Chapter 17

33 5 0
                                    

Rendy sibuk mengganti siaran televisi di pagi hari. Tidak ada acara yang menurutnya bagus dan bermanfaat. Di sampingnya, ada Tasya yang sibuk dengan handphone baru miliknya. Sambil tersenyum sendiri, Tasya sibuk mengetik sebuah komentar di halaman media sosialnya.

"Seneng banget kamu, dek. Lagi komenan sama siapa?" tanya Rendy.

"Sama cowok." jawab Tasya singkat.

"Kecil-kecil udah genit."

"Biarin, daripada Kakak. Jutek sama cewek. Makanya jomblo terus." ujar Tasya seraya merubah posisi duduknya memunggungi Rendy.

"Terserah ah. Mending nonton ini." ujar Rendy yang sedang menonton idol group yang anggotanya perempuan cantik.

Setengah jam kemudian, Mama dan Papa memasuki rumah setelah pergi membeli sayur dan daging untuk dimasak. "Tasya! Bantuin Mama, dong!" teriak Mama dari dalam dapur. Namun tidak ada jawaban dari Tasya. Dia masih asyik dengan telepon genggamnya.

"Dek, dipanggil Mama itu." Rendy menepuk bahu Tasya.

"Apa sih! Lagi asyik juga."

"Dipanggil Mama."

"Tasya! Kamu ngapain sih! Mama panggil dicuekin!" ucap Mama seraya menghampiri Tasya yang sedang asyik dengan handphone miliknya.

"Gak denger, Ma."

"Kan tadi udah kakak kasih tau. Kamu aja yang gak mau tau." ujar Rendy.

"Udah taruh dulu handphone kamu. Bantu Mama di dapur."

"Iya, Ma."

Melihat adiknya sudah di dapur dengan Mama, Rendy secara diam-diam membuka telepon genggam milik adiknya dan membuka akun media sosialnya. Rendy mendapati adiknya sedang berkirim pesan dan berbalas komentar dengan seorang lelaki bernama Daffa Adrian.

"Tasya, cantik banget sih kamu." tulis Daffa dalam komentarnya di album foto Taysa.

"Makasih, Kak Daffa. Kakak gak pernah chat aku lagi." balas Tasya di bawah komentar Daffa.

Lalu, Rendy membuka kotak pesan milik Tasya. Isinya kebanyakan dari orang yang bernama Daffa Adrian ini. Rendy membukanya satu persatu dari awal percakapan hingga akhir.

"Tasya udah punya pacar belum?" tulis Daffa dalam pesannya.

"Belum, Kak. Aku lagi patah hati. Laki-laki yang aku suka, malah suka sama cewek lain. Perih hati aku, Kak." balas Tasya.

Rendy yang membacanya seketika tertawa lepas. Dia tidak menyangka bahwa adiknya yang masih hijau itu sudah bisa merasakan sakit hati karena lelaki. Rendy melanjutkan membaca isi curhatan adiknya itu.

"Ya, gak apa-apa, Tasya. Masih ada aku yang nemenin Tasya. Senang dan duka." tulis Daffa.

"Iya, Kak. Kakak baik banget. Gak kayak kakakku nyebelin." balas Tasya.

"Tasya pernah pacaran?"tanya Daffa dalam pesannya.

"Pernah, Kak. Tapi, lagi-lagi aku dikecewakan. Dia selingkuh jalan sama cewek lain. Hatiku kayak diiris-iris pas tau dan liat mereka jalan. Aku nangis seharian dikamar gara-gara itu." balas Tasya.

"Ya ampun. Jadi kamu kesepian dong. Aku boleh menemani kesepianmu?" balasan pesan Daffa sukses membuat Rendy terpingkal.

"Kamu kenapa ketawa sendirian?" tanya Papa yang baru saja menghampiri Rendy.

"Liat deh, Pa. Hahahahahahaha! Bocah jaman sekarang." Rendy memberikan telepon genggam milik Tasya.

Papa yang ingin tahu keadaan anaknya juga ikut membaca pesan di media sosial milik Taysa. "Hahahahahaha! Persis mamamu, Ren! Lucu! Anak muda jaman sekarang udah ngerti cinta-cintaan." Papa ikut terhibur dengan drama pesan media sosial.

Tiba-tiba, Tasya menampakkan wujudnya di depan Papa dan Rendy. "Papa! Kakak! Ngapain buka-buka HP aku! Ngapain!" Tasya terlihat marah dengan wajahnya yang merah padam.

"Siniin gak !" Tasya merebut telepon genggamnya dari Papa. "Kalian baca-baca chat aku ya! Mama!" teriak Tasya memanggil Mama.

"Iya, ada apa sih?" Mama menghampiri Tasya dari dapur.

"Papa sama Kak Rendy buka-buka HP aku, Ma!" air mata Tasya mulai menetes karena tak kuasa menahan amarah.

"Hahahahaha! Lucu, dek! Hatiku kayak diiris-iris, kayak daun bawang martabak Pak Raden! Hahahahahaha!" Rendy tertawa mencibir adiknya.

Tasya menghentakkan langkah kakinya masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu. Rendy dan Papa masih belum berhenti menertawakan drama media sosial Tasya. "Papa! Rendy! Kalian sama aja ya berdua!" ucap Mama sambil memegang pinggangnya.

"Mama juga sama kayak Tasya. Mas Win, aku butuh kamu. Hatiku hancur. Hahahahahaha!" ujar Papa sambil memperagakan percakapan Mama di masa lalu.

"Papa! Udah jangan bahas itu!" bentak Mama.

"Hahahahaha! Jadi, Mama dulu gak kalah alay nya kayak adek, Pa?" tanya Rendy.

"Sama persis, Ren." jawab Papa singkat.

"Pokoknya, Mama gak mau tau ya. Kalian harus baik-baikin Tasya. Tau sendiri kan kalau Tasya ngambek. Semua permintaannya harus diturutin." ujar Mama.

"Eh, iya juga, Pa." Rendy mendadak diam dan berpikir.

"Kamu sih." Papa menyalahkan Rendy.

"Dih, Papa kan juga ikutan." Rendy tak mau kalah.

"Mama gak ikutan ya. Daaaahh!" Mama melambaikan tangannya seraya berjalan kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya.

****

Rendy sedang duduk di atas tempat tidurnya sambil memegang burung kertas berwarna merah muda. Rendy masih penasaran siapa yang telah memberinya burung kertas itu. Pikirannya tertuju pada sesosok perempuan di kelasnya. Perempuan dengan rambut panjang yang duduk di bagian depan kelasnya.

"Eh, iya. Iseng ah." Rendy berkata dalam hati dan membuka browser di handphone-nya. Rendy membuka akun media sosialnya dan mencari siapa Daffa Adrian itu. Rendy juga melihat profil dan fotonya. Rendy berhenti sejenak dan berpikir.

"Ini orang kayak pernah gue liat. Tapi, dimana ya?" Rendy berkata dalam hati.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang