.

"Eh, lo tau gak? Hari ini keberuntungan berpihak sama gue." kata Rendy dengan semangat. "Pagi tadi, gue gak sengaja ketemu Fara. Gue sama dia tadi berangkat bareng. Dan ternyata, rumah dia itu gak jauh dari rumah gue. Hehehehe." ujar Rendy.

"Serius lo? Hahahaha! Terus gimana?" tanya Rheva

"Gue udah dapet nomor HPnya dia. Dan gue sama dia nanti pulang bareng."

"Terus tanggepan dia gimana?" tanya Rheva.

"Awalnya sih dia malu-malu. Karena beberapa kali anak-anak kelas gue ngeledekin gue sama dia. Tapi, tadi sih udah biasa aja. Cuma..." Rendy berhenti bicara sejenak dan menghela nafas.

"Cuma apa?"

"Temen sebangkunya ngeselin." kata Rendy pelan.

"Siapa?"

Rendy menarik nafas dan membuangnya. "Anna. Nyebut namanya aja gue males. Ngeselin banget. Gue dikata pembawa sial lah sama dia."

"Ngapain dipikirin. Yang penting sekarang lo fokus aja sama Fara." ujar Rheva.

"Iya sih. Ya udah ayo habisin makanannya."

Rendy dan Rheva melanjutkan makan siang bersama. Mereka juga sedikit mengobrol tentang kesibukan mereka masing-masing. Rendy yang sibuk dengan latihan muai-thai­-nya, dan Rheva yang sibuk dengan dance dan Cheerleaders-nya. Tak terasa waktu bel masuk berbunyi. Tandanya, mereka berdua harus berpisah dan kembali ke kelas masing-masing.

****

"Yuk, Far." ajak Rendy.

"Iya, gue beres-beres dulu." ujar Fara yang sedang memasukan bukunya ke dalam tas.

"Iya, gue tungguin kok."

"Ren, gue duluan ya." Danu menepuk bahu Rendy. "Fara, Anna, duluan." Danu melambaikan tangan kearah mereka.

"Iya, Nu."

"Dah, Danu." Anna membalas lambaiannya. "Gue duluan ya, Far."

"Iya, Na. Sampe ketemu besok."

Danu dan Anna sudah meninggalkan kelas terlebih dahulu. Di kelas hanya ada Fara dan Rendy. Rendy melihat tas milik Fara yang terlihat berat karena membawa buku sangat banyak. Apa lagi buku pelajaran Fisika yang sangat besar dan tebal.

"Berat ya. Sini biar gue aja yang bawa." Rendy mengambil tas milik Fara dan membawakannya.

"Aduh, Rendy. Ngerepotin deh." Fara terlihat tidak enak hati karena merasa dirinya merepotkan.

"Nggak, kasihan lo nya, Fara. Yuk, kita pulang!" Rendy menggandeng tangan Fara dan Fara juga tidak menolak genggamannya.

Rendy dan Fara berjalan berdua keluar area sekolah. Setelah melewati gerbang sekolah, mereka berdua berjalan menuju tempat dimana Rendy memarkirkan motornya. Tetapi, ada pandangan yang tak biasa. Rendy melihat CBR miliknya terjatuh kesamping kanan.

"Sial! Ada yang sengaja jatohin motor gue nih!" ujar Rendy dengan kesal lalu mengangkat motornya.

"Ada yang rusak nggak?" tanya Fara.

"Cuma handle rem aja sih bengkok dikit. Gak apa-apa, lah. Yuk!"

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang