Chapter 31

33 2 0
                                    

"Mario! Lo lagi! Mana adek gue?!" Rendy berkata dengan nada tinggi.

Anna yang mendengarnya langusng berdiri dari duduknya. Anna mencoba menenangkan Rendy dengan cara mengusap bahunya. Napas Rendy sudah tak beraturan. Wajahnya memerah padam seperti seekor banteng yang bersiap menyeruduk mangsanya.

"Rendy, sabar. Tenangin emosi lo dulu." Anna berkata dengan pelan.

"Halo! Mario! Ah, sialan! Dimatiin lagi!" Rendy terlihat sangat marah.

"Rendy. Ada apa?" tanya Anna.

"Tasya, Na! Gue kira Tasya yang telpon, gak taunya suara Mario yang keluar!" Rendy panik.

"Rendy, tenang dulu ya."

Beberapa saat kemudian, telepon genggam milik Rendy bergetar. Ada satu pesan singkat yang masuk. Rendy langsung membukanya dengan cepat. Pesan singkat yang masuk dari nomor Tasya.

"Hai, jagoan! Kalau mau liat adek lo, datang ke alamat yang gue kirim nanti. Tapi, jangan buru-buru ya. Kita lagi senang-senang sama adek lo nih. Hahahahaha!" received.

Rendy sudah tak bisa menyembunyikan amarahnya. Sampai-sampai dia tak bisa berkata apa-apa. Matanya sedikit berkaca-kaca. Anna yang melihatnya pun bingung bagaimana bisa meredam Rendy yang sedang terbakar api emosi. Tak mudah memadamkan api yang sudah membakar amarah Rendy. Rendy langsung berjalan bergegas menuju tempat di mana dia memarkirkan motornya.

"Rendy! Gue ikut!" Anna berlari mengejar Rendy.

"Nggak, Na. Lo jangan ikut." Rendy mencoba menahan Anna.

"Gak mau! Gue gak mau liat lo berantem lagi, Rendy."

"Anna, gue harus ke sana. Tasya terancam, Na."

"Pokoknya gue ikut! Kemana lo pergi, kemana lo melangkah, gue mau ada di samping lo! Rendy, gue gak mau di hantui rasa khawatir. Rasanya gak nyaman, Ren."

Rendy menghela napas panjang. "Ya udah deh. Tapi, lo cukup liat dari jauh aja. Kalau gue kenapa-napa, tolong hubungi yang lain." Rendy mengambil telepon genggamnya dan memberikan kepada Anna.

Sesampainya di tempat parkir, telepon genggam milik Rendy bergetar. Mario telah mengirimkan sebuah alamat yang mengharuskan Rendy datang ke tempat itu.

"Rendy, ini alamatnya. Gue tau ini di mana. Gak jauh dari rumah gue." ujar Anna.

"Ya udah, kita langsung ke sana. Kasih tau gue jalannya."

Rendy langsung memacu sepeda motornya dengan cepat seperti sedang dikejar oleh raja setan. Anna yang sedikit takut memeluk pinggang Rendy secara refleks. Satu per satu kendaraan didahului oleh Rendy. Ini adalah kali pertama Rendy memacu motornya dengan cepat.

"Ah! Sialan! Pakai acara macet lagi!" Rendy menggerutu.

"Lewat sini aja, Ren. Gue kasih tau jalannya." Anna menunjukkan jalan alternatif menuju alamat yang ingin dituju.

Setengah jam kemudian, sampailah Rendy dan Anna ke alamat yang dituju. Sebuah rumah yang seperti rumah kontrakan namun kosong tak berpenghuni. Kompleks perumahan yang bisa dibilang sepi penguhuni.

"Rendy." Anna menahan tangan Rendy.

"Iya, Na."

"Jangan berantem ya, Ren."

"Anna, gue di dalam pasti berantem. Apa lagi di sana adek gue diapa-apain sama Mario."

"Please, Rendy! Jangan!" Anna memeluk tangan Rendy.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang