Chapter 43

16 2 0
                                    

Tak terasa waktu terus berlalu. Anna dan Rian terlihat semakin dekat. Rendy hampir setiap hari melihat Anna dan Rian datang dan pulang sekolah bersama-sama. Walaupun sekarang Rendy sedang dekat-dekatnya dengan Rheva, namun hatinya tetap tersimpan nama Anna di sana.

Fara juga tak mau kalah dengan Rheva. Dia juga mendekati Rendy dengan sedikit agresif. Kini Danu dan Fara bertukar tempat duduk. Bukan hanya ingin duduk di samping Rendy, tapi juga dia tidak suka dengan Anna karena telah merebut hati milik Rendy.

****

"Hei." Fara menyenggol bahu Rendy dengan pelan yang saat itu, Rendy sedang merebahkan kepalanya di atas meja.

"Kenapa, Far?"

"Lo yang kenapa. Dari kemarin gue perhatiin, lo kayak gak punya semangat gitu, Ren." ujar Fara.

"Gue gak apa-apa kok."

"Ren, gue berasa loh. Lo gak kayak biasanya."

"Gue cuma bete doang. Nanti juga biasa lagi."

"Ya sudah kalau begitu."

Bel masuk pelajaran sudah berbunyi. Walaupun pelajaran sudah dimulai, tetap saja tatapan Rendy masih kosong. Hanya memandang seorang perempuan berhijab putih yang sedang duduk se meja dengan temannya, Danu. Padahal, Fara sedang berada di sampingnya. Seakan-akan tak ingat bahwa sebelumnya, Rendy begitu menginginkan Fara menjadi kekasihnya.

Seorang pahlawan tanpa tanda jasa sedang memberikan ilmu yang bermanfaat di depan kelas. Tetapi, hanya sebuah papan tulislah yang seolah-olah memerhatikan dan mendengarnya dengan seksama. Tidak semua murid yang mendengarkan apa yang guru itu jelaskan. Tak terkecuali Rendy, masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.

****

Cinta.

Pertanyaan semalam yang Rendy tanyakan kepada Anita. Masih terus teringat kalimat yang dilontarkan oleh Anita kepada Rendy tentang apa itu cinta. Apa yang dirasakan oleh Rendy apakah benar bahwa dia benar-benar mencintai Anna.

Di dalam hatinya terdapat nama Devianna Azzahra. Tak bisa diingkari lagi karena Rendy hampir memikirkannya sepanjang hari. Apa yang Rendy perbuat di hari-hari kemarin untuk Anna sudah cukup membuktikan bahwa Rendy mencintainya. Tapi, ada satu yang belum dia lakukan. Yaitu, diucapkan dengan lisan.

Tapi, ada satu kejadian di mana nama Anna di hati Rendy seolah menghilang bagai ditelan gelapnya malam. Yaitu, pada saat seorang perempuan dengan rambut panjang tergerai sedang menghampiri Rendy. Apa lagi, jika dia melemparkan senyumnya yang khas ke arah Rendy. Siapa lagi kalau bukan, Rheva Rahmadhani. Perempuan yang memberikan ciuman pertama untuk Rendy.

****

"Hai, jagoan! Lagi di kelas apa di kantin?" received.

"Hai, Va! Aku lagi di kelas. Lagi gak pengen makan." sent.

"Hei, jangan begitu. Aku ke sana ya." received.

Rendy menghela napas panjang seraya menggeletakkan telepon genggamnya di atas meja. Beberapa detik kemudian, datanglah seorang laki-laki yang tak diharapkan kehadirannya menghampiri Anna. Siapa lagi kalau bukan Mario. Dia mengajak Anna untuk pergi makan siang bersama. Rendy ingin marah tapi tidak bisa. Karena dia tahu diri bahwa dia bukan siapa-siapa.

"Kenapa, Ren?" tanya Fara.

"Gak tau." jawab Rendy ketus.

"Kantin, yuk!" Fara mencoba mengajak Rendy.

"Duluan aja, Far. Gue masih mau di sini."

"Lupain aja soal Anna, Ren. Terima aja kalau dia lebih milih Rian." ujar Fara sambil memegan tangan Rendy. "Yuk, kita makan."

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang