Chapter 45

26 2 0
                                    

*PRANG!*

"Sekolah diserang!"

Sebuah lemparan batu dari arah luar sekolah tepat mengenai kaca salah satu kelas di sekolah Rendy. Murid lain yang melihat langsung berseru bahwa sekolah sedang diserang oleh sekolah lain. Memang sekolah SMA Trinusa ini kerap kali menjadi sasaran tawuran oleh sekolah lain. Murid yang mendengar langsung terlihat panik.

"Semua tenang! Jangan ada yang keluar kelas!" seorang guru yang sedang mengajar mencoba menenangkan murid.

Serangan demi serangan dari arah luar sekolah tak kunjung henti. Batu demi batu menghujani sekolah sampai kaca beberapa kelas pecah dan batu masuk ke dalam kelas mengenai murid lain.

Suara gemuruh dari SMA lain terdengar ricuh di depan gerbang. Mereka mencoba merobohkan gerbang sekolah yang tergembok rapat. Mereka ingin memasuki pelataran sekolah.

"Gerbangnya jebol!" teriak salah satu murid di kelas Rendy.

Gerbang sekolah berhasil dibobol oleh kawanan sekolah yang menjadi musuh SMA Trinusa. Bentrokan pun tidak dapat dihindari lagi. Seluruh murid SMA Trinusa berhamburan keluar dari kelas. Mereka saling baku hantam di tengah lapangan.

"Nu, lo di kelas aja! Jaga Fara sama Anna!" Rendy beranjak dan bergegas keluar kelas.

Terlihat sebagian murid sekolah lain yang menyerang mulai menyerbu tiap kelas. Rendy sudah memasang badan di depan kelasnya. Satu per satu lawannya dihajar hingga jatuh terkapar. Tak ada yang bisa menandingi ilmu muai-thai miliknya.

"Eh, Na! Mau kemana!" Danu menahan tangan Anna.

"Lepasin!" Anna meronta.

"Na, jangan keluar!" Danu mencoba menahan Anna tetapi sudah terlambat. Anna sudah berada di luar kelas.

"Rendy!" Anna mencoba menahan Rendy yang sedang berkelahi.

"Kamu ngapain keluar! Masuk sana!"

"Kamu udah janji sama aku gak mau berantem lagi!"

"Kalau lagi kayak gini, aku gak boleh berantem?"

*BUK!*

Sebuah pukulan keras dari balok kayu berukuran besar berhasil mendarat di punggung Rendy. Rendy pun rubuh berlutut menahan sakit. Anna yang melihatnya langsung panik dan terkejut. Hingga dia tak bisa berteriak dan sudah terkepung oleh kawanan musuh.

"Wah cewek nih!" ujar salah satu murid sekolah lawan.

"Bawa dia! Cepet!"

Murid dari sekolah lawan segera memegangi kedua tangan Anna dan bersiap membawa dirinya. Anna hanya bisa berteriak meronta. Sedangkan Rendy masih mencoba berdiri dengan tenaga seadanya.

"Woi! Jangan sentuh dia atau gua bunuh kalian semua!" Rendy berteriak dengan lantang.

"Masih berdiri dia. Ayo, habisin!" ujar salah satu murid sekolah lawan.

Rendy yang sangat marah, menghajar murid tersebut satu per satu. Tak ada ampun dan tak ada kasihan. Rendy kalap tenggelam dalam amarahnya. Melihat Anna disentuh orang lain saja dia tidak terima, apa lagi sampai disakiti. Tapi, Rendy kalah tenaga dan kalah jumlah. Sebuah tendangan keras menghantam tubuh Rendy dan Rendy kembali terkapar.

*BRAK!*

Sebuah bangku sekolah terlempar mengenai murid sekolah lawan. Ternyata, semua teman-teman Rendy yang ada di kelas ikut keluar membantunya. Tak terkecuali murid-murid perempuan termasuk Fara.

"Kalau berani, satu lawan satu. Jangan keroyokan!" teriak Danu setelah melempar sebuah bangku ke arah murid lawan.

Anna menghampiri Rendy dan mencoba membantu Rendy untuk berdiri. Tapi, Rendy masih menahan sakit di tubuhnya sehingga tak mampu berdiri. Danu langsung berdiri melindungi Rendy yang sedang terkapar sambil memegang sebuah bangku yang lain.

****

"Bubar! Ada polisi! Bubar!"

Teriakan dari salah satu murid sekolah lawan membuyarkan suasana. Tak lama dari tembakan gas air mata dari arah luar sekolah SMA Trinusa. Sekolah ini sudah hancur porak poranda. Pecahan kaca ada di mana-mana. Suara tangisan dari murid perempuan sudah pecah dari waktu gerbang sekolah dibobol kawanan.

Sebagian dari pelajar SMA lawan ditangkap satu per satu oleh polisi untuk dimintai keterangan. Ada juga sebagian yang sudah melarikan diri sambil menahan pedihnya gas air mata yang ditembakan oleh polisi dari arah luar sekolah.

Rendy langsung diangkat dan dibawa masuk ke dalam kelas oleh teman-temannya. Seluruh murid sekelasnya tak berhenti memberi pujian karena Rendy telah berani mempertahankan agar musuh tidak masuk ke dalam kelas. Tapi, justru Rendy marah kepada Anna.

"Bodoh kamu! Ngapain keluar!" bentak Rendy kepada Anna yang duduk bersimpuh di depan Rendy.

"Kamu yang bodoh! Ngapain berantem! Kamu udah janji sama aku gak mau berantem lagi!" ujar Anna tak mau kalah.

"Ya emang kenapa kalau aku berantem? Apa urusannya sama kamu?"

"Kamu tuh mikir! Kamu pikir aku gak khawatir kalau kamu kenapa-napa! Kamu pikir aku gak panik kalau kamu kena hajar kayak tadi!"

"Ngapain kamu mikirin aku! Emang kamu siapa! Kamu bukan siapa-siapa aku, Na!"

*PLAK!*

Sebuah tamparan keras melayang ke arah pipi Rendy. Semua murid yang melihat kejadian itu hanya bisa diam dan kebingungan. Napas Anna mulai tak beraturan dan wajahnya berubah menjadi merah padam. Sebuah tetesan air mata jatuh membasahi pipinya yang kemerahan. Saat itu juga, Anna pergi meninggalkan Rendy yang sedang tergeletak lemah.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang