Chapter 51

19 3 0
                                    

Satelit alami yang dimiliki oleh bumi kini perlahan hilang ditelan oleh langit pagi hari. Bergantian dengan sang mentari yang terbit menerangi hari. Di mana ia disambut oleh hewan vertebrata yang memiliki paruh dan sayap yang sedang bernyanyi dan bertengger di atas dahan pepohonan mengikuti irama angin. Terlihat para murid dari SMA Trinusa berjalan masuk menuju area sekolah. Tak terkecuali Danu, Fara, dan Anna bersama pacar barunya.

"Ciee ciee... Yang baru jadian..." Danu meledek Anna yang duduk di sampingnya.

"Apaan sih!" ujar Anna kesal.

"Makan-makan dong nanti kita." ujar Danu sambil memainkan alisnya.

"Cari pacar sana! Biar gue yang minta makan. Hahahahaha!" balas Anna.

"Tenang aja. Nanti adeknya Rendy gue gebet." ujar Danu dengan percaya diri.

"Lo mau ngegebet Tasya? Jadi perkedel lo yang ada sama Rendy. Eh, Rendy juga udah jadian sama Rheva." ucap Anna.

"Serius lo?" Danu tak percaya.

"Gue liat sendiri kok mereka berdua peluk-pelukan. Mana mungkin gak pacaran." ujar Anna.

Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Semua murid di kelas langsung mengeluarkan aura malas mereka. Terlihat wajah-wajah lesu dan muram dari murid kelas ini. Ini adalah efek di mana mereka merasa hari libur yang mereka terima ini kurang.

Terlihat sesosok pahlawan tanpa tanda jasa masuk ke dalam kelas dengan membawa perlengkapannya. Semua murid pasrah mengikuti pelajaran pagi ini. Khususnya bagi murid yang berada di bagian depan. Janganlah ditanya bagaimana murid di bagian belakang khususnya di pojokan kelas. Mereka selalu asyik sendiri dan bercanda sepanjang pelajaran. Hingga akhirnya bel istirahat pertama berbunyi.

"Hoi!" Fara menepuk bahu Danu dengan keras.

"Buset!" Danu terkejut dan melepas earphone miliknya. "Apaan sih, Far?"

"Rendy mana?" tanya Fara.

"Dih, mana gue tempe. Lo tanya aja sendiri. Lo kan deket sama dia. Eh eh, Rendy udah jadian sama Rheva ya?"

"Serius lo?" Fara terkejut.

"Anna bilang ke gue gitu." ujar Danu.

"Serius lo, Nu? Rheva kakak kelas yang paling cantik satu sekolah?" tiba-tiba saja teman sekelas yang lain ikut bergabung dalam obrolan.

"Wah, kok bisa sih?" tanya murid yang lain.

"Meneketehe. Tanya aja nanti sendiri sama orangnya." ujar Danu.

Fara yang kesal mendengar kabar itu, langsung berjalan keluar dari kelasnya. Fara berjalan menuju toilet perempuan yang ada di sekolah. Sebuah kegemaran yang hampir dimiliki oleh murid perempuan di sini adalah setiap mereka kesal atau ada keadaan di mana mereka tak suka, pasti salah satu tempat yang pertama kali dikunjungi adalah toilet.

"Eh, ada rival." ujar salah satu murid perempuan dengan senyuman yang khas.

Fara menghela napas panjang. "Ngapain lo di sini?" tanya Fara.

"Ya ngapain kek gue di sini. Emang ini sekolahan punya bapak lo!" ujar Rheva yang baru saja keluar dari dalam toilet.

"..."

"Oh iya, gue mau nanya dong sama lo. Lo udah ngelakuin apa aja buat Rendy?" tanya Rheva.

"..."

"Gagu ya? Atau gak bisa jawab? Hahahahahaha!"

"Gak ada urusan ya sama apa yang gue lakuin buat Rendy!" Fara mulai kesal.

"Hahahahaha! Kemarin, gue sih udah jujur ke dia soal perasaan gue. Dan gue yakin, gue bakalan diterima nantinya." ujar Rheva dengan percaya diri.

"Oh, jadi baru menyatakan. Belum jadian." ucap Fara dengan entengnya.

"Akan jadian!"

"Pede banget lo jadi cewek! Gue sumpahin lo ditolak!" ujar Fara dengan nada tinggi seraya menunjuk ke arah wajah Rheva.

"Gak mungkin! Pertama, gue sama dia pernah ciuman di kamarnya. Kedua, gue sama dia saling balas pelukan. Itu tandanya apa? Dia juga sayang sama gue. Hahahahaha!" ujar Rheva dengan penuh percaya diri. "Dah, kuntilanak!" Rheva pergi sambil melambaikan tangannya ke arah Fara.

Amarah milik Fara sudah memuncak. Sesekali ia meninju tembok sisi toilet jika teringat kata-kata Rheva barusan. Tapi, ada satu kalimat yang sedikit melegakan namun dapat menjadi senjata pemusnah perasaan. Yaitu, Rheva sudah menyatakan perasaan dan akan menjadi pasangan Rendy. Didukung oleh pernyataannya yang sudah pernah berpelukan bahkan berciuman.

****

"Fara, lo kenapa?" tanya Danu yang baru saja melihat Fara masuk ke dalam kelas.

"Duduk di belakang aja. Temenin gue." ujar Fara.

Danu menoleh ke arah Anna yang sedang duduk di sampingnya. Anna memberikan sinyal tak keberatan jika Danu berpindah posisi ke tempatnya semula yang di tempati oleh Fara.

"Lo kenapa? Tangan lo merah semua gini." tanya Danu seraya membenarkan posisi kursi yang dia duduki.

"Tadi di toilet gue ketemu Rheva." ujar Fara.

"Terus gimana?"

"Mereka belum jadian, Nu. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Rheva udah nembak Rendy. Dan lebih nyakitin lagi, mereka udah pernah ciuman."

"Ya ampun! Rendy ditembak Rheva? Jago banget pelet lo, Ren." Danu terkejut.

Tak lama kemudian, seorang guru masuk dan mulai mengajar. Tapi, Fara terlihat lebih murung dari biasanya. Dia hanya diam menundukkan pandangannya daripada memilih memerhatikan guru yang sedang berbicara di depan kelas.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang