Chapter 57

29 3 0
                                    

Alat pengingat waktu telah membunyikan getaran nada statis yang dihasilkan oleh gemercik suara lonceng untuk membangunkan seorang laki-laki dari keluarga kaya raya agar terbangun dari mimpinya. Didukung oleh cahaya dari pusat tata surya dengan jarak jutaan kilometer dari bumi yang menyebar masuk dari jendela kamarnya. Padahal, semalam tirai yang digunakan untuk menghalau cahaya sudah dibentangkan.

"Duh! Silau!" Rendy menghalangi sinar matahari dengan tangannya.

"Udah jam tujuh, Kak. Katanya Kakak mau pergi." ujar Tasya seraya membuka tirai jendela kamar.

"Iya tapi aku masih ngantuk."

"Kakak kan udah janji sama Mas Julian. Laki-laki harus nepatin janji, Kak." ujar Tasya.

Lelaki bernama Rendy ini mencoba bangkit melawan rasa malasnya. Julian adalah guru sekaligus pelatih muai-thai yang melatih Rendy selama ini dari dasar hingga saat ini. Saat ini Rendy sudah menguasai banyak teknik dan juga semakin kuat untuk menjatuhkan lawan. Tapi, tak sembarangan orang Rendy memilih untuk menjadi lawannya kecuali dalam keadaan mempertahankan diri atau membantu orang lain.

Matahari perlahan mulai beranjak naik. Rendy juga sudah siap untuk berangkat. Ternyata, sudah ada Julian yang menunggunya di ruang tamu. Ditemani oleh Papa dan Mama, Julian sedikit membicarakan bagaimana kemampuan Rendy saat ini. Rendy berlatih bela diri karena ingin kuat seperti papanya yang dulu menjadi orang yang ditakuti sekaligus disegani waktu muda dulu.

"Ayo, Mas. Aku udah siap." ujar Rendy.

"Memang mau ke mana kalian berdua?" tanya Papa.

"Kita mau lihat pertandingan Tae Kwon Do tingkat nasional, Pak." jawab Julian.

"Tujuannya?" Papa bertanya kembali.

"Tujuannya supaya Rendy itu tau kalau masih ada yang lebih kuat lagi dari dia. Biar gak sombong." ujar Julian sambil mengacak-acak rambut Rendy.

"Hehehehe... Aku juga kan mau kuat kayak Papa." ucap Rendy.

"Awas aja kamu sampai ngelukain orang lain. Mama jadiin rendang kamu." Mama berkata dengan canda.

"Hahahaha! Ya udah kita pamit ya, Pak, Bu. Assalamu 'alaikum."

"Ya, hati-hati di jalan. Wa 'alaikum salam."

Rendy dan Julian masuk ke dalam mobil buatan Jerman milik Julian yang dibekali dengan mesin M54B20 Vanos berkapasitas 2.2L dengan enam silinder segaris dan dua puluh empat katup yang mampu menghasilkan tenaga besar dan torsi tinggi pada putaran mesinnya. Ditambah dengan suara pipa pembuangan yang sudah dimodifikasi membuat kesan mobil ini menjadi lebih bertenaga. Tiga puluh menit berkendara, sampailah mereka berdua di tempat tujuan. Sebuah gelanggang olah raga yang berlokasi di daerah Jakarta Selatan.

"Yah, kita telat ya, Mas." Rendy sedikit kecewa.

"Kamu sih mandi kayak perempuan. Lama... Hahahahaha..." Julian meledek.

"Dari pada gak liat sama sekali kan."

"Udah pinter kamu ya sekarang. Hahahahaha!"

Gemuruh penonton bersorak mendukung kedua sudut. Ada yang dari sudut merah dan sudut biru. Tapi, pandangan Rendy terfokus pada orang yang ada di sudut biru. Dia terlihat begitu tenang dalam mengalahkan lawannya. Sebuah tendangan keras mengenai lawan dan membuat lawannya terpental dan terpelanting keluar arena. Penonton pun langsung bersorak membuat gemuruh seluruh gelora.

"Kuat banget dia, Mas." ujar Rendy.

"Iya. Temenku itu pelatihnya."

"Namanya siapa, Mas?" tanya Rendy.

"Yang lagi tanding?"

"Iya lah. Masa wasit."

"Namanya Rian Bagas Aditya dari SMA Trinusa." jawab Julian.

Pertandingan dilanjutkan ke babak berikutnya. Karena Julian dan Rendy datang terlambat, mereka hanya bisa melihat dari babak semifinal saja. Babak pertama sudah selesai dan pemenangnya adalah Rian Bagas Aditya yang berhasil mengalahkan lawannya dengan telak. Rendy merasa dia tidak lebih kuat dari orang itu. Selanjutnya, dilanjutkan dengan penentuan pemenang berikutnya untuk menjadi lawan Rian pada partai final.

"Aku bisa ikut kejuaraan juga gak, Mas?" tanya Rendy.

"Bisa, tapi kamu belum cukup umur." jawab Julian.

"Aku mau lebih kuat dari dia." Rendy menunjuk tepat ke arah Rian.

"Ya kalau gitu kamu harus latihan lebih keras lagi." ujar Julian.

"Dia udah beberapa kali juara tingkat provinsi dan kali ini udah sampai final tingkat nasional. Mungkin suatu saat dia bakal wakilin Indonesia untuk kejuaraan tingkat internasional." lanjut Julian.

Gemuruh penonton semakin keras terdengar. Kedua pendukung finalis semakin keras memberikan semangat. Rendy sampai bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang akan memenangi partai puncak dari sebuah pertandingan. Kedua pelatih mereka memberikan semangat dan strategi untuk saling beradu dan membawa pulang piala dan hadiah yang dinantikan.

"Taruhan yuk, Mas!"

"Boleh, yang kalah traktir soto mie ya."

"Oke, aku pegang Rian Bagas Aditya." ujar Rendy dengan semangat.

Pertandingan berlangsung sengit. Kedua kubu saling serang dan bertahan. Jelas terlihat lawan dari Rian ini kalah tenaga, tapi Rian juga kewalahan karena kalah dalam strategi bertahan. Lima belas menit berlalu, tim lawan dari Rian terlihat kelelahan dan melakukan kesalahan. Dengan sebuah tendangan keras tepat mengenai dada dari lawannya karena pertahanannya terlalu terbuka. Lawannya terpental jauh.

Rian Bagas Aditya adalah pemenang sekaligus juara dari kejuaraan Tae Kwon Do tingkat nasional.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang