Chapter 59

25 2 0
                                    

*TOK! TOK*

"Anna, aku masuk ya." ucap Rendy seraya membuka pintu kamarnya.

"Eh!" Rendy yang melihat Anna sedang melaksakan sholat dzuhur kembali menutup pintu kamarnya kembali.

Beberapa jam setelah tragedi rumah Rian, Anna singgah di rumah Rendy. Orang tua dari Rendy meminta agar Anna tinggal sementara di rumah itu untuk menghindari Rian yang bisa saja kembali menemui Anna ke rumahnya. Saat itu, Anna sedang beristirahat dan menenangkan diri di kamar Rendy. Tak lama kemudian, muncul Anita yang baru saja pulang dari kuliahnya.

"Ngapain kamu di depan kamar?" tanya Anita.

"Eh, Kakak. Lagi nunggu Anna sholat." jawab Rendy.

"Orang sholat kok ditungguin. Emang bakalan kabur." ujar Anita.

"Hehehehe..."

"Eh, tadi kamu bilang ada Anna?"

"Iya, Kak."

"Rendy! Aku udah selesai!" ucap Anna dari balik pintu kamarnya.

Mendengar Anna sudah selesai, Rendy masuk ke dalam kamarnya sambil membawa makan siang untuk Anna. Sedangkan Anita lebih memilih merebahkan tubuhnya di kamar Tasya yang sedang ditinggal pergi menuntut ilmu oleh pemiliknya.

"Gimana sekarang keadaan kamu?" tanya Rendy kepada Anna.

"Aku udah baikan. Tapi, aku masih sedikit shock." jawab Anna.

"Tadi waktu kamu sholat, aku didoain gak?" tanya Rendy kembali.

Anna tersenyum lalu mengusap wajah Rendy di bagian pipi kirinya. "Aku selalu menyebut namamu di setiap satu tarikan napas dalam doaku."

"..."

"Rendy." panggil Anna.

"Iya."

"Kenapa diam?"

"Aku tak kuasa membalas untaian mutiara yang terkandung dalam kalimat cintamu." ujar Rendy.

"Aku tak butuh balasan. Perasaan ini timbul tanpa sebab." ujar Anna pelan.

"..."

"Aku juga tak punya alasan mengapa aku harus berhenti mencintaimu. Karena aku mencintaimu tanpa alasan." ujar Anna.

"..."

"Aku tak peduli siapa kamu, dari mana asalmu, dan apa yang telah atau akan kamu lakukan." lanjut Anna.

"..."

"Kamu tau gak apa yang selalu aku doakan?" tanya Anna.

"..." Rendy menggelengkan kepalanya.

"Aku ingin disatukan denganmu. Jika tak bisa bersatu di dunia, aku ingin kita bersatu di akhirat."

"Sekarang, aku yang kehabisan kata-kata, Na." ujar Rendy.

"Nita! Tasya! Ngapain kalian di depan pintu!" suara dari Mama terdengar dari luar kamar Rendy.

Ujaran kalimat yang dikeluarkan dengan nada cukup tinggi mampu membuyarkan suasana Rendy dan Anna. Rendy yang mendengar itu bergegas menuju pintu kamarnya dan membukanya. Ternyata, di depan pintu sudah ada Anita dan Tasya yang baru saja pulang dari sekolahnya.

"Kalian nguping ya!" Rendy berkata dengan nada sedikit meninggi.

"Kak Anita yang ngajakin, Kak." ujar Tasya pelan.

"Apaan sih! Siapa suruh mau ikutan!" ujar Anita.

"Kalian ini gak sopan! Mama gak pernah ngajarin kalian kayak gini!" ujar Mama.

Mama mendekati Anita dan Tasya, "Tadi Rendy sama Anna ngomong apa aja?"

"Aku tak kuasa membalas untaian mutiara yang terkandung dalam kalimat cintamu." Anita memperagakan kalimat yang diucapkan Rendy. "Hahahahahaha!"

Mama, Tasya, dan juga Anita tertawa setelah Anita memberi tahu apa yang telah didengar olehnya.

"Mama! Kalian sama aja ya!" ujar Rendy

****

Sang pusat tata surya yang berjarak jutaan kilometer dari bumi perlahan mulai tergelincir. Senyawa uap air yang menggumpal bagai kapas di atas langit ikut menyembunyikan cahaya dari sang mentari tersebut. Tak terdengar lagi kicauan unggas bertulang belakang yang memiliki sayap di atas dahan dan ranting. Rendy hanya bisa melihat Anna yang sedang terlelap dalam mimpi di siang hari. Tak lama kemudian, Anna membuka matanya.

"Hai, Anna!" panggil Rendy.

"Duh, maaf Rendy. Aku ketiduran." ujar Anna.

"Gak apa-apa. Kamu keliatan capek banget."

"Iya, Maaf. Aku gak bisa tidur semalam karena kepikiran Rian."

"Ya udah kamu cuci muka sama ganti baju dulu. Itu ada bajunya Tasya. Ukuran badan kamu untung sama ya sama Tasya. Jadi gak perlu repot nyariin baju ganti." ujar Rendy.

"Iya, makasih Rendy."

"Aku tunggu di bawah ya. Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat supaya pikiran kamu tenang."

"Berdua aja?" tanya Anna.

"Iya, berdua aja sama aku."

Rendy pun keluar dari kamarnya dan menunggu Anna yang sedang berganti pakaian di kamar Rendy. Rendy duduk di ruang keluarga sambil melihat acara televisi yang tak begitu penting dalam hidup manusia di masa sekarang. Tak lama kemudian, Anna berjalan menuruni anak tangga. Dibalut dengan baju lengan panjang berwarna biru muda dan celana panjang berwarna biru tua serta tak lupa dengan hijabnya yang berwarna putih.

"Pas banget kan bajunya." ujar Rendy.

"Iya, muat kok ini." ujar Anna.

"Hahahaha! Bukan itu..."

"Laut." Rendy menunjuk ke arah celana yang di gunakan oleh Anna. "Langit." Rendy menunjuk pada baju yang dipakai. "Awan." hijab putih yang digunakan Anna diibaratkan awan oleh Rendy.

"Apaan sih kamu." Anna tersipu malu.

"Kalau ini..." Rendy memegang kedua pipi Anna yang kemerahan."Matahari yang sedang sembunyi dibalik awan karena malu." ujar Rendy.

"Gombal!" Anna menampar Rendy dengan pelan.

"Hehehehe... Yuk berangkat!" Rendy mengambil kunci mobil milik Mama. "Mama! Aku pinjem mobilnya sebentar!" teriak Rendy.

"Iya! Hati-hati ya!" teriak Mama dari dalam dapur.

Rendy bersiap menyalakan mesin mobil E90 buatan Jerman dengan dibekali mesin N46B20 dengan kapasitas 2.000 cc yang mempunyai silinder segaris 16 katup valvetronic DOHC VANOS. Tak membutuhkan waktu lama untuk memanaskan mesin tersebut, Rendy langsung keluar dari rumahnya dan berangkat ke tempat tujuan.

Satu jam berlalu, dan sampailah mereka di tempat tujuan. Mereka berkunjung ke daerah pesisir laut di mana menjadi pembatas antara daratan dan lautan. Sekumpulan air asin dengan volume yang sangat banyak terlihat bergelombang dengan ombak yang menggulung.

"Biasanya, aku ke sini kalau mau nenangin pikiran." ujar Rendy.

"Tempatnya sepi. Suasanya enak." ujar Anna.

"Ya karena lagi hari biasa aja. Kalau hari libur, ramai banget di sini."

Mereka berdua duduk di bebatuan tepi pantai. Sambil melihat laut biru yang indah dengan pemandangan kapal laut yang sedang berlayar di tengah sana. Cuaca kali ini sedang cerah. Tapi, matahari masih malu untuk menampakkan wujudnya dari balik awan. Anna yang duduk di samping Rendy, tak lupa merangkul dan memeluk tangan Rendy lalu menyandarkan kepalanya.

"Rendy." panggil Anna.

"Iya."

"Terima kasih."

"Buat?"

"Sudah menjaga dan mencintaiku."

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang