Chapter 55

21 3 0
                                    

"Habis dari mana kamu?"

"Eh, Kak Rian. Kok ada di sini?"

Masa setelah terbenamnya matahari telah tiba. Di mana tanah yang dipijak oleh Anna sedang dalam posisi tak berhadapan dengan matahari. Pada waktu ini, Anna baru saja sampai di depan pagar rumahnya. Ternyata sudah ada Rian dihadapannya yang menunggu Anna sepanjang waktu.

"Aku tanya kamu dari mana!" Rian bertanya dengan nada tinggi.

"Aku..."

"Dari mana! Sama siapa!" Rian kembali membentak dengan nada tinggi.

"..." Anna yang ketakutan hanya bisa diam.

"Aku tanya tuh jawab!"

"..." Anna mulai menangis karena takut.

"Yah elah pake nangis lagi. Sini HP kamu." Rian menadahkan tangannya.

"..." Anna mundur satu langkah menjauh.

"Sini gak!" Rian membentak lebih keras.

Anna pasrah memberikan telepon genggamnya kepada Rian. Dengan tangan yang gemetaran, Anna memberikannya secara terpaksa. Anna yang mulai ketakutan diam mematung tanpa bisa melangkahkan kakinya lebih jauh lagi. Hanya bisa diam tertunduk menahan air mata yang berat dan akhirnya menetes satu per satu.

"Oh, Rendy." ujar Rian seraya membuka isi dari pesan singkat yang ada pada telepon genggam Anna. "Oh, jadi dia tadi nemuin kamu."

"..."

"Kenapa kamu gak bilang kalau Rendy nemuin kamu?" tanya Rian.

"Aku..."

"Kenapa? Takut aku marah?" Rian semakin tak bisa mengendalikan emosinya.

"..."

"Lihat kamu satu kelas sama dia aja, rasanya mau aku belah itu kelas." ujar Rian.

"..."

"Kamu habis jalan sama dia kan? Ngaku!"

"..." Anna menganggukkan kepalanya.

"Bagus banget, Na. Bagus! Lihat aja besok aku bikin dia sekarat!"

"Kak, jangan!" Anna memegang tangan Rian.

"Apaan sih! Aku gak suka kamu jalan sama dia!"

"Kak, please jangan sakitin Rendy. Aku yang salah. Aku yang ajak dia jalan. Kamu boleh apa-apain aku tapi tolong jangan Rendy. Jangan dia!" Anna memohon.

"Boleh apa-apain kamu? Apa aja?" Rian mengangkat dagu Anna dan menatap wajah Anna dari jarak yang sangat dekat.

"..." Anna menganggukkan kepalanya.

"Ya udah ini HP kamu. Sampai ketemu besok ya." Rian langsung memacu motornya menjauh meninggalkan Anna yang masih tertunduk di depan rumahnya.

****

"Rendy, aku takut!" sent to Rendy Adrian Mahardika.

Tubuh Anna masih gemetar hebat. Kejadian yang cukup membuat dia trauma mendalam. Apa lagi suara bentakan dari Rian yang masih terngiang di telinganya membuat Anna tidak bisa istirahat dengan tenang. Waktu sudah menunjukkan waktu tengah malam tapi Anna masih tak bisa memejamkan matanya yang terus meneteskan air mata dan sudah lebam.

"Kamu kenapa, Anna?" received from Rendy Adrian Mahardika.

Getaran dari telepon genggam Anna terasa di atas ranjangnya. Ada panggilan yang masuk dengan nama Rendy Adrian Mahardika pada layar ponsel miliknya.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang